SUKABUMIUPDATE.com - Perkembangan anak merupakan serangkaian perubahan-perubahan progresif yang terjadi sebagai akibat dari proses kematangan dan pengalaman. Perkembangan anak yang diturunkan genetik dari orang tua kepada anaknya yang diperoleh sebagai hasil belajar atau pengalaman seperti bakat, sifat keturunan, intelegensi dan kepribadian.
Perkembangan juga bertambahnya kemampuan (skill) dalam struktur dan tubuh yang lebih kompleks. perubahan dalam perkembangan individu ada berbagai aspek seperti hasil prosedur biologis, kognitif, dan sosio-emosional yang berkaitan.
Perkembangan ada 2 proses yang berbeda yaitu evolusi (pertumbuhan) dan involusi (kemunduran). Perkembangan lebih cenderung bersifat kualitatif, berkaitan dengan pematangan fungsi organ individu contohnya bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur, misalnya perkembangan bahasa, emosi, intelektual dan perilaku.
Perkembangan kognitif menurut Piaget, anak termasuk pada masa operasional konkret, berpikir secara induktif dan memiliki pengertian yang lebih baik tentang sebab, akibat, kategorisasi, dan konservasi. ada beberapa karakteristik perkembangan fisik pada anak sebagai berikut: pada masa anak 5-7 tahun; pada masa usia 8-9 dan pada masa usia 10-11 tahun.
Lalu, perkembangan apa yang perlu dipahami dan dibentuk kepada anak, oleh orang tua dan pendidik?
Dalam artikel ini pemahaman mendalam tentang moral, etika, sensorik, dan kemampuan adaptasi untuk menghadapi suatu masalah sangatlah penting untuk dipahami. Aspek-aspek ini tidak hanya membentuk karakter anak, tetapi juga mempersiapkan mereka untuk menangani masalah hidup dengan bijak. Misalnya, etika dan moral membantu anak mengembangkan nilai-nilai yang akan membantu mereka membuat pilihan yang baik dan bertanggung jawab.
Perkembangan sensorik juga sangat penting dalam proses belajar anak. Kemampuan sensorik yang baik memungkinkan anak untuk lebih peka terhadap lingkungan sekitarnya, meningkatkan kemampuan mereka dalam berinteraksi, dan memperoleh pemahaman yang lebih luas tentang dunia di sekitar mereka. Sebaliknya, kemampuan adaptasi membantu anak menjadi lebih fleksibel dan tahan terhadap perubahan dan tantangan. Ini penting karena dunia yang dinamis menuntut anak untuk cepat menyesuaikan diri dan tidak kehilangan tujuan.
Meskipun demikian, kita tidak boleh mengabaikan perkembangan sosio-emosi, kognitif, dan lainnya. Perkembangan anak yang dicapai merupakan integrasi aspek pemahaman nilai-nilai agama dan moral, fisik, kognitif, bahasa, dan sosial-emosional. Pertumbuhan dan perkembangan anak ini sangat penting untuk dipahami dan diarahkan agar anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang seimbang.
Perkembangan moral dan etika dapat dikaitkan dengan aspek kognitif dan bahasa, karena keduanya melibatkan proses berpikir dan menilai dan bagaimana bahasa digunakan dalam interaksi sosial dan pengaruhnya terhadap orang lain. Sensorik termasuk ke dalam aspek fisik bagaimana tubuh menerima dan memproses informasi, khususnya dalam konteks motorik kemampuan untuk merasakan tekstur atau suhu. Sedangkan kemampuan adaptasi berkaitan dengan sosio-emosional, karena membantu anak untuk berinteraksi dengan orang lain serta menangani perubahan emosional atau tantangan.
Dengan memahami perkembangan anak, orang tua dan pendidik dapat memberikan dukungan dan bimbingan yang tepat kepada anak. Mereka dapat membantu anak mengembangkan kemampuan dan keterampilan yang dimilikinya, serta mengatasi kesulitan dan hambatan yang dihadapi anak dalam proses perkembangannya. Dengan demikian, anak dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang cerdas, kreatif, dan berkepribadian.
