SUKABUMIUPDATE.com - Tanggal 12 Rabi'ul Awal Tahun Gajah, atau bertepatan dengan sekitar tahun 571 M, adalah hari yang sangat penting dalam sejarah Islam karena pada tanggal tersebut lahirlah Nabi Muhammad SAW, di kota Makkah, Arab Saudi.
Kelahiran Nabi Muhammad SAW dianggap sebagai awal dari perubahan besar bagi umat manusia, karena beliau adalah utusan terakhir Allah SWT, yang membawa risalah suci, yaitu ajaran Islam, yang diwahyukan melalui Al-Qur'an.
Pada masa kelahiran beliau, Arab berada dalam situasi sosial, politik, dan religius yang penuh dengan kejahilan (jahiliyyah). Nabi Muhammad SAW diutus untuk membawa ajaran tauhid, yang menekankan keesaan Allah, serta membimbing umat manusia menuju moralitas, keadilan, dan perdamaian.
Peristiwa kelahiran Nabi Muhammad SAW menjadi momen penting yang diperingati oleh umat Islam sebagai Maulid Nabi, yang dirayakan di berbagai belahan dunia dengan berbagai cara, sebagai bentuk penghormatan dan rasa syukur atas kelahiran utusan Allah SWT yang membawa rahmat bagi alam semesta.
Namun tahukah kamu jika kelahiran Nabi Muhammad SAW ini dibarengi oleh sejumlah peristiwa luar biasa? Jika penasaran yuk simak selengkapnya dibawah ini.
1. Padamnya Api Keabadiaan dari Sesembahan Kaum Majusi
Agama Majusi sudah ada sejak lama, bahkan sebelum Islam muncul. Penganut agama ini sangat menghormati api dan menganggapnya sebagai sumber kekuatan serta pelindung. Mereka percaya bahwa api adalah kekuatan gaib yang dapat melindungi dan memberikan kesejahteraan bagi manusia.
Saking sakralnya api, penganut Majusi menganggapnya sebagai Tuhan yang layak disembah. Konon api mereka telah menyala selama ribuan tahun. Menurut riwayat Imam al-Baihaqi, api keabadian milik penganut Majusi baru padam saat Nabi Muhammad lahir:
لما كانت الليلة التي ولد فيها رسول الله صلى الله عليه وسلم ارتجس إيوان كسرى، وسقط منه أربع عشرة شرفة، وخمدت نار الفرس، ولم تَخمُد قبل ذلك بألف عام، وغاضت بحيرة سَاوة
Artinya, “Pada malam kelahiran Nabi Muhammad saw, balkon istana Kisra runtuh, 14 gereja runtuh, api (sesembahan Majusi) di Persia padam yang sebelumnya menyala selama 1000 tahun, dan gereja Bahira ambles ke tanah.”
Imam az-Zurqani mencatat bahwa hadits ini tidak hanya diriwayatkan oleh Imam al-Baiqahi, tetapi juga oleh sejumlah ulama terkemuka seperti Abu Nu’aim al-Khara’iti, Ibnu ‘Asakir, dan Ibnu Jarir ath-Thabari. Semua riwayat tersebut bersambung sampai kepada Hani al-Makhzumi. (Imam Abu Abdilah az-Zurqani, Syarh Mawahibul Ladduniyyah, 2012: juz I, halaman 228).
2. Lahir dalam Keadaan Sujud
Berbeda dengan bayi pada umumnya yang menangis saat dilahirkan, Nabi Muhammad SAW terlahir dalam keadaan sujud. Imam Jalaluddin as-Suyuti dalam kitab Khasaishul Kubra mencatat bahwa saat keluar dari rahim Siti Aminah, beliau langsung melakukan sujud dan mengangkat kedua tangannya seolah sedang berdoa. (Jalaluddin as-Suyuti, Khasaishul Kubra, 2017: 82).
3. Sudah Dikhitan Ketika Dilahirkan
Islam menganjurkan setiap laki-laki untuk berkhitan. Waktu yang ideal untuk melakukan sunat adalah setelah memasuki usia baligh, dan lebih baik dilakukan sekitar usia tujuh tahun. Namun, keistimewaan Nabi Muhammad SAW adalah beliau telah disunat sejak lahir.
