SUKABUMIUPDATE.com - Oversharing atau kebiasaan berbagi informasi pribadi secara berlebihan kini semakin umum di era digital. Banyak orang merasa terdorong untuk membagikan hampir semua aspek kehidupan mereka, baik di media sosial maupun dalam interaksi pribadi. Meskipun berbagi pengalaman atau perasaan dapat mempererat hubungan, kebiasaan ini juga memiliki potensi dampak negatif yang sering kali tidak disadari.
Oversharing dapat merusak kualitas hubungan pribadi, mempengaruhi kesehatan mental, dan bahkan berdampak pada reputasi profesional seseorang. Berikut ini adalah beberapa risiko tersembunyi yang mungkin timbul dari kebiasaan over sharing.
1. Merusak Hubungan Sosial dan Interpersonal
Meskipun berbagi informasi pribadi bisa terasa menyenangkan, tapi terlalu banyak berbagi dapat menciptakan rasa canggung, baik untuk orang yang berbagi maupun bagi yang mendengarkan. Berbagi hal-hal yang terlalu pribadi atau emosional bisa membuat orang lain merasa tidak nyaman, bahkan terpaksa terlibat dalam percakapan yang terlalu berat atau tidak diinginkan. Dalam banyak kasus, teman atau keluarga mungkin merasa kewalahan dan akhirnya menjaga jarak.
Berbagi berlebihan juga dapat merusak kepercayaan, karena orang lain bisa merasa bahwa Anda tidak menghargai batasan pribadi mereka. Ketika seseorang merasa informasi yang seharusnya pribadi dibagikan secara berlebihan, mereka bisa kehilangan rasa hormat atau bahkan merasa tidak aman dalam hubungan tersebut.
Baca Juga: 5 Pengungkapan yang Bisa Merugikan: Perspektif Psikologi Tentang Batasan Diri
2. Dampak Negatif Terhadap Kesehatan Mental
Kebiasaan oversharing tidak hanya berisiko bagi hubungan, tetapi juga dapat mempengaruhi kesejahteraan mental seseorang. Individu yang cenderung berbagi terlalu banyak mungkin melakukannya sebagai cara untuk mengatasi perasaan kesepian atau stres. Mereka berharap bahwa berbagi pengalaman atau perasaan dapat membantu mereka merasa lebih terhubung atau dipahami.
Namun, kenyataannya berbagi terlalu banyak bisa berbalik merugikan. Bukannya merasa lebih baik, seseorang malah bisa merasa semakin terisolasi atau dikecewakan ketika respons dari orang lain tidak sesuai dengan harapan mereka. Ini bisa memperburuk perasaan cemas atau depresi, karena seseorang merasa "terungkap" tanpa mendapatkan dukungan emosional yang seharusnya mereka butuhkan.
3. Menurunnya Reputasi Profesional
Oversharing dapat berdampak buruk dalam lingkungan profesional. Berbagi terlalu banyak informasi pribadi di tempat kerja atau di media sosial dapat merusak profesionalisme Anda. Misalnya, membagikan masalah pribadi atau terlalu banyak informasi tentang kehidupan rumah tangga Anda dapat mengalihkan perhatian dari kemampuan dan kinerja kerja Anda.
Rekan kerja dan atasan bisa mulai memandang Anda sebagai seseorang yang tidak bisa menjaga batas antara kehidupan pribadi dan profesional. Hal ini bisa mengurangi kredibilitas Anda di mata orang lain dan berisiko merusak peluang karier Anda, terutama dalam industri yang membutuhkan profesionalisme tinggi.
Baca Juga: 12 Ciri Orang yang Memiliki Batasan Diri akan Mampu Mengelola Stres
4. Kehilangan Kendali atas Privasi dan Keamanan
Salah satu resiko terbesar dari kebiasaan oversharing adalah hilangnya kendali atas privasi Anda. Di dunia digital saat ini, segala informasi yang Anda bagikan di media sosial atau platform online lainnya bisa dengan mudah disalahgunakan. Psychology Today memperingatkan bahwa meskipun berbagi informasi pribadi tampak tidak berbahaya, informasi tersebut dapat digunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab untuk tujuan yang jahat, seperti penipuan atau pencurian identitas.
Misalnya, berbagi rincian pribadi seperti alamat rumah, lokasi liburan, atau informasi mengenai keluarga bisa memberikan petunjuk berharga bagi individu yang memiliki niat buruk. Terlebih lagi, gambar atau video yang diunggah ke media sosial sering kali dapat digunakan untuk melacak kebiasaan atau lokasi seseorang.
5. Pencemaran Jejak Digital
Setiap kali kita berbagi sesuatu secara online, kita meninggalkan jejak digital yang bisa bertahan lama. setiap unggahan atau komentar yang Anda buat di media sosial dapat diakses dan ditemukan bahkan bertahun-tahun kemudian. Apa yang Anda anggap sebagai "berbagi ringan" pada saat ini, bisa menjadi masalah di masa depan, terutama jika itu mengungkapkan informasi yang seharusnya tetap pribadi.
Jejak digital ini dapat mempengaruhi reputasi Anda, baik dalam kehidupan pribadi maupun profesional. Orang lain, termasuk calon majikan atau kolega, dapat melihat apa yang telah Anda bagikan dan membuat penilaian berdasarkan hal tersebut, yang mungkin tidak mencerminkan siapa diri Anda sekarang.
Baca Juga: 7 Ciri-Ciri Perempuan Yellow Flag dalam Hubungan, Perhatikan Sikapnya!
6. Mengundang Penilaian dan Kritik yang Tidak Diinginkan
Salah satu hal yang perlu dipertimbangkan adalah reaksi orang lain terhadap informasi yang Anda bagikan. ketika kita berbagi secara berlebihan, kita membuka pintu bagi kritik atau penilaian. Tidak semua orang akan sepakat atau merasa nyaman dengan apa yang Anda bagikan, dan kadang-kadang, respons tersebut bisa sangat mengganggu.
Bahkan di media sosial, di mana kita menganggap bahwa audiens kita mungkin lebih terbuka, berbagi terlalu banyak bisa menarik komentar negatif atau memperburuk perasaan Anda ketika informasi yang dibagikan dikritik atau disalahpahami. Hal ini bisa menambah kecemasan atau stres, yang tentunya mempengaruhi kesehatan mental Anda.
Oversharing tampaknya menjadi kebiasaan yang umum di dunia digital saat ini, tetapi kebiasaan ini datang dengan risiko yang tidak boleh diabaikan. Mengatur batasan dalam berbagi informasi pribadi dapat membantu Anda melindungi privasi, menjaga hubungan yang sehat, dan memastikan kesejahteraan mental Anda. Menjaga keseimbangan antara berbagi dan menjaga privasi sangat penting agar Anda bisa tetap terhubung dengan orang lain tanpa mengorbankan kualitas hidup Anda.
Jadi, sebelum membagikan sesuatu secara terbuka, pertimbangkan bagaimana informasi tersebut dapat mempengaruhi diri Anda, orang lain, dan reputasi Anda di masa depan.
Baca Juga: Kekuatan Relasi dalam Kehidupan: Mengapa Hubungan Sosial Itu Penting?
Sumber: Psychology Today