Berikut penjelasan dari keempat aspek moral, etika, sensorik dan kemampuan adaptasi:
1. Perkembangan Moral
Moral merupakan suatu tingkah laku yang sudah tertanam di dalam diri kita sedari kita kecil, moral merupakan suatu kebiasaan seseorang. Berbicara mengenai moral, kita sebagai manusia ternyata memiliki beberapa tahap perkembangan moral. Semakin umur kita bertambah perkembangan moral yang kita hadapi juga berbeda. Menurut seorang psikolog terkenal Jean Piaget, perkembangan moral terbagi menjadi dua tahap yaitu :
1. Tahap Moralitas Heteronom
Tahap ini dirasakan oleh anak-anak usia sekitar 4-7 tahun. Di tahap ini mereka akan berpikir bahwa suatu aturan itu tidak dapat diubah karena menurut mereka suatu hal yang dilakukan itu harus sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh orang dewasa. Jadi mereka berpikir tanpa mencari tahu mengapa hal itu terjadi. Sebagai contoh ada dua anak yang tidak sengaja memecahkan mangkuk. Anak A tidak sengaja memecahkan dua mangkuk ketika ia sedang berusaha membantu ibunya merapikan meja makan. Sedangkan anak B memecahkan satu mangkuk karena ia bermain lari-larian di area meja makan. Menurut anak yang berada di tahap moralitas heteronom anak A lebih salah karena jumlah mangkuk yang ia pecahkan lebih banyak. Karena menurut mereka aturan itu tidak dapat diubah. Jadi mereka berpikir tanpa mencari tahu mengapa hal itu terjadi.
2. Tahap Moralitas Otonom
Tahap ini dirasakan oleh anak-anak sekitar 8 tahun ke atas. Pada tahap ini anak mulai mengerti bahwa aturan itu dapat diubah sesuai dengan hal yang terjadi. Pada tahap ini anak mulai bisa menilai mana baik buruk dalam melakukan sebuah tindakan.
Selain Jean Piaget ada pula para ahli lain yang mengemukakan tahapan perkembangan moral pada anak. Kohlberg mengungkapkan bahwa ada tiga tahap perkembangan moral pada anak yaitu :
1. Tahap Moralitas Prakonvensional (4-10 tahun)
Pada tahap ini terbagi lagi menjadi dua tahapan
a). Moralitas Heterogen
Anak mematuhi aturan karena berusaha terhindar dari sebuah hukuman. Anak pada tahap ini merasa bahwa benar atau salahnya suatu tindakan dicirikan melalui hukuman atau pujian. Contohnya yaitu anak berusia 4 tahun tidak mengambil es krim dari warung karena takut dimarahi oleh ibunya.
b). Individualisme dan hedonisme
Anak merasa bahwa harus ada rasa timbal balik terhadap apa yang telah ia lakukan. Sebagai contoh anak sudah merapikan mainannya yang berantakan karena ia tahu bahwa ibunya akan memberikannya hadiah coklat karena sudah merapikan mainannya.
2. Tahap Moralitas Konvensional (10-13 tahun)
a). Ekspektasi interpersonal. Anak pada tahap ini merasa ketika ia melakukan sesuatu itu ingin dilihat dan ingin mendapat kepercayaan dan perhatian dari orang lain. Contohnya anak membersihkan kelas yang telah digunakan karena ingin terlihat oleh guru dan temannya.
b). Moralitas dan norma sosial. Anak melakukan sebuah tindakan karena mengerti atau memahami aturan tersebut. Contohnya tidak mencontek ketika sedang melakukan ujian karena tahu hal tersebut tidak boleh dilakukan.
3. Tahap Pasca Konvensional (13 tahun ke atas)
Orang yang sudah berada di tahap ini mengerti akan tindakan mana yang baik dan mana yang buruk.
2. Perkembangan Etika
Perkembangan etika pada anak adalah proses di mana seorang anak belajar dan menginternalisasi nilai-nilai moral yang akan membimbing perilaku mereka sepanjang hidup. Proses ini dimulai sejak usia dini, melalui pengajaran langsung, teladan, dan interaksi dengan lingkungan sosial mereka. Anak-anak akan belajar membedakan antara benar dan salah, memahami pentingnya kejujuran, keadilan, tanggung jawab dan rasa hormat terhadap orang lain.
