SUKABUMIUPDATE.com - Si Jagur merupakan sebuah meriam ikonik yang dapat ditemukan di Museum Fatahilah, Kota Tua, Jakarta. Meriam ini dikenal juga dengan sebutan Kiai Setomo dan merupakan salah satu dari tiga "meriam suci," bersama Ki Amuk di Banten dan Nyai Setomi di Solo.
Mengutip laman kemendikbud, menurut Crucq (1937, 1939), meriam ini diperkirakan dibuat antara tahun 1625 hingga 1634 oleh Manoel Tavares Bocarro, di Macau, Cina.
Dengan kaliber 24 cm, meriam ini memiliki berat total 3,5 ton dapat menembakkan bola batu seberat 36 pon atau bola besi 100 pon. Pada permukaan meriam terukir tulisan Latin Ex me ipsa renata sum, yang berarti "dari diriku sendiri aku terlahir kembali," menandakan bahwa meriam ini kemungkinan dibuat dari bahan meriam bekas.
Lalu yang hal unik dari meriam Si Jago ini adalah simbol kejepit berbentuk kepalan tangan wanita dengan ibu jari yang menjulur di antara telunjuk dan jari tengah. Bangsa Portugis menyebut lambang tersebut dengan “mano in figa”, maksudnya, lambang tersebut bermakna kepercayaan dan kesuburan.
Berdasarkan berbagai literatur yang dihimpun, meriam Si Jagur diproduksi di pabrik St Jago de Barra di Makau oleh Manuel Tavares Bocarro dan awalnya, meriam ini digunakan Portugis untuk melindungi benteng mereka di Malaka.
Sepanjang sejarahnya, Si Jagur berpindah tangan dan lokasi berkali-kali. Setelah dibawa ke Batavia oleh Belanda di bawah bendera VOC, meriam ini sempat dipindahkan ke Museum Wayang pada tahun 1968, sebelum akhirnya ditempatkan di Museum Fatahilah pada tahun 1974.
Menurut hikayat yang dicatat dalam buku Meriam Si Jagur karya Thomas, meriam ini memiliki pasangan tempur bernama Ki Amuk yang kini disimpan di Museum Banten. Konon, jika kedua meriam ini disatukan, kekuatannya dapat mengusir penjajah Belanda. Selain itu, pasangan lainnya, meriam Nyai Setomi, saat ini berada di Solo.
Legenda Kiai Setomo dan Nyai Setomi
Dalam Ensiklopedi Jakarta, diceritakan bahwa kekuatan mistis Si Jagur bermula dari mimpi buruk Raja Pajajaran. Dalam mimpinya, ia mendengar suara gemuruh dari sebuah senjata luar biasa yang tak dikenal oleh pasukannya.
Setelah mimpi tersebut, Sang Raja memerintahkan patihnya, Kiai Setomo, untuk mencari senjata ampuh tersebut. Namun, ia memberi ancaman: jika gagal, Kiai Setomo akan dijatuhi hukuman mati. Dalam upaya memenuhi perintah tersebut, Kiai Setomo bersama istrinya, Nyai Setomi, bersemedi di dalam rumah mereka.
Lama tak muncul, Sang Raja mengutus prajurit untuk menggeledah rumah Kiai Setomo. Anehnya, mereka tidak menemukan siapa pun di dalam rumah itu, kecuali dua buah pipa besar yang tampak aneh.
Ternyata, Kiai Setomo dan Nyai Setomi telah berubah wujud menjadi dua buah meriam seperti yang dilihat Sang Raja dalam mimpinya. Kabar perubahan wujud pasangan ini menyebar luas hingga sampai ke telinga Sultan Agung dari Mataram.
Sultan Agung memerintahkan agar kedua meriam tersebut dibawa ke Mataram. Namun, meriam jantan, Kiai Setomo, tidak dapat dipindahkan. Warga Batavia yang menyaksikan kejadian ini menganggap meriam tersebut suci. Untuk melindunginya dari matahari dan hujan, mereka menutupi meriam itu dengan payung dan memberinya nama Kiai Jagur, yang berarti "Sang Perkasa."
Ada pula sumber lain yang menjelaskan bahwa nama Si Jagur berasal dari bunyinya, yaitu “jegar-jegur,” saat meriam tersebut ditembakkan. Meski banyak versi berbeda tentang asal-usulnya, semua sepakat bahwa Si Jagur adalah meriam yang sarat mitos dan sejarah. Sepanjang waktu, ia digunakan oleh berbagai penguasa, baik untuk menyerang, membunuh, maupun sekadar dijadikan koleksi museum sebagai benda antik.
Dalam mitos lainnya, meriam Si Jagur dianggap memiliki kekuatan magis yang mampu memberikan keturunan. Hal ini berkaitan dengan bentuk ujung kepala meriam yang menyerupai kepalan tangan kanan, dengan ibu jari keluar di antara jari tengah dan telunjuk.
Sumber: Indonesia.go.id