SUKABUMIUPDATE.com - Hari Natal di Indonesia dirayakan dengan keanekaragaman tradisi yang mencerminkan kekayaan budaya dan adat istiadat setiap daerah. Di wilayah dengan populasi Kristen atau Katolik yang besar, perayaan Natal tidak hanya menjadi momen keagamaan tetapi juga sarana pelestarian tradisi lokal.
Tidak hanya menghias pohon Natal dengan beragam ornamen, tradisi perayaan Natal di berbagai daerah di Indonesia ini menjadi lambang kebersamaan yang diwariskan dari generasi ke generasi sejak masa leluhur. Setiap tradisi ini juga mencerminkan budaya lokal yang khas, sekaligus mengandung makna yang sangat mendalam.
Berikut adalah beberapa perayaan natal di berbagai daerah di Indonesia, dihimpun dari laman stekom.
1. Papua
Di Papua, perayaan Natal dimeriahkan dengan tradisi barapen atau bakar batu, sebuah ritual memasak daging babi yang dilakukan bersama-sama. Proses memasaknya menggunakan batu yang dipanaskan dengan kayu bakar, sementara cara menyalakan apinya unik karena dilakukan dengan menggesekkan kayu hingga menghasilkan percikan api, tanpa bantuan korek.
Para pria bertugas membuat lubang dan memanaskan batu, sedangkan para wanita menyiapkan sayuran seperti petatas (ubi jalar), kangkung, bayam, pakis, singkong, dan daun pepaya. Daging babi bersama sayuran tersebut dimasukkan ke lubang yang dilapisi dedaunan dan batu panas hingga mencapai tiga lapisan.
Proses memasak berlangsung hingga setengah hari, ditandai dengan asap dan aroma daging yang menguar dari lubang. Barapen menjadi simbol kebersamaan, rasa syukur, dan kasih dengan menikmati hidangan bersama seluruh masyarakat.
2. Ambon
Di Ambon, terutama di Negeri Naku, Kecamatan Leitimur Selatan, tradisi Natal diawali dengan upacara adat cuci negeri. Ritual ini melambangkan pembersihan diri dan lingkungan dari dosa.
Warga berkumpul di rumah komunitas marga (Soa) untuk melaksanakan ritual adat masing-masing, kemudian bersama-sama menuju Baileo (rumah adat) sambil menyanyikan lagu daerah, menari dengan iringan tifa (alat musik tradisional), dan membawa seserahan berupa sirih, pinang, serta minuman sopi.
Selain itu, malam Natal di Ambon diramaikan dengan suara sirene kapal dan lonceng gereja yang dibunyikan serentak.
3. Yogyakarta
Di Yogyakarta, Natal dirayakan dengan sentuhan budaya lokal seperti pertunjukan wayang kulit bertema kelahiran Yesus Kristus. Upacara misa atau ibadat di gereja dilangsungkan dalam bahasa Jawa halus, dengan pastor atau pendeta mengenakan beskap dan blangkon sebagai pakaian adat.
Layaknya perayaan Idul Fitri, Natal juga menjadi momen saling berkunjung antar keluarga dan kerabat. Anak-anak sering menerima amplop berisi uang dari para orang dewasa sebagai bentuk kebahagiaan bersama.
4. Manado
Di Manado, perayaan pra-Natal dimulai sejak 1 Desember melalui kegiatan Safari Natal. Pejabat pemerintah daerah mengikuti ibadah di berbagai kecamatan secara bergilir setiap hari.
Selain itu, warga Manado memiliki tradisi pawai keliling dan mengunjungi makam keluarga untuk membersihkannya. Perayaan Natal ditutup dengan acara kunci taon pada minggu pertama Januari, yang dimeriahkan dengan pawai menggunakan kostum unik.
5. Bali
Di Bali, Natal dirayakan di desa-desa Kristen yang sebagian besar terletak di bagian selatan pulau. Penduduk mengenakan pakaian adat Bali dan menghiasi jalanan dengan penjor, yaitu janur yang melambangkan naga Anantaboga.
Tradisi perayaan Natal di Bali dipengaruhi budaya Hindu-Bali, dengan sedikit pengaruh budaya Barat, menjadikannya unik dan khas.
6. Toraja
Masyarakat Toraja menyambut Natal dengan festival budaya Lovely December. Festival ini melibatkan berbagai kegiatan, seperti tarian massal, karnaval budaya, pertunjukan musik bambu, festival kuliner, dan pameran kerajinan tangan.
Puncaknya adalah pesta kembang api dan prosesi Lettoan pada 26 Desember, di mana babi diarak sebagai simbol budaya yang mewakili tiga dimensi kehidupan manusia.
7. Sumatera Utara
Di Sumatera Utara, suku Batak memiliki tradisi Natal yang disebut marbinda. Dalam tradisi ini, warga bersama-sama membeli hewan kurban seperti babi, lembu, atau kerbau dari hasil tabungan kolektif.
Hewan tersebut kemudian disembelih, dan dagingnya dibagikan kepada masyarakat yang telah berkontribusi. Di Nias, Natal dirayakan dengan tradisi Fanunu Fandru atau penyalaan lampu. Pada masa lalu, sebelum ada akses listrik, jemaat membawa lampu petromaks ke gereja untuk menerangi perayaan malam Natal.