Baca Juga: Harmonisasi Elemen Gerakan Zakat Indonesia, Menyongsong Indonesia Emas 2045
Rasulullah SAW adalah contoh teladan utama untuk mengajarkan etika kepada anak, Rasulullah SAW sering menunjukkan rasa kasih sayang kepada anak-anak. Beliau selalu menyapa anak-anak dengan senyuman, berbicara dengan lembut, dan bermain dengan mereka. Suatu ketika, Rasulullah SAW melihat cucunya, Hasan dan Husein, bermain dan bergulat. Beliau tidak hanya mengawasi mereka dengan penuh kasih sayang tetapi juga memberikan contoh tentang bagaimana bersikap adil dan tidak memihak. Dengan cara ini, anak-anak belajar pentingnya kasih sayang, keadilan, dan sikap menghormati satu sama lain.
Melalui teladan-teladan ini, Rasulullah SAW menunjukkan bahwa etika bukan hanya tentang aturan dan hukuman, tetapi tentang menciptakan lingkungan yang penuh kasih dan rasa hormat. Dengan menanamkan nilai-nilai etika sejak dini, anak-anak akan tumbuh menjadi individu yang memiliki integritas dan mampu berkontribusi positif dalam masyarakat. Perlu diingat etika itu tidak tumbuh dengan sendirinya, tapi di bentuk dengan melihat orang disekelilingnya. Orang tua dan pendidik perlu memahami hal tersebut.
3. Perkembangan Sensorik
Perkembangan sensorik pada anak adalah proses perkembangan keterampilan yang berhubungan dengan lima indra utama: pendengaran, penciuman, perasa, sentuhan, dan penglihatan. Ini melibatkan cara sistem saraf anak dalam menerima input dari indra dan membentuk respons motorik atau perilaku yang sesuai. Perkembangan sensorik sangat penting untuk kesehatan dan kesejahteraan anak, baik fisik maupun mental, karena membentuk dasar pembelajaran dan persepsi.
Perkembangan sensorik membantu anak mengenali dan memahami lingkungan sekitarnya melalui panca indera. Misalnya, anak yang dapat merasakan tekstur, suara, dan visual dengan baik lebih mampu memahami situasi dan konteks di mana mereka berada.
Kemampuan sensorik yang baik juga membantu anak dalam mengendalikan diri dan merespons stimulasi dengan tepat. Anak yang dapat mengelola rangsangan sensorik dengan baik cenderung lebih mampu menjaga ketenangan dan berperilaku dengan cara yang etis, bahkan dalam situasi yang penuh tekanan. Misalnya, mereka bisa lebih sabar dan tidak mudah marah, sehingga lebih mungkin untuk mengambil keputusan yang adil dan tidak terburu-buru.
Contoh nyata berhubungan dengan perkembangan moral dan etika anak, dapat dilihat dari perilaku Rasulullah SAW yang menunjukkan empati dan kesadaran sosial yang tinggi. Misalnya, ketika beliau berbicara dengan lembut dan penuh perhatian kepada anak-anak, atau menunjukkan kasih sayang kepada mereka, ini adalah contoh dari bagaimana respon sensorik (mendengar dan melihat) berperan dalam membentuk perilaku etis. Anak-anak yang melihat dan merasakan contoh ini dari Rasulullah SAW belajar tentang pentingnya empati dan perhatian terhadap orang lain.
4. Kemampuan Adaptasi
Kemampuan adaptasi adalah keterampilan penting yang memungkinkan seseorang untuk menyesuaikan diri dengan perubahan dan kesulitan yang mereka hadapi dalam berbagai situasi kehidupan. Kemampuan ini sangat penting bagi anak-anak karena mereka terus belajar dan menghadapi situasi baru seiring pertumbuhan mereka. Kemampuan adaptasi anak yang dibahas pada artikel ini. Anak-anak belajar menyesuaikan diri melalui pengalaman dan interaksi dengan lingkungan mereka. Situasi sehari-hari seperti berpindah sekolah, mendapatkan teman baru, atau menghadapi peraturan baru di rumah memberikan kesempatan bagi anak untuk belajar dan berlatih menyesuaikan diri. Untuk membantu anak mengembangkan keterampilan ini, lingkungan yang mendukung, seperti dukungan dari orang tua, guru, dan teman sebaya, sangat penting untuk membantu dan mengembangkannya
Berikut beberapa cara untuk membantu anak mengembangkan kemampuan adaptasi :
1. Memberikan dukungan, orang tua dapat membantu anak untuk merasa aman dan didukung saat menghadapi perubahan. Hal tersebut bisa termasuk cara dengan mendengarkan setiap kekhawatiran anak, memberikan dorongan dan memberikan contoh untuk mengatasi setiap situasi baru dengan tenang.
