SUKABUMIUPDATE.com - Peristiwa Gedoran Depok terjadi pada bulan Oktober tahun 1945.
Peristiwa Gedoran 1945 merupakan bagian dari perjuangan kemerdekaan Indonesia dan melibatkan kekacauan, perampokan massal, dan kekerasan fisik terhadap orang-orang yang dianggap pro-Belanda di Depok.
Merujuk berbagai sumber, Depok, yang diketahui sudah merdeka sejak 28 Juni 1714 dengan pemerintahan sendiri di bawah Cornelis Chastelein, disebut enggan mengakui kemerdekaan Indonesia yang terjadi pada 17 Agustus 1945. Hal ini menyebabkan para pejuang kemerdekaan ingin merebut Depok dari tangan penjajah.
Baca Juga: Emma Poeradiredja, Perempuan Sunda Pertama yang Jadi Dewan Kota Bandung
Kronologi Peristiwa Gedoran Depok
7 Oktober 1945: Para pemuda Indonesia melakukan gerakan revolusioner untuk mendesak Depok agar mengakui kemerdekaan Indonesia.
8 Oktober 1945: Pemberontakan mulai marak dengan datangnya segerombolan orang bersenjata bambu runcing. Kondisi semakin bergejolak ketika mereka merampok lima keluarga yang dianggap kaki tangan Belanda dan menjarah semua barang kekayaannya.
11 Oktober 1945: Puncak kekacauan Peristiwa Gedoran terjadi dengan aksi pembunuhan, perampokan, dan kekerasan fisik terhadap warga Depok yang dianggap pro-Belanda. Sekitar 4.000 pemuda Indonesia datang ke Kota Depok untuk melakukan aksi tersebut.
Dampak Peristiwa Gedoran Depok
Peristiwa Gedoran Depok mengakibatkan banyak korban jiwa dan kerusakan properti. Banyak warga Depok yang menjadi korban kekerasan dan dipaksa mengungsi ke tempat lain.
Tokoh Pejuang dalam Peristiwa Gedoran Depok
Beberapa tokoh pejuang yang terlibat dalam peristiwa ini adalah Margonda, Tole Iskandar, dan Mochtar, yang nama-nama mereka sekarang diabadikan sebagai nama jalan utama di Kota Depok.
Peristiwa Gedoran Depok adalah salah satu momen penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Baca Juga: 1,5 Bulan Menetap, Kilas Balik Rumah Bung Hatta dan Sjahrir di Kota Sukabumi
Peristiwa Gedoran Depok di masa transisi kemerdekaan membuat posisi Indonesia terpuruk. Dunia luar menganggap pemerintah Indonesia tidak bisa menjaga ketertiban umum dan mengendalikan masyarakatnya sendiri, salah satunya adalah negara Inggris.
Tak hanya itu, Republik Indonesia juga kehilangan simpati dan dukungan dari orang-orang Depok yang menjadi Korban Peristiwa Gedoran 1945.
Setelah Peristiwa Gedoran 1945 berlalu, sejumlah anak laki-laki Depok diketahui memilih bergabung dengan tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL).