SUKABUMIUPDATE.com - Situ Cisanti adalah sebuah danau indah yang terletak di kaki Gunung Wayang tepatnya berlokasi di Kampung Pejaten Desa Tarumajaya, Kecamatan Kertasari, Kabupaten Bandung.
Danau Situ Cisanti sering disebut sebagai "nadi Jawa Barat" karena merupakan hulu Sungai Citarum, sungai terbesar dan terpanjang di Jawa Barat dengan panjang sekitar 269 km yang melintasi 12 kabupaten dan kota.
Situ Cisanti adalah danau buatan yang menampung air dari tujuh mata air utama Sungai Citarum. Ketujuh mata air tersebut adalah Pangsiraman, Cikoleberes, Cikawadukan, Cikahuripan, Cisadana, Cihaniwung, dan Cisanti.
Danau ini juga dikenal sebagai Kilometer 0 Sungai Citarum dengan luas mencapai 5 hektare. Untuk mengunjunginya, tiket masuk hanya dikenakan sebesar Rp 15.000 per orang.
Situ Cisanti tidak hanya menawarkan pemandangan indah tetapi juga menyimpan makna mendalam terkait nama-nama tujuh mata airnya. Hal ini membuat pengunjung semakin kagum akan nilai sejarah dan budaya yang terkandung di dalamnya.
Mengutip dari laman Citarum Harum, menurut Kang Atep, Kuncen Mata Air Cisanti, dulunya Situ Cisanti hanyalah rawa. Dengan bantuan alat berat, rawa ini diubah menjadi danau yang menampung air dari tujuh mata air di kaki Gunung Wayang, yakni Pangsiraman, Cikoleberes, Cikawadukan, Cikahuripan, Cisadana, Cihaniwung, dan Cisanti.
Ada syarat khusus untuk mandi di mata air Situ Cisanti. Pengunjung harus dalam kondisi fisik yang bersih, wangi, dan hati yang bersih. Kang Atep menjelaskan bahwa mandi di situ tidak hanya membersihkan tubuh tetapi juga jiwa.
Pengunjung harus mematuhi aturan mandi di mata air tersebut, salah satunya adalah mandi terpisah antara laki-laki dan perempuan. Mata air Cikahuripan digunakan untuk perempuan, sedangkan Citarum untuk laki-laki.
Sebuah pohon tumbang yang sudah ada sejak 1974 menjadi pembatas alami antara area mandi laki-laki dan perempuan.
Makna Mendalam 7 Mata Air Situ Cisanti
Nama mata air Cikahuripan mengandung pesan penting tentang menjaga kelestarian air di Situ Cisanti. Air ini sangat berperan dalam keberlangsungan hidup manusia, tumbuhan, dan hewan, sehingga harus dijaga demi kehidupan.
Sementara itu nama mata air Cikoleberes membawa pesan agar manusia memiliki niat yang tulus dan lurus. Menurut Atep, niat dan urusan hidup harus diselesaikan dengan baik tanpa saling menjatuhkan satu sama lain.
Cihaniwung dan Cisadana dua mata air ini menyampaikan pesan agar manusia tidak hanya fokus pada kepentingan duniawi, melainkan juga mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Nama Cihaniwung dan Cisadana menjadi pengingat akan keseimbangan antara dunia dan akhirat.
Mata air Cikawadukan mengajarkan manusia untuk memiliki hati yang tulus dan menjauhkan diri dari dendam. Pesan ini menegaskan pentingnya menjaga ketulusan dalam menjalani kehidupan.
Menurut Atep, keseluruhan makna dari keenam mata air sebelumnya berpuncak pada nama Cisanti, yang menyiratkan kedamaian. Mata air Cisanti menjadi simbol kesatuan makna dari seluruh mata air yang ada.
Sumber: Citarum Harum Jabar Prov/Perhutani