2. Mendukung kemandirian,mengajarkan anak untuk mengambil keputusan dan memecahkan masalah sendiri dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan mereka untuk beradaptasi.
Baca Juga: Respons Warga Soal Rencana Pembangunan Baru Jembatan Viral di Sukabumi
3. Mengubah sedikit rutinitas ,membantu anak belajar untuk tidak kaku dalam menjalani hari-hari mereka. Sesekali ubah setiap jadwal atau aktivitasnya untuk menyesuaikan diri dengan perubahan yang dialami.
4. Ajak anak berinteraksi dengan lingkungan dan teman baru, seperti membawa anak ke taman, museum atau playgroup untuk membawa pengalaman baru melalui aktivitasnya. Mengajarkan anak saling menyapa setiap teman barunya disana, dapat membantu anak belajar beradaptasi dengan situasi yang berbeda.
5. Tidak lupa untuk memberikan waktu untuk penyesuaian diri dengan perubahan. Jangan terburu-buru biarkan anak mengambil langkah mereka sendiri dalam beradaptasi. Berikan pujian ketika nak menunjukkan kemampuan beradaptasi dengan baik
Berikut hubungan dari ke 3 aspek moral, etika, dan sensorik dalam kemampuan adaptasi :
Perkembangan moral, ketika anak memahami nilai-nilai moral yang baik, mereka akan lebih mudah beradaptasi dengan situasi yang memerlukan keputusan etis. Mereka akan lebih cenderung membuat keputusan yang sesuai dengan nilai-nilai moral yang telah mereka pelajari.
Perkembangan etika, ketika anak memahami prinsip-prinsip etika yang baik, mereka akan lebih mudah beradaptasi dengan situasi yang memerlukan keputusan yang beretika. Mereka akan lebih cenderung membuat keputusan yang sesuai dengan prinsip-prinsip etika yang telah mereka pelajari.
Perkembangan sensorik, ketika anak memahami dan mengembangkan kemampuan sensoriknya, mereka akan lebih mudah beradaptasi dengan situasi yang memerlukan kemampuan sensorik yang baik. Mereka akan lebih cenderung membuat keputusan yang sesuai dengan informasi yang mereka terima melalui indra mereka.
Lalu, apa yang menjadi tantangan dan solusi dalam perkembangan anak ?
Perkembangan pada anak usia dini adalah fase yang penting bagi kehidupan seseorang. pada masa ini, anak mulai mengalami perkembangan fisik, kognitif, emosional, dan lingkungan sosial yang sangat pesat, Namun, dalam fase ini dihadapkan pada berbagai tantangan yang dapat dipengaruhi perkembangan optimal bagi anak
1. Nutrisi Seimbang
Nutrisi yang baik dan tepat sangat penting bagi perkembangan otak bagi tubuh anak. Tantangan yang sering dihadapi adalah ketidakseimbangan gizi, karena kekurangan gizi yang dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan perkembangan otak, sedangkan kelebihan gizi dapat menyebabkan obesitas dan penyakit.
Solusinya yaitu para orang tua perlu memastikan anak mendapatkan asupan nutrisi yang baik dan seimbang, termasuk protein, vitamin, dan mineral. Selain itu, penting untuk mengatur pola makan yang sehat dan seimbang serta memberikan contoh pola makan yang baik.
2. Rangsangan Kognitif
Rangsangan-rangsangan kognitif yang tidak memadai dapat menghambat pertumbuh kembangan serta kecerdasan bagi anak. Serta kurangnya interaksi dan aktivitas yang dapat merangsang otak yang berdampak negatif pada kemampuan berpikir, bahasa, dan kemampuan memecahkan suatu masalah.
