SUKABUMIUPDATE.com - Islam di Jawa Barat memiliki sejarah yang panjang dan kaya, dimulai sejak masa Wali Sanga.
Perkembangan Islam di Jawa Barat telah membentuk identitas budaya dan sosial yang kuat, dengan pengaruh yang masih terasa hingga saat ini.
Merangkum dari berbagai sumber, berikut Sejarah Islam di Jawa Barat mulai dari Penyebaran Wali Songo Hingga Pengaruh Organisasi. Yuk, simak!
Baca Juga: 28 Februari Sidang Isbat Awal Ramadan, Pemantauan Hilal Ada di 125 Titik Termasuk Sukabumi
Penyebaran Islam di Jawa Barat
- Masa Wali Songo
Penyebaran Islam di Tatar Sunda dimulai dengan pendekatan budaya oleh Wali Songo, terutama oleh Sunan Gunung Jati yang berpusat di Cirebon.
Dakwah dilakukan secara damai dan toleran terhadap budaya lokal, sehingga masyarakat Sunda menerima Islam dengan sukarela.
Pengaruh Keorganisasian
- Organisasi Massa dan Politik
Islam membentuk berbagai organisasi massa dan politik di Jawa Barat. Ada beberapa organisasi yang cukup dikenal oleh masyarakat diantaranya Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama (NU) dan Persis.
Nahdlatul Ulama memiliki pengaruh kuat di Priangan Timur, sementara di Kota Bandung berdiri Persatuan Islam pada masa awal pergerakan nasional.
Bukti Sejarah Peninggalan Islam di Jawa Barat
Makam Sunan Gunung Jati di Kabupaten Cirebon menjadi bukti sejarah penyebaran Islam di Jawa Barat dan dijadikan sebagai objek wisata sejarah.
Keraton Kasepuhan juga menjadi salah satu bukti sejarah penting dari penyebaran Islam di wilayah Jawa Barat. Contoh Keraton Kasepuhan peninggalan Islam adalah salah satuya ada di wilayah Cirebon, Jawa Barat.
Baca Juga: 5 Keutamaan Tadarus di Bulan Ramadan, Baca Al-Quran Sesuai Sunnah Rasulullah
Tradisi Islam di Jawa Barat Jelang Ramadan
- Tradisi Munggahan
Tradisi unik masyarakat Sunda dalam menyambut bulan suci Ramadan, salah satunya Munggahan.
Munggahan berasal dari kata "unggah" yang berarti naik, melambangkan peningkatan kualitas ibadah serta persiapan spiritual menjelang Ramadan.
- Tradisi Papajar
Papajar saat ini dipahami sebagai tradisi untuk melakukan rekreasi menjelang datangnya bulan Ramadan.
Secara teknis, saat papajar biasanya keluarga membawa makanan (seperti nasi timbel lengkap dengan lauknya) ke tempat rekreasi dan makan bersama di sana, baik di rerumputan maupun membawa tikar yang digelar di atas pasir pantai.
Sumber: berbagai sumber.