SUKABUMIUPDATE.com - Dewi Rara Santang merupakan putri dari Kerajaan Pajajaran, Prabu Siliwangi. Ia adalah anak kedua dari Prabu Siliwangi, dengan kakak laki-lakinya bernama Raden Kiansantang.
Sebagai putri seorang raja, Dewi Rara Santang tumbuh sebagai sosok yang cantik, kuat, dan cerdas. Ketika ia lahir, terjadi badai dan petir yang terus menerus menyambar.
Sang Prabu menganggap ini sebagai pertanda bahwa suatu hari Dewi Rara Santang akan menjadi ibu dari raja-raja besar di Nusantara.
Dewi Rara Santang dibesarkan di Istana Galuh Kawali. Ketika Prabu Siliwangi dinobatkan sebagai Raja di seluruh wilayah Sunda, lalu sang Dewi Rara Santang pindah ke Istana Kerajaan Pajajaran di Pakuan.
Sejak kecil, Dewi Rara Santang sudah memeluk agama Islam mengikuti jejak ibunya, Ratu Subang Larang. Sepeninggalan ibunya, ia memilih meninggalkan istana bersama saudaranya, Pangeran Cakrabuana.
Saat meninggalkan istana, Dewi Rara Santang dan Pangeran Walangsungsang (yang dikenal sebagai Pangeran Cakrabuana) memulai pengembaraan mereka.
Dalam petualangannya, Pangeran Walangsungsang menggunakan nama samaran Cakrabuana untuk menyembunyikan identitas dari pihak istana.
Pengembaraan ini membawa mereka hingga ke Tanah Suci Mekah, di mana pada tahun 1443 mereka menunaikan ibadah haji.
Di Mekah, Dewi Rara Santang bertemu dengan Sultan Hud dari Mesir, atau dikenal juga sebagai Syarif Abdullah Umdatuddin.
Terpesona dengan kecantikan Dewi Rara Santang, Sultan Hud memutuskan untuk melamarnya. Dari pernikahan ini lahir Sunan Gunung Jati, sebagaimana tercatat dalam Babad Cirebon dan Naskah Mertasinga.
Kisah Pertemuan Dewi Rara Santang dan Sultan Hud
Dalam kisahnya, disebutkan bahwa istri Sultan Hud di Mesir meninggal dunia, sehingga sang Sultan mengutus orang-orangnya untuk mencari pengganti. Utusan ini akhirnya menemukan Dewi Rara Santang dan Pangeran Cakrabuana yang sedang menunaikan haji.
Terpesona dengan kecantikan Dewi Rara Santang yang mirip dengan mendiang istri Sultan, utusan tersebut membawa mereka ke hadapan Sultan Hud.
Sultan Hud memohon izin kepada Pangeran Cakrabuana untuk menikahi adiknya. Namun, keputusan sepenuhnya diserahkan kepada Dewi Rara Santang.
Dewi Rara Santang setuju dengan syarat bahwa jika anak pertamanya seorang laki-laki, ia harus menjadi penyiar agama di tanah Pasundan. Syarat ini diucapkan di atas Bukit Tursina, dan Sultan Hud menyetujuinya.
Dengan rasa ingin tahu, utusan tersebut menanyakan asal-usul dan hubungan antara keduanya. Setelah mendapat penjelasan dari Pangeran Cakrabuana bahwa mereka adalah kakak beradik, wajah utusan itu memancarkan kebahagiaan.
Tanpa menunggu lama, ia segera membawa keduanya menghadap tuannya. Sultan Hud kemudian memohon izin kepada Pangeran Cakrabuana untuk menikahi adiknya. Namun, keputusan sepenuhnya diserahkan kepada Dewi Rara Santang.
Dewi Rara Santang setuju dengan syarat bahwa jika anak pertamanya seorang laki-laki, ia harus menjadi penyiar agama di tanah Pasundan. Syarat ini diucapkan di atas Bukit Tursina, dan Sultan Hud menyetujuinya.
Dari pernikahan tersebut lahirlah dua putra, yaitu Syarif Hidayatullah dan Syarif Nurullah. Syarif Hidayatullah kemudian dikenal sebagai Sunan Gunung Jati, salah satu anggota Walisongo yang berperan penting dalam penyebaran Islam di Pulau Jawa.
Pepatah Prabu Siliwangi terbukti benar, bahwa putrinya, Dewi Rara Santang, akan melahirkan raja-raja yang membawa manfaat bagi masyarakat sekitarnya.