SUKABUMIUPDATE.com - Pembentukan karakter menjadi poin penting dalam masa tumbuh kembang dan pendidikan bagi anak khususnya peserta didik. Tulisan ini akan mengupas lebih detail soal bagaimana pembentukan karakter itu terjadi dan faktor-faktor pendukungnya, sehingga memberi gambaran lebih jelas bagi siapapun untuk mendukung kesuksesan peserta didik, baik di lingkungan keluarga, masyarakat dan sekolah.
1. Pembentukan Karakter
Pembentukan karakter sangatlah penting untuk kita kaji kembali, karena pembentukan karakter merupakan salah satu wujud dari upaya pemerintah untuk membentuk generasi muda selanjutnya yang berkarakter. Pertumbuhan dan perkembangan pendidikan karakter yang baik bisa menjadi dorongan bagi siswa untuk melakukan hal positif dan memiliki tujuan hidup yang benar.
Perkembangan zaman di dunia pendidikan yang terus berubah signifikan sehingga banyak merubah pola pikir pendidik dari pola pikir awam dan kaku menjadi lebih modern, hal tersebut sangat berpengaruh dalam kemajuan pendidikan di Indonesia. Karakter dapat diartikan sebagai cara untuk berpikir dan berperilaku tiap individu untuk hidup dan bersosialisasi, baik dalam lingkup keluarga, sekolah, masyarakat dan negara.
Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Tujuan dari pendidikan karakter adalah meningkatkan kualitas pelaksanaan dan hasil pendidikan oleh peserta didik baik secara terpadu, seimbang dan menyeluruh terhadap pencapaian karakter dan akhlak mulia.
2. Terjadinya Pembentukan Karakter
Perkembangan Emosi
Perkembangan Emosi Anak Sekolah Dasar, Emosi memiliki peranan yang sangat penting
dalam perkembangan anak, baik pada masa bayi, prasekolah maupun pada tahap-tahap
perkembangan selanjutnya, karena memiliki pengaruh terhadap perilaku anak. Setiap anak
memiliki kebutuhan emosional yaitu kebutuhan untuk dicintai, dihargai, merasa aman, merasa kompeten, dan kebutuhan untuk mengoptimalkan kompetensi.
Dampak positif dari emosi adalah dapat dijadikan bentuk komunikasi. Kita dapat mengetahui perasaan dan pikiran anak hanya dengan melihat mimik wajah, bahasa tubuh, suara, dan sebagainya (komunikasi non verbal).
Dampak negatif dari emosi adalah mengganggu keterampilan motorik serta mengganggu aktivitas mental. Terlalu sering merasa takut akan mengganggu kepercayaan diri anak. Hal ini akan mengganggu dimensi perkembangan lainnya. Penting bagi guru untuk mengetahui dan memahami pentingnya dimensi emosi bagi kehidupan anak baik dari sisi positif maupun negatif. Selain itu, guru juga perlu memahami fase perkembangan emosi anak.
Dengan mengetahui dan memahami fase perkembangan emosi pada anak, diharapkan tidak ada lagi salah penanganan dalam menghadapi keunikan antar anak di kelas. Dengan memahami perbedaan setiap anak, diharapkan agar tidak ada penyimpangan seperti kekerasan antara guru pada anak atau antara anak satu dengan anak yang lainnya, serta dapat memberikan sumbangan positif bagi prestasi belajar mereka di sekolah.
Baca Juga: Bawa Korban ke RS, Alasan Hakim Vonis Bebas Terdakwa Pembunuhan Wanita Sukabumi
Perkembangan Kognitif
Perkembangan kognitif siswa sekolah dasar, Perkembangan kognitif merupakan salah satu
proses yang terjadi di-dalam psikologis setiap individu, dimana didalamnya melibatkan
beberapa proses. Dan proses tersebut diantaranya adalah proses untuk memperoleh informasi, menyusun informasi, mengolah informasi dan menyimpan informasi, termasuk pula proses-proses mental lainnya yang terdapat dalam perkembangan kognitif.
Perkembangan kognitif seorang anak sangat erat kaitannya dengan proses psikologis dari anak itu sendiri dan setiap anak memiliki perbedaan dalam perkembangannya mengikuti proses tahap perkembangan yang ada di dalam dirinya. Menurut Piaget (dalam Dale H. Schunk, 2012) telah menjelaskan bahwa tahapan perkembangan kognitif anak yang berada di bangku sekolah dasar berada pada tahap perkembangan praoperasional, yaitu tahap perkembangan kognitif yang dimana tahap ini berlangsung pada usia sekitar 2-7 tahun, tahap ini lebih simbolis dari cara berpikir sensorik motorik, namun tidak melibatkan pemikiran operasional.
