SUKABUMIUPDATE.com - Paribatra Sukhumbandhu adalah seorang Pangeran dari Kerajaan Siam (kini Thailand) yang memiliki peran penting dalam sejarah militer dan politik Siam pada awal abad ke-20.
Setelah kudeta tahun 1932 menggulingkan monarki absolut di Siam, Paribatra Sukhumbandhu ditempatkan dalam pengasingan di Bandung, Indonesia, yang pada saat itu masih berada di bawah administrasi Belanda. Pasca Kudeta Tak Berdarah atau Revolusi Siam 1932 itu, Paribatra tinggal di Villa Dahapati di Bandung hingga meninggal pada tanggal 18 Januari 1944.
Paribatra Sukhumbandhu dikenal sebagai salah satu tokoh yang berpengaruh dalam sejarah Siam, dengan perjalanan karir yang mencakup berbagai jabatan seperti Kepala Staf Tentara Kerajaan Siam, Panglima Angkatan Laut Kerajaan Siam, dan Menteri Pertahanan.
Namun, semua keistimewaan termasuk posisi Pangeran Thailand itu berakhir pada 24 Juni 1932, ketika kudeta menggulingkan kekuasaan Rama V, yang merupakan ayahnya.
Akibat Kudeta 1932, sebagai bagian dari kerajaan, Paribatra cukup terdampak dari segi politik, biologis maupun praktis. Pangeran Thailand itu terusir dari istana yang sudah selama 50 tahun ia tempati, seperti dirangkum dari berbagai sumber.
Sebelum ke Bandung, Paribatra sempat memilih pergi ke Eropa, namun catatan sejarah menunjukkan, sang pangeran akhirnya memutuskan tinggal di Hindia Belanda sekitar Agustus 1932.
Anak ke-33 Raja Rama V itu diketahui tiba di Batavia, yang kini adalah Jakarta. Menurut Surat kabar de Indische Courant, setelah tiba di Batavia Paribatra akhirnya memilih menetap di kawasan Cipaganti, Bandung. Tak sendiri, Pangeran Thailand itu datang ke Bandung membawa rombongan besar, mulai dari istri, lima anak, termasuk Putri Nibha Nibhadol yang merupakan adik tirinya.
Paribatra memutuskan untuk tinggal di Bandung karena suasananya yang sepi, dingin dan memiliki pemandangan alam yang indah. Meski berstatus "diasingkan", Pangeran Thailand tetap dihormati di Hindia Belanda hingga diberi kebebasan di tanah Paris Van Java itu.
Pejabat Hindia Belanda, dalam Harian de Indische Courant per tanggal 22 Agustus 1933, menyebut, ada tiga rumah besar di Bandung yang diberikan sebagai hunian Pangeran Paribatra. Haryoto Kunto, Peneliti sejarah Bandung dalam Semerbak Bunga di Bandung Raya tahun 1986 menceritakan, Paribatra menjadi seorang ahli tanaman anggrek.
Baca Juga: Perang Bubat 1357, Pernikahan Politik Sunda dan Jawa Dalam Catatan Sejarah
Dalam kesehariannya, Paribatra menjadi tukang kebun di Bandung hingga sukses membangun taman bunga di depan rumahnya. Bibit anggrek yang disebarluaskan di Bandung pun pertama kali dikenalkan Paribatra dari kebun tersebut.
Pangeran Thailand dalam pengasingannya selama 12 tahun di Hindia Belanda itu, rela menjadi tukang kebun karena merasa Bandung masih miskin bunga, seperti mengutip majalah Mooi Indie (1937).
Tak hanya berkarir dan menekuni bidang tanaman, Paribatra Sukhumbandhu hidup di Bandung hingga akhir hayatnya. Pangeran Paribatra wafat pada 18 Januari 1944 di usia 62 tahun dan dimakamkan di Bandung pada tahun yang sama, saat Hindia Belanda sudah dikuasai Jepang.
Namun pada 1948, jenazah Pangeran Thailand itu dipulangkan ke tanah kelahiran untuk dikremasi di Istana Raja, Bangkok.