SUKABUMIUPDATE.com - Dipati Ukur lahir dengan nama Wangsanata, adalah seorang bangsawan dari Kerajaan Jambu Karang di Purbalingga, Banyumas, yang menjadi penguasa Tatar Ukur (sekarang wilayah Jawa Barat) pada abad ke-17.
Dipati Ukur dikenal sebagai tokoh pemberontak yang berjuang melawan VOC (Verenigde Oost-Indische Compagnie) atas perintah Sultan Agung dari Kesultanan Mataram pada tahun 1628.
Perjalanan Hidup Dipati Ukur
Dipati Ukur diangkat sebagai bupati wedana Priangan oleh Sultan Agung untuk menyerang VOC di Batavia.
Perjuangan Dipati Ukur melawan VOC dan Mataram adalah salah satu cerita pemberontakan yang penuh dengan intrik dan keberanian.
Baca Juga: Sejarah Volksraad, DPR Versi Hindia Belanda yang Lahir di Batavia
Pada tahun 1628, Dipati Ukur ditugaskan oleh Sultan Agung untuk menyerang VOC di Batavia dan memimpin pasukan yang terdiri dari ribuan prajurit. Namun serangan Dipati Ukur ini gagal dan membuat hubungan antara Dipati Ukur dan Sultan Agung semakin memburuk.
Setelah gagal menyerang VOC, Dipati Ukur memilih untuk tidak kembali ke Mataram karena ia merasa dikhianati.
Melansir GNFI, Dipati Ukur dan pengikutnya memilih untuk melawan Mataram. Mereka berpindah-pindah dan bersembunyi untuk menghindari pasukan Mataram.
Akhirnya, Dipati Ukur dan pengikutnya ditangkap oleh pasukan Mataram dengan bantuan pejabat Priangan. Dipati Ukur kemudian dihukum mati di Mataram.
Baca Juga: Emma Poeradiredja, Perempuan Sunda Pertama yang Jadi Dewan Kota Bandung
Nama Dipati Ukur Abadi di Sudut Jalan Bandung
Dipati Ukur dianggap sebagai tokoh legendaris dan pemberontak oleh masyarakat Sunda, terutama di Priangan. Kisah Dipati Ukur di Jawa Barat sering diceritakan dalam cerita sejarah secara turun-temurun.
Sebagai bentuk Penghargaan, nama Dipati Ukur diabadikan dalam berbagai tempat di Jawa Barat, termasuk nama jalan di Bandung.
Dipati Ukur adalah simbol perjuangan melawan penjajahan dan kolonialisme, dan kisahnya tetap diingat sebagai bagian penting dari sejarah Jawa Barat.