Dari beberapa paparan di atas ini, maka jelas bahwa perkembangan kognitif anak sangat dipengaruhi oleh proses psikologis dan lingkungan sekitarnya. Begitu pula bagi anak-anak yang sudah duduk dibangku sekolah dimana perkembangan kognitifnya sangat dipengaruhi pula oleh proses belajar mereka di dalam sekolah.
Kondisi lingkungan sekolah yang dapat memberikan rasa menyenangkan, rasa aman dan menangkan sangat berpengaruh terhadap motivasi anak itu sendiri dalam belajar,
Sehingga sangatlah penting bagi seorang guru untuk memberikan pelayanan yang baik dalam mengajar dan mendidik anak-anak didiknya yang diharapkan dapat berpengaruh terhadap proses menyimak dan memperhatikan mereka terhadap materi pembelajaran yang diberikan. Maka hal itu juga akan berpengaruh terhadap proses perkembangan kognitifnya untuk memproses informasi, menyimpan informasi dan memecahkan segala permasalah yang berkaitan dengan materi pembelajaran di sekolah.
Baca Juga: Sambangi KPU Kota Sukabumi, KAMMI Dorong Transparansi Anggaran Pemilu dan Pilkada 2024
Perkembangan Motorik
Perkembangan fisik merupakan pertumbuhan atau perubahan yang terjadi pada tubuh
seseorang. Dan perubahan yang paling jelas yang sering kita lihat yaitu perubahan pada bentuk tubuh atau ukuran tubuh seseorang. Dan perkembangan motorik merupakan perubahan yang terjadi secara progresif pada kontrol dan kemampuan untuk melakukan gerakan-gerakan yang diperoleh melalui interaksi antara faktor kematangan dan latihan atau pengalaman selama kehidupan yang dapat dilihat dari perubahan atau pergerakan yang dilakukan.
Gerakan ini melibatkan anggota tubuh yang digunakan untuk berjalan, melompat, berlari, berenang, dan masih banyak lagi. Perkembangan motorik meliputi perkembangan motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar merupakan perkembangan berat yang meliputi keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh dan melibatkan otot-otot berat, contohnya seperti merangkak, berjalan, melompat, tak berlari. Sedangkan motorik halus merupakan perkembangan gerak yang meliputi otot kecil dengan koordinasi mata dan tangan, contohnya seperti menggambar, menulis, memotong dan sebagainya.
Dengan melakukan gerakan-gerakan tersebut dapat menjadikan gerakan itu sebagai stimulasi perkembangan motorik anak usia dini baik motorik kasar maupun motorik halus, dengan begitu anak dapat mengembangkan kemampuan motoriknya. Oleh karena itu seorang guru maupun orang tua yang memiliki peran untuk mendidik seorang anak ia harus memberikan kesempatan kepada anak untuk berlatih dan mengembangkan potensi serta memberikan asupan yang tepat yang dapat memotivasi anak untuk mengembangkan fisik motorik anak.
Pembentukan Moral dan Spiritual
Pengertian moral adalah yang berarti tata cara, kebiasaan, dan adat. Perilaku sikap moral berarti perilaku yang sesuai dengan kode moral kelompok sosial, yang dikembangkan oleh konsep moral. Yang dimaksud konsep moral adalah peraturan perilaku yang telah menjadi kebiasaan bagi anggota suatu budaya. Menurut piaget (sinolungan, 1997), hakikat moralitas adalah kecenderungan menerima dan menaati system peraturan.
Baca Juga: 13 Cara Meredakan Sakit Kepala Tanpa Obat-obatan, Laukan Metode Alami Ini!
Definisi spiritual setiap individu dipengaruhi oleh budaya, perkembangan, pengalaman hidup
kepercayaan dan ide-ide tentang kehidupan. Spiritual juga memberikan suatu perasaan yang berhubungan dengan intrapersonal (hubungan antara diri sendiri), interpersonal (hubungan antara orang lain dengan lingkungan). Jadi spiritual merupakan kepercayaan peserta didik terhadap suatu keyakinan yang didasarkan pada adat istiadat maupun ketuhanan.
