SUKABUMIUPDATE.com - Dalam lautan kehidupan yang penuh gejolak, hati yang lembut bagaikan oase yang menyejukkan. Di tengah hiruk pikuk dunia yang sarat dengan tuntutan dan kompetisi, melunakkan hati menjadi kunci untuk menemukan kedamaian batin.
Hati yang lembut memungkinkan kita untuk lebih empati, memaafkan, dan mencintai sesama. Dengan hati yang lunak, kita mampu membangun hubungan yang lebih harmonis dengan orang di sekitar kita, serta menemukan makna yang lebih dalam dalam hidup.
Hati yang keras bagaikan batu karang yang sulit ditembus. Ia membuat kita sulit untuk menerima perbedaan pendapat, memaafkan kesalahan orang lain, dan merasakan kasih sayang.
Sebaliknya, hati yang lembut bagaikan tanah subur yang siap menerima benih kebaikan. Ia memungkinkan kita untuk tumbuh dan berkembang sebagai pribadi yang lebih baik.
Sejatinya dunia ini penuh dengan cobaan dan ujian, melunakkan hati menjadi hal yang sangat penting untuk menjaga keseimbangan spiritual kita.
Dalam kajiannya, Ustadz Adi Hidayat menerangkan tentang do'a dan cara terampuh untuk melunakkan hati yang keras.
Ustadz Adi Hidayat membagikan pandangan Islam yang mendalam serta do'a-doa yang dapat diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
Berikut ini adalah pengamalan, doa dan juga cara ampuh melunakan hati yang keras dari Ustadz Adi Hidayat.
Cara Bijak Mengajarkan Agama dengan Hikmah
Allah berfirman dalam Al-Qur'an Surat An-Nahl Ayat 125:
ٱدْعُ إِلَىٰ سَبِيلِ رَبِّكَ بِٱلْحِكْمَةِ وَٱلْمَوْعِظَةِ ٱلْحَسَنَةِ ۖ وَجَٰدِلْهُم بِٱلَّتِى هِىَ أَحْسَنُ ۚ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَن ضَلَّ عَن سَبِيلِهِۦ ۖ وَهُوَ أَعْلَمُ بِٱلْمُهْتَدِينَ
Latin: Ud'u ilā sabīli rabbika bil-ḥikmati wal-mau'iẓatil-ḥasanati wa jādil-hum billatī hiya aḥsan, inna rabbaka huwa a'lamu biman ḍalla 'an sabīlihī wa huwa a'lamu bil-muhtadīn
Artinya: Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
Dalam hal ini ketika menemui seseorang keras hatinya dan belum memahami ajaran agama, kita tidak sepatutnya memarahi atau mencela. Sebaliknya, ajaklah dengan cara bijak.
Hikmah, menurut Al-Qur'an, memiliki tiga makna utama:
- Puncak pengetahuan – Memiliki pemahaman mendalam dan menyeluruh.
- Kesesuaian perkataan dan perbuatan – Menjadi teladan dalam tindakan.
- Kelembutan dalam sikap – Menyampaikan pesan dengan lembut dan bijaksana.
Misalnya, ketika menghadapi seorang anak kecil yang rewel, orang tua tidak akan membentak atau memukul. Sebaliknya, mereka menunjukkan kasih sayang dengan memeluk dan menenangkan.
Praktikkan Hikmah dalam Kehidupan Sehari-Hari
Begitu pula saat orang tua yang telah lanjut usia mulai menunjukkan sifat seperti anak kecil—ingin ini dan itu—perlakukan mereka dengan kelembutan dan penghormatan.
Contoh penerapan hikmah dapat dimulai dengan berterima kasih kepada orang tua. Ucapkan kalimat lembut seperti, "Tidak ada yang lebih aku sayangi di dunia ini selain Mama. Terima kasih telah melahirkan, membimbing, dan merawatku."
Ucapkan ini sambil memeluk dan memijat mereka. Kata-kata ini akan melembutkan hati mereka, sehingga membuka ruang untuk diskusi lebih dalam.
Contoh Nyata Penerapan Hikmah
Ustadz Adi Hidayat menceritakan pernah mengelola sebuah pondok pesantren di Jakarta yang jamaahnya kebanyakan adalah pensiunan pejabat. Karena kebiasaan memimpin saat bekerja, beberapa dari mereka ingin menjadi imam shalat, meskipun bacaan mereka kurang memenuhi syarat.
Alih-alih langsung menolak, ustadz Adi Hidayat memberikan solusi. Saya katakan, "Bapak bisa menjadi imam, tetapi mari kita mulai dari salat Zuhur dan Asar. Sementara itu, ayat-ayat yang ingin dibaca saat shalat Magrib dapat disetorkan terlebih dahulu ke santri untuk diperiksa."
Dengan cara ini, Ustadz Adi Hidayat mengajarkan mereka untuk belajar dan termotivasi untuk memperbaiki bacaan Al-Qur'an mereka.
Belajar dari Doa Nabi Musa
Contoh lainnya adalah ketika Nabi Musa diutus menghadapi Firaun, beliau tidak menghadapi sifat keras Firaun dengan kemarahan. Sebaliknya, Nabi Musa berdoa kepada Allah:
رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي وَاحْلُلْ عُقْدَةً مِنْ لِسَانِي يَفْقَهُوا قَوْلِي
"Rabbis rahli sadri wa yassirli amri wahlul 'uqdatan min lisani yafqahu qawli"
("Ya Allah, lapangkanlah dadaku, mudahkanlah urusanku, dan lepaskanlah kekakuan lidahku agar mereka memahami perkataanku.").
Doa ini mengajarkan kita untuk menghadapi tantangan dengan kelembutan, kebijaksanaan, dan doa. Jangan fokus pada siapa yang kita hadapi, tetapi pada cara terbaik untuk menyampaikan kebaikan.