SUKABUMIUPDATE.com - Banyak ibu percaya bahwa menyusui dapat membantu menurunkan berat badan tanpa perlu diet atau olahraga. Namun, tidak semua ibu mengalami penurunan berat badan saat menyusui. Bahkan, beberapa ibu mungkin justru mempertahankan atau menambah berat badan hingga bayi mereka disapih. Hal ini sering membuat frustasi, sehingga banyak ibu mencari cara lain untuk menurunkan berat badan dengan aman, termasuk mencoba puasa intermiten.
Puasa intermiten adalah pola makan yang melibatkan periode puasa dan makan yang terjadwal. Berikut beberapa jenis puasa intermiten:
- 5:2: Lima hari makan normal dan dua hari membatasi kalori hingga 500-600.
- 8:16 atau 10:14: Makan dalam jangka waktu 8-10 jam dan puasa selama 14-16 jam sisanya.
- Puasa Hari Alternatif: Puasa setiap hari secara bergantian.
- Makan-Berhenti-Makan: Tidak makan selama 24 jam sekali atau dua kali seminggu.
- Diet Prajurit: Makan sedikit di siang hari dan makan besar di malam hari.
Manfaat puasa intermiten antara lain:
Baca Juga: Mengenal Maskne: Ketahui Penyebab dan 7 Masalah Kulit Akibat Penggunaan Masker
- Mengurangi peradangan dalam tubuh.
- Menurunkan kadar gula darah, kolesterol, dan tekanan darah.
- Membantu menurunkan berat badan dengan membakar cadangan lemak tubuh.
Namun, amankah melakukan puasa intermiten saat menyusui? Berikut penjelasannya.
Amankah Puasa Intermiten Saat Menyusui?
Secara tradisional, ibu menyusui disarankan mengkonsumsi tambahan 330-600 kalori untuk mendukung produksi ASI. Asupan nutrisi yang cukup memastikan bayi mendapatkan kebutuhan gizi yang optimal. Karena dengan berpuasa dapat mengurangi asupan kalori dan cairan yang berpotensi mempengaruhi pasokan ASI.
Berikut adalah beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan:
1.Untuk Ibu
Keamanan puasa intermiten saat menyusui bergantung pada banyak faktor. Konsultasikan dengan dokter atau konsultan laktasi sebelum memulai. Pertimbangkan hal-hal berikut:
Baca Juga: Apakah Menyusui Memiliki Manfaat Kognitif Pada Anak? Simak Ulasan Berikut
- Usia bayi: Bayi yang sepenuhnya bergantung pada ASI membutuhkan asupan gizi lebih tinggi dari ibunya.
- Jenis makanan: Pastikan makanan yang dikonsumsi selama "jendela makan" kaya akan nutrisi.
- Masalah kesehatan: Kondisi kesehatan ibu dapat mempengaruhi keamanan puasa.
- Jenis puasa: Beberapa metode puasa mungkin lebih cocok dibandingkan yang lain.
Puasa yang tidak tepat dapat mempengaruhi hormon, produksi ASI, dan bahkan menyebabkan kondisi metabolik seperti ketoasidosis. Produksi ASI biasanya menurun jika asupan kalori ibu kurang dari 1.800 kkal per hari atau jika puasa berlangsung lebih dari 24 jam.
2. Untuk Bayi
Dampak puasa pada bayi dapat diamati melalui:
- Bayi yang lesu atau lebih sering mengantuk.
- Perubahan pola menyusu, seperti minum terlalu banyak atau terlalu sedikit.
- Perubahan pada pergerakan usus bayi.
- Dehidrasi, yang terlihat dari popok yang kering atau urine berwarna gelap.
- Penurunan berat badan atau kurangnya penambahan berat badan.
Meskipun puasa jangka pendek biasanya tidak mempengaruhi zat gizi makro dalam ASI, namun kualitas zat gizi mikro dapat terpengaruh. Oleh karena itu, penting untuk memastikan asupan makanan bergizi tinggi selama "jendela makan."
Baca Juga: Motif Warisan Muncul di Balik Pembunuhan Tragis Kakak oleh Adik di Sukabumi
Puasa intermiten dapat dilakukan dengan aman oleh ibu menyusui jika dilakukan dengan hati-hati dan dengan memperhatikan kebutuhan gizi. Pastikan untuk melakukan hal-hal berikut:
- Memilih jenis puasa yang tidak terlalu membatasi asupan kalori.
- Mengkonsumsi makanan yang kaya akan kalori, protein, zat besi, dan kalsium selama "jendela makan."
- Menghindari puasa yang berlangsung lebih dari 20-24 jam.
- Memantau kondisi bayi, termasuk pola menyusu dan berat badannya.
Sumber: parenting.firstcry