3. Implementasi pembentukan karakter di lingkungan
Keluarga Lingkungan keluarga memiliki dampak yang sangat besar dalam membentuk kepribadian dan perilaku anak-anak karena merupakan lingkungan pertama di mana nilai-nilai, norma-norma, dan sikap diperkenalkan dan dipraktikkan. Interaksi sehari-hari dengan orang tua dan anggota keluarga lainnya memberikan landasan penting bagi pembentukan karakter anak.
Orang tua berperan sebagai model perilaku utama bagi anak-anak mereka, dan dukungan emosional yang mereka berikan menjadi pondasi penting bagi perkembangan kepercayaan diri dan kemandirian anak. Orang tua memiliki peranan yang besar dalam membangun karakter anak, karena anak mendapatkan waktu lebih banyak di lingkungan rumah dibanding dengan lingkungan sekolah.
Apalagi, sekolah merupakan lingkungan yang dikendalikan. Anak bisa saja hanya takut pada
aturan yang dibuat, sementara, rumah merupakan lingkungan sebenarnya yang dihadapi anak. Anak pertama kali mengenal komunikasi dan bersosialisasi adalah di lingkungan rumahnya (Widianto, 2015).
Baca Juga: Mulai 2025! Pemerintah Wajibkan Asuransi Kendaraan, Apa Manfaatnya?
Usaha pendidikan karakter melalui lingkungan keluarga dapat dilakukan setidaknya melalui 4 cara, yaitu: keteladanan, pembiasaan, nasehat dan hukuman serta motivasi kepada anak. Cara-cara tersebut dilakukan dengan pola yang baik yang dilakukan secara diulang secara terus menerus dan berlangsung secara konsisten.
Beberapa nilai karakter yang dapat diberikan orang tua kepada anak dalam lingkungan keluarga antara lain : Disiplin diri, ketekunan, tanggung jawab, sikap rendah hati, memiliki tata krama, kejujuran, cinta kepada Allah.
Sekolah
Pembentukan karakter merupakan salah satu cara untuk membentuk pribadi yang memiliki
kualitas moral yang baik di lingkungan keluarga, sekolah, maupun masyarakat. Pendidikan
karakter dapat dilakukan di berbagai lingkungan seperti keluarga, sekolah, dan masyarakat. Sekolah sebagai instansi pendidikan yang bertujuan untuk mencerdaskan peserta didik tidak
hanya dalam bidang pengetahuan tetapi juga sikap yang dapat ditempuh melalui pendidikan
karakter.
Masyarakat atau sosial
Perkembangan sosial anak sangat tergantung pada individu anak, peran orang tua serta
lingkungan masyarakat dan termasuk taman kanak-kanak. Perkembangan sosial anak
merupakan perkembangan sosial anak merupakan bagaimana anak usia dini dapat berinteraksi dengan teman sebayanya, orang dewasa serta masyarakat luas agar dapat menyesuaikan diri dengan baik sesuai dengan yang diharapkan oleh bangsa dan negara.
Baca Juga: Daftar Lengkap 146 Nama yang Lolos Seleksi Administrasi Calon Dewas KPK
Perkembangan sosial anak bermula dari semenjak bayi lalu masa kanak-kanak, remaja, sampai menjadi orang dewasa dan mengenal lingkungan lebih luas. Tidak hanya perkembangan sosialnya saja tetapi perkembangan sosial emosional juga dapat dilihat dari kepribadiannya dan penyesuaian diri seorang anak dengan lingkungan sosialnya.
Perkembangan sosial emosional anak berkaitan dengan bagaimana seorang anak memiliki kemampuan untuk mengembangkan sikap percaya diri, jujur dan empati terhadap sesama. Seseorang yang memiliki kecerdasan emosional ia dapat mengendalikan diri dan tidak mudah menyerah.
Maka sebagai pendidik, orang tua, harus selalu memperhatikan perkembangan sosial anak karena anak yang memiliki perkembangan sosial baik ia akan percaya diri dan mampu
mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya, dengan berinteraksi antar teman yang
memahami setiap sikap, perilaku, temannya dan begitu ia dapat menyesuaikan dirinya dengan teman-temannya.
Penulis: Yuni Hardianti, Amira nayla Amelia, Syifa khoerunnisa, Adistya Nasa, Siti Amanah (Mahasiswa PGSD Universitas Muhammadiyah Sukabumi) - Dosen Pengampu: Elnawati M.Pd.