SUKABUMIUPDATE.com - Mohammad Hatta, salah satu proklamator kemerdekaan Indonesia, dikenal dengan kesederhanaannya yang luar biasa.
Kesederhanaan Hatta adalah contoh nyata dari pahlawan yang rela mengorbankan kekayaan dan kemudahan untuk kepentingan bangsa.
Berikut beberapa kisah yang mencerminkan sikap sederhana dari sang Wakil Presiden Indonesia Pertama, Mohammad Hatta, dirangkum dari berbagai sumber:
Baca Juga: Rumah Manusia Purba Zaman Prasejarah, Sejarah Tanah Parahyangan Jawa Barat
Kisah Kesederhanaan Mohammad Hatta
1. Pernikahan Hatta yang Sederhana
Seolah memiliki slogan "Tidak Mencari Kekayaan", Hatta menikah pada usia 43 tahun, setelah Indonesia merdeka.
Mas kawin pernikahan Hatta untuk Rahmi adalah buku berjudul "Alam Pikiran Yunani" yang ditulisnya sendiri, dikutip dari buku "Untuk Republik: Kisah-Kisah Teladan Kesederhanaan Tokoh Bangsa", via aclc.kpk.go.id. Hal ini menunjukkan bahwa Hatta lebih memilih kebijaksanaan dan kebijaksanaan daripada kekayaan.
Rahmi, istri sang Proklamator Indonesia ini bahkan mengatakan bahwa dia adalah istri ketiga Hatta. Sebab, istri pertama adalah sajadah, kedua buku, dan ketiga barulah dirinya.
2. Kesederhanaan Hatta di Pengasingan Digoel
Selama diasingkan di Digoel, Hatta menolak bekerjasama dengan penguasa setempat meskipun diiming-imingi upah tiga kali lipat. Moh. Hatta lebih memilih hidup sederhana dan membantu teman-teman yang kekurangan.
Sebagai informasi, dilansir dari indonesia.go.id, Boven Digoel atau di peta tercantum dengan nama Tanah Merah, adalah daerah pemekaran dari Kabupaten Merauke, Papua, ujung timur Indonesia.
Baca Juga: Sang Penakluk! Fatahillah dan Portugis dalam Catatan Sejarah Sunda Kelapa
3. Tidak Mampu Bayar Listrik Setelah Mundur dari Jabatan Wapres
Setelah mundur dari jabatan Wakil Presiden, Hatta hidup dengan sangat sederhana. Pada suatu waktu, ia tidak mampu membayar rekening listrik dan akhirnya meminta bantuan dari Gubernur Ali Sadikin.
4. Impian Hatta yang Tidak Terbeli
Hatta pernah melihat iklan sepatu merk Bally dan sangat ingin memilikinya. Namun, meskipun ia menabung, impian Hatta membeli sepatu Belly tidak pernah terwujud karena uang tabungannya tidak cukup untuk membeli sepatu tersebut.
5. Tak Pakai Mobil Dinas untuk Pribadi
Pada 1950 lalu, ibu Bung Hatta, Siti Saleha, ingin bertemu dengan putranya. Hatta lantas meminta keponakannya, Hasjim Ning untuk menjemput sang Ibu ke Sumedang.
Saat itu, Hasjim mengusulkan agar Ibu Siti dijemput dengan mobil dan supir wapres saja, agar muncul kebanggaan. Diluar perkiraan, Hatta justru marah dan menolak memakai mobil tersebut.
"Tidak bisa. Mobil ini bukan kepunyaanku, tapi kepunyaan negara," kata Hatta saat itu, dikutip dari via aclc.kpk.go.id, Kamis, 30 Januari 2025.
Baca Juga: Sejarah Perjanjian Sunda Kelapa 1522 Antara Portugis dan Pajajaran
Sumber: Berbagai Sumber.