SUKABUMIUPDATE.com - Suku Sunda adalah salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia yang mayoritas mendiami wilayah Provinsi Jawa Barat dan Banten. Dengan kekayaan budaya dan tradisi yang unik, suku Sunda telah memberikan kontribusi besar bagi keberagaman budaya Indonesia.
Masyarakat yang mendiami pulau Jawa bagian Barat ini memiliki bahasa tersendiri yakni Bahasa Sunda. Bahasa Sunda merupakan bahasa daerah yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat Sunda. Bahasa ini memiliki dialek yang beragam tergantung dari wilayahnya.
Sejak zaman dahulu, masyarakat Sunda dikenal sebagai masyarakat agraris yang erat kaitannya dengan dunia pertanian. Gaya hidup ini tidak hanya membuat tanah Sunda kaya akan berbagai jenis padi unggulan, tetapi juga melimpah dengan seni dan budaya.
Mengutip indonesiakarya, salah satu budaya yang muncul dari kehidupan agraris masyarakat Sunda adalah Susumpitan. Dalam bahasa Sunda, Susumpitan berarti memainkan sumpit.
Menariknya, tradisi menggunakan sumpit tidak hanya dimiliki oleh masyarakat Sunda, tetapi juga dikenal oleh suku Dayak dan Papua. Tentunya, setiap suku di Nusantara memiliki keunikan dan bentuk sumpitnya masing-masing.
Permainan sumpit adalah salah satu tradisi khas masyarakat Sunda yang lahir dari masyarakat Sunda agraris. Sumpit Sunda biasanya dibuat dari rotan dengan diameter kecil, berukuran sekitar 1-2 meter. Bagian ujung sumpit dilapisi dengan lem perekat agar sumpit tidak mudah retak.
Anak sumpit atau proyektilnya dibuat dari bambu yang dipipihkan dan tajam di ujungnya. Bagian pangkal anak sumpit dilapisi kapas atau busa agar bisa terbang dengan baik ketika didorong.
Dahulu, sumpit digunakan masyarakat Sunda sebagai senjata berburu. Namun, seiring berjalannya waktu, sumpit lebih dikenal sebagai permainan tradisional yang disebut Susumpitan.
Dari tradisi berburu yang turun-temurun, masyarakat Sunda mengembangkan permainan sumpit sebagai bentuk adaptasi dan pelestarian keterampilan leluhur, sekaligus menjadi ajang berkumpul dan bersosialisasi.
Aturan dalam permainan Susumpitan cukup sederhana. Anak sumpit harus mengenai target, seperti buah pepaya yang digantung dari jarak sekitar 5 meter.
Walaupun terlihat mudah, permainan ini memerlukan ketangkasan, dimana pemain harus memadukan ketenangan dan keterampilan untuk mengenai sasaran yang ditentukan.
Seiring perkembangan zaman, permainan tradisional seperti Susumpitan kini semakin jarang dimainkan. Untuk itu, berbagai komunitas budaya Sunda berupaya untuk melestarikannya dengan mengadakan lomba-lomba.
Salah satu contohnya adalah Kampung Budaya Sindang Barang di kaki Gunung Salak, yang rutin menyelenggarakan lomba permainan tradisional, termasuk Susumpitan, dalam setiap acara adat yang mereka gelar.