SUKABUMIUPDATE.com - Sungai Ciliwung, yang merupakan salah satu sungai penting di DKI Jakarta, memiliki sejarah yang panjang. Sungai ini membentang dari hulu yang berada di wilayah Bogor, termasuk area Gunung Gede, Gunung Pangrango, dan Cisarua, hingga ke hilir di pantai utara Jakarta.
Sungai Ciliwung memiliki panjang sekitar 120 km dengan luas Daerah Aliran Sungai (DAS) mencapai 387 km². Dahulu, Sungai Ciliwung menjadi sumber utama kehidupan bagi masyarakat Jakarta dan menjadi habitat bagi beragam jenis ikan. Namun, saat ini Sungai Ciliwung menghadapi banyak permasalahan.
Seiring dengan pesatnya pembangunan perumahan, perkantoran, dan kawasan bisnis lainnya, Sungai Ciliwung mulai diabaikan. Sungai ini menjadi tempat pembuangan sampah dan limbah dari berbagai sumber.
Kondisi ini semakin memburuk ketika sampah yang menumpuk menyumbat aliran air, membuat sungai menjadi kotor, berbau, dan memicu banjir yang kerap menjadi masalah bagi warga Jakarta.
Mengutip dari berbagai sumber, dahulu kala, Sungai Ciliwung tidak hanya menjadi sumber air minum, tetapi juga merupakan sumber utama penghidupan bagi masyarakat yang tinggal di sekitarnya.
Berabad-abad lalu, Sungai Ciliwung sering mendapat pujian dari para pendatang asing. Pada abad XV hingga XVI, sungai ini dikenal sebagai sungai yang indah, dengan air yang jernih dan bersih, mengalir di tengah kota, yang sangat dinikmati oleh para pedagang yang berlabuh di Pelabuhan Sunda Kelapa.
Pada masa itu, Sungai Ciliwung dapat menampung hingga 10 kapal dagang dengan kapasitas masing-masing 100 ton, yang bisa berlabuh dengan nyaman di Sunda Kelapa. Kini, bukan hanya kapal besar, bahkan kapal kecil pun sulit untuk melayari Ciliwung karena baling-baling kapal sering tersangkut sampah.
Sumber lain mencatat bahwa selama berabad-abad, air Sungai Ciliwung mengalir bebas, jernih, dan tenang, sehingga banyak kapten kapal asing yang singgah untuk mengambil air segar dari sungai ini, untuk disimpan dalam botol dan guci sebagai bekal perjalanan mereka.
Menurut Jean-Baptiste Tavernier, yang dikutip oleh Van Gorkom, menyatakan bahwa Sungai Ciliwung memiliki air yang paling baik dan paling bersih di dunia. (Persekutuan Aneh, 1988).
Karena kejernihan airnya, kota Batavia pada masa lalu pernah dijuluki sebagai “Ratu dari Timur.” Para pendatang asing memuji kota ini dengan sangat tinggi, bahkan membandingkannya dengan kota-kota terkenal di Eropa seperti Venesia, Italia.
Saat Kota Batavia dibangun oleh Belanda memiliki bentuk seperti bujur sangkar dengan panjang sekitar 2.250 meter dan lebar 1.500 meter. Sungai Ciliwung yang mengalir melintasi kota ini membagi Batavia menjadi dua kawasan yang hampir setara.
Namun, keadaan tersebut kini berbalik, Sungai Ciliwung kini penuh dengan sampah. Jika dulu mendapat banyak pujian, sekarang Sungai Ciliwung sering disalahkan sebagai salah satu penyebab banjir di Jakarta.