Menurut Syekh Sulaiman al-Bujairami, selain Nabi Muhammad, ada 14 nabi lainnya yang juga sudah dalam keadaan dikhitan saat dilahirkan. Nama-nama nabi tersebut tercatat dalam kitab Hasyiyah al-Bujairami ‘alal Khatib juz V, halaman 262.
4. Pertama Kali Dinamakan Muhammad
Secara bahasa, nama "Muhammad" berasal dari kata "hamdun" yang berarti pujian. Nama ini adalah bagian dari kosakata bahasa Arab yang umum digunakan di Makkah pada masa itu, namun anehnya belum pernah ada yang menggunakannya sebagai nama anak. Nabi Muhammad SAW adalah orang pertama yang menyandang nama ini.
Imam Ibnu Qutaibah menjelaskan bahwa salah satu tanda unik yang menunjukkan kelahiran Nabi Muhammad adalah keunikan nama beliau. Sebelumnya, tidak ada seorang pun yang bernama Muhammad. Hal ini, menurut Imam Ibnu Qutaibah, adalah kehendak Allah SWT untuk menjaga kesucian nama Nabi Muhammad, sama seperti yang dilakukan-Nya pada Nabi Yahya. (Syihabuddin al-Qastalani, Mawahibul Ladduniyah, 2009: juz I, halaman 374).
Nama Muhammad diberikan oleh kakeknya, Abdul Muthalib, yang berharap cucunya kelak akan menjadi sosok yang dipuji oleh seluruh makhluk.
Abdul Muthalib mendapatkan inspirasi untuk memberi nama cucunya Muhammad dari sebuah mimpi yang sangat unik. Dalam mimpi itu, beliau melihat sebuah rantai perak yang memanjang ke segala penjuru dunia dan berubah menjadi pohon yang sangat indah dan daunnya memancarkan cahaya. Semua manusia bergelantungan pada pohon tersebut.
Tafsir mimpi itu menunjukkan bahwa ia akan memiliki keturunan yang sangat berpengaruh, diakui oleh seluruh umat manusia, dan mendapatkan pujian dari seluruh penduduk langit dan bumi. Berdasarkan tafsir tersebut, ia berniat menamai keturunannya "Muhammad" yang memiliki arti “orang yang banyak mendapat pujian” (Imam Abu Abdilah az-Zurqani, Syarh Mawahibul Ladduniyyah, 2012: juz I, halaman 162).
5. Pintu Langit Tertutup bagi Iblis
Sebelum kelahiran Nabi Muhammad SAW, iblis diyakini memiliki kemampuan untuk mendengarkan secara sembunyi-sembunyi percakapan para malaikat di langit ketujuh mengenai takdir manusia. Informasi rahasia yang didengarnya kemudian disampaikan kepada para dukun, sehingga mereka mengklaim dapat mengetahui hal-hal gaib.
Namun, informasi yang disampaikan iblis seringkali diputarbalikkan. Sejak kelahiran Nabi Muhammad SAW, akses iblis ke langit tertutup, sehingga ia tidak dapat lagi memperoleh informasi tersebut. Terkait hal ini, As-Suhaili dalam ar-Raudhul Unf menyampaikan:
رُوِيَ فِي مَأْثُورِ الْأَخْبَارِ أن إبليس كان يخترق السّماوات قَبْلَ عِيسَى، فَلَمّا بُعِثَ عِيسَى، أَوْ وُلِدَ حجب عن ثلاث سماوات، فَلَمّا وُلِدَ مُحَمّدٌ حُجِبَ عَنْهَا كُلّهَا، وَقُذِفَتْ الشّيَاطِينُ بِالنّجُومِ
Artinya, “Diriwayatkan dalam beberapa hadits yang ma’tsur, dulu iblis bisa mencuri dengar di langit sebelum Nabi Isa diutus. Setelah Isa diutus atau dilahirkan, tertutup tiga lapis langit. Hingga Nabi Muhammad lahir, iblis tidak bisa lagi mencuri dengar sama sekali, sebab setan-setan sudah dilempari dengan bintang-bintang.” (Abul Qasim as-Suhaili, ar-Raudhul Unf, juz II, halaman 194). Wallahu a’lam.
Sumber: NU Online