Baca Juga: Hadiri Syukuran Nelayan Minajaya Sukabumi, Slamet Bicara Potensi Ekosistem Laut
Solusi bagi orang tua dan guru mesti aktif berpartisipasi dalam aktivitas yang merangsang kognitif anak, seperti, bermain permainan edukatif, membaca, dan memberikan tantangan cerdas, berakal, dan berpikir jernih berdasarkan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan usia anak.
3. Perkembangan Sosial dan Emosional
Anak usia dini sering dihadapkan melalui tantangan dalam perkembangan sosial dan emosional, seperti kesulitan berbagi, sulit mengelola emosi, dan berinteraksi dengan teman sebaya. Perilaku ini dapat berdampak pada hubungan sosial dan kesejahteraan emosional anak di masa yang akan datang.
Solusinya yaitu mengajarkan keterampilan sosial dan emosional sejak usia dini sangatlah penting. Orang tua, pengasuh maupun guru harus memberikan contoh perilaku sosial yang baik, serta menciptakan lingkungan yang mendukung perkembangan emosional anak.
4. Pengaruh Lingkungan
Lingkungan yang tidak kondusif, seperti adanya kekerasan rumah tangga, ekonomi, dan tekanan sosial, dapat menjadi tantangan besar bagi perkembangan anak. Tekanan yang berkepanjangan dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik bagi anak khususnya anak yang masih usia dini.
Solusinya orang tua harus menciptakan lingkungan yang aman dan cukup bagi anak. Mengurangi sumber tekanan dan memberikan dukungan emosional dapat membantu anak mengatasi tekanan di lingkungan sekitar.
Perkembangan anak usia dini merupakan proses yang saling berhubungan atau kompleks dipengaruhi oleh berbagai faktor. Orang tua, pendidik, pengasuh, dan masyarakat harus bekerja sama untuk mengatasi tantangan dan memastikan anak mendapatkan kesempatan terbaik untuk tumbuh dan berkembang secara optimal. Dengan perhatian yang baik dan tepat, dapat membantu anak-anak mencapai potensi yang penuh bagi mereka. Adapun dalam pengembangan pendidikan anak, diperlukannya peran guru sebagai pendidik, kurikulum, proses belajar mengajar serta evaluasi. Salah satu hal penting yang harus dikembangkan adalah proses belajar mengajar dimana hal ini merupakan kunci utama dari dunia pendidikan terutama di sekolah-sekolah.
Baca Juga: Catat Tanggalnya! Pendakian Gunung Gede Pangrango Ditutup karena Ada Ultra Marathon
Dapat disimpulkan bahwa memahami perkembangan anak dari segi aspek yang paling penting adalah memahami moral dan etika. Mengapa moral dan etika harus diutamakan? karena keduanya adalah fondasi membentuk karakter anak yang kuat untuk kehidupan mereka. Nilai-nilainya pun tidak hanya membantu mereka dalam menjalani kehidupan dengan baik, tetapi juga membentuk mereka menjadi individu yang berkontribusi positif bagi masyarakat dan dunia.
selain itu, Nabi Muhammad SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak menunjukkan bukti nyata bahwa perkembangan moral dan etika adalah aspek fundamental dalam pembentukkan karakter manusia. Bersama dengan aspek sensorik dan kemampuan adaptasi, adalah kunci untuk mencapai kehidupan yang baik dan harmonis. Dengan menekankan akhlak mulia, Nabi Muhammad SAW memberikan teladan tentang bagaimana mengintegrasikan moralitas dan etika dalam setiap aspek kehidupan, sekaligus mempersiapkan individu untuk beradaptasi dengan perubahan dan berinteraksi dengan lingkungan secara efektif.
Penulis: Saniatul Jauhara, Najmi Marsya Ariandi, Shilvia Nazwa Nadianti, Firdha Kamila
Mustaviani, Gun-Gun Gunawana Pratama (Mahasiswa PGSD Universitas Muhammadiyah) - Dosen Pengampu : Elnawati, M.Pd