SUKABUMIUPDATE.com - Peringatan BMKG tentang potensi gempa megathrust di Indonesia memang perlu kita serius perhatikan. Gempa megathrust adalah gempa bumi berkekuatan sangat besar yang terjadi di zona subduksi, di mana lempeng tektonik saling bertemu dan salah satunya menyelam ke bawah lempeng lainnya.
Indonesia, dengan letak geografisnya yang berada di Cincin Api Pasifik, sangat rentan terhadap jenis gempa ini. Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut adalah dua zona yang perlu diwaspadai karena sudah ratusan tahun tidak terjadi gempa besar.
Hal inilah yang menjadi kekhawatiran Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono terkait potensi terjadinya di gempa megathrust di Indonesia bisa sangat terjadi.
“Kekhawatiran ilmuwam Jepang thd Megathrust Nankai sama persis dirasakan oleh ilmuwan Indonesia, khususnya terhadap Megathrust Selat Sunda dan Megathrust Mentawai-Siberut. Rilis gempa di dua segmen ini boleh dikata “tinggal menunggu waktu” krn sdhratusan thn blm tjd gempa besar,” tulis Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono dalam cuitan akun X-nya.
Mengapa Gempa Megathrust Sangat Berbahaya?
- Kekuatan Dahsyat: Gempa megathrust memiliki kekuatan yang jauh lebih besar dibandingkan gempa bumi biasa, sehingga dapat menyebabkan kerusakan yang sangat luas.
- Potensi Tsunami: Gempa megathrust seringkali memicu terjadinya tsunami, gelombang besar yang dapat menghancurkan daerah pesisir.
Tidak Perlu Panik dan Mitigasi Adalah Kuncinya
Gempa bumi dan tsunami memang peristiwa alam yang tidak dapat terhindarkan, namun kita tidak perlu hidup dalam ketakutan yang berlebihan. Mitigasi adalah kunci utama untuk menghadapi bencana ini.
Mitigasi bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga tanggung jawab kita sebagai individu dan masyarakat. Dengan bekerja sama, kita dapat mengurangi risiko bencana dan menciptakan lingkungan yang lebih aman.
Memahami proses terjadinya gempa bumi dan tsunami sangat penting untuk melakukan mitigasi bencana. Beberapa upaya mitigasi yang dapat dilakukan seperti mempersiapkan tas siaga bencana:
Daftar isi tas siaga bencana Anda sudah cukup lengkap dan mencakup kebutuhan dasar saat terjadi bencana. Namun, ada beberapa hal tambahan yang mungkin bisa Anda pertimbangkan untuk dimasukkan ke dalam tas siaga bencana Anda agar lebih lengkap dan siap menghadapi berbagai situasi darurat:
1. Dokumen Identitas Diri dan Keluarga
Salinan kartu identitas seperti KTP, KK, akta kelahiran, dan dokumen penting lainnya harus disimpan dalam plastik kedap air untuk melindungi dari kerusakan.
2. Surat Tanah dan Buku Tabungan
Dokumen kepemilikan tanah dan buku tabungan juga perlu disimpan dengan baik untuk keperluan administrasi pasca bencana.
3. Ijazah
Salinan ijazah dan sertifikat pendidikan penting untuk masa depan dan mengurus pekerjaan atau pendidikan pasca bencana.
4. Makanan Ringan Tahan Lama
Sediakan makanan yang tidak mudah rusak seperti mie instan, biskuit, dan abon. Ini memastikan asupan makanan darurat tersedia saat evakuasi.
5. Peluit
Peluit berguna untuk meminta bantuan dan menarik perhatian saat terjebak atau butuh pertolongan.
6. Air Minum
Bawa botol air minum yang cukup untuk beberapa hari untuk mencegah dehidrasi.
7. Uang
Siapkan uang tunai dalam jumlah yang cukup untuk keperluan mendesak karena mesin ATM mungkin tidak berfungsi.
8. Masker
Masker penting untuk melindungi diri dari debu, asap, atau virus.
9. Alat Bantu Penerangan
Sediakan senter, headlamp, lilin, dan korek api. Alat penerangan ini sangat penting ketika listrik mati.
10. Baju Ganti, Selimut, dan Peralatan Sanitasi
Bawa pakaian ganti, selimut, serta peralatan sanitasi seperti sabun, tisu basah, dan hand sanitizer untuk menjaga kebersihan.
11. Kotak P3K
Lengkapi kotak P3K dengan perban, plester, antiseptik, obat-obatan dasar, dan kebutuhan medis lainnya.
12. Alat Komunikasi
Bawa HP, powerbank, dan radio untuk memantau informasi terkini dan berkomunikasi dengan keluarga atau tim penyelamat.
Kesiapsiagaan adalah kunci utama untuk mengurangi dampak bencana. Selain mempersiapkan tas siaga bencana, penting juga untuk mengikuti informasi terbaru dari BMKG dan mengikuti arahan dari pihak berwenang.