SUKABUMIUPDATE.com - Patriarki adalah sistem sosial atau struktur masyarakat di mana laki-laki memegang kekuasaan utama dan memiliki peran dominan dalam politik, ekonomi, dan otoritas sosial.
Dalam sistem patriarki, laki-laki sering dianggap sebagai kepala keluarga, dan kekuasaan serta otoritas biasanya diturunkan dari satu generasi laki-laki ke generasi laki-laki berikutnya.
Sistem Patriarki mencakup penekanan pada peran tradisional gender, di mana perempuan umumnya ditempatkan dalam peran domestik dan pengasuhan, sementara laki-laki berada dalam posisi publik dan pengambilan keputusan.
Baca Juga: Serupa Tapi Tak Sama, Mengenal Suku Jawa VS Sunda di Indonesia
Ya, istilah Patriarki telah menjadi kata kunci populer dalam percakapan kontemporer tentang kesetaraan gender dan feminisme.
Namun, apa sebenarnya patriarki itu, kapan patriarki muncul, dan bagaimana dapat mengatasi struktur patriarki yang sudah mengakar kuat? Berikut pandangan ahli sebagaimana dilansir dari populationmedia.org:
Mengenal Apa Itu Patriarki
Patriarki adalah sistem sosial yang secara historis telah memberikan kekuasaan dan hak istimewa utama kepada laki-laki dalam berbagai aspek masyarakat, termasuk politik, ekonomi, dan budaya.
Pengaruh patriarki meluas ke berbagai aspek kehidupan modern, yang berkontribusi terhadap kesenjangan dalam pendidikan, kesempatan kerja, dan pendapatan antara laki-laki dan perempuan. Patriarki juga berperan dalam menormalkan kekerasan berbasis gender dan mengendalikan hak reproduksi perempuan.
Media dan budaya populer sering kali memperkuat norma-norma patriarki dengan mengabadikan stereotip gender dan objektifikasi.
Namun, gerakan feminis telah muncul sebagai kekuatan yang kuat yang menantang dan membongkar sistem yang menindas ini, mengadvokasi kesetaraan gender dan menginspirasi perubahan.
Memahami apa itu patriarki dan dampaknya yang luas sangat penting dalam upaya berkelanjutan untuk menciptakan masyarakat yang lebih setara dan adil bagi semua jenis kelamin.
Baca Juga: Kampung Wisata Hanya 25 Menit Lewat Tol Bocimi, Ada Curug hingga Tracking!
Asal Usul Patriarki
Untuk memahami asal usul patriarki, pertama-tama tentu harus menelusuri asal-usul historis dari mana patriarki ini berasal.
Patriarki adalah konstruksi sosial di mana laki-laki lebih dominan memegang kekuasaan, dan telah ada selama berabad-abad, dimulai sejak revolusi pertanian. Pergeseran dari masyarakat pemburu-pengumpul nomaden ke masyarakat pertanian yang menetap menandai dimulainya sistem patriarki.
Dalam masyarakat agraris, kepemilikan tanah dan produksi pangan surplus menjadi pusat kekuasaan dan kekayaan. Akibatnya, laki-laki, yang biasanya melakukan tugas-tugas yang menuntut fisik, seperti membajak dan berburu, memperoleh posisi dominan.
Dalam konsep kesetaraan gender, kendali baru atas sumber daya ini menyebabkan penindasan terhadap perempuan, yang sering kali diturunkan ke peran domestik, yang dianggap kurang berharga di mata masyarakat. Contohnya, kehidupan rumah tangga yang menganut prinsip patriarki dalam pelaksanaannya.
Apa akibatnya? Masih merujuk pada laman yang sama, perempuan sering kali diturunkan dan dikenai norma-norma sosial yang membatasi kesempatan dan otonomi mereka.
Baca Juga: Lewat Tol Bogor Ciawi Sukabumi, Cek 6 Destinasi Wisata Sekitar Bocimi Ini!
Dampak patriarki yang bertahan lama terus membentuk dinamika gender, melanggengkan ketidaksetaraan gender dan memperkuat stereotip yang merugikan, yang pada akhirnya menghambat kemajuan menuju kesetaraan gender.
Angela Saini, seorang penulis mengatakan, "Tanda-tanda pertama yang jelas tentang perlakuan yang berbeda secara kategoris terhadap perempuan muncul jauh setelahnya, di negara-negara pertama di Mesopotamia kuno, wilayah historis di sekitar sungai Tigris dan Efrat di wilayah yang sekarang disebut Irak, Suriah, dan Turki".
Sekitar 5.000 tahun yang lalu, lanjut Saini, prasasti administratif dari kota Sumeria Uruk di Mesopotamia selatan menunjukkan bahwa para pejabat yang bertanggung jawab berusaha keras menyusun daftar terperinci tentang populasi dan sumber daya.
James Scott, ilmuwan politik di Universitas Yale turut mengatakan, “Kekuasaan perorangan adalah kunci kekuasaan secara umum,” jelas antropolog, yang penelitiannya difokuskan pada negara-negara agraris awal.
Para elit di masyarakat awal ini membutuhkan orang-orang yang siap sedia untuk menghasilkan surplus sumber daya bagi mereka, dan siap sedia untuk membela negara –bahkan untuk menyerahkan nyawa mereka, jika diperlukan, di masa perang.
Mempertahankan tingkat populasi memberikan tekanan yang tak terelakkan pada keluarga. Seiring berjalannya waktu, para wanita muda diharapkan untuk fokus memiliki lebih banyak bayi, terutama anak laki-laki yang akan tumbuh untuk berperang.
Sumber: populationmedia.org