SUKABUMIUPDATE.com - Media sosial dapat menjadi sumber tekanan dan body shaming bagi remaja, namun dengan edukasi, dukungan, dan strategi yang tepat, dampak negatif body shaming dapat diminimalkan.
Membantu remaja untuk memiliki hubungan yang sehat dengan media sosial dan mendorong penerimaan diri adalah langkah penting dalam mengatasi masalah body shaming.
Body Shaming di Media Sosial
Melansir helpguide.org media sosial sering kali menekankan penampilan fisik dan memudahkan orang untuk mengunggah komentar yang menyakitkan tentang orang lain.
Pesan keseluruhannya sering kali adalah bahwa Anda harus berusaha keras untuk mendapatkan tubuh yang sempurna dan menemukan cara untuk menyembunyikan kekurangan Anda. Hal ini dapat berdampak besar pada citra tubuh sehingga rentan menjadi korban body shaming.
Mempermalukan tubuh di platform digital terkait dengan perundungan siber adalah salah satu bentuk body shaming di media sosial. Tetapi ada cara untuk melawan orang-orang yang mempermalukan tubuh secara daring, mengatasi rasa sakit dan penderitaan yang ditimbulkannya, serta mendapatkan kembali rasa harga diri.
Baca Juga: 10 Cara Mempertahankan Harga Diri Agar Tidak Direndahkan Orang
Body Shaming pada Remaja
Remaja sangat rentan terhadap penghinaan terhadap tubuh, berat badan, dan penampilan. Pada masa remaja, sikap dan keyakinan Anda tentang citra tubuh dan harga diri sebagian besar dipengaruhi oleh anggota keluarga, teman sebaya, dan media sosial.
Misalnya, ibu sering kali dapat menjadi panutan bagi anak perempuan mereka. Jika ibu Anda terus-menerus mengeluh tentang bentuk tubuh atau berat badannya sendiri, atau menunjukkan masalah pada penampilan atau pola makan Anda, hal itu pasti akan memengaruhi cara Anda memandang diri sendiri.
Saat tumbuh di masa remaja, wajar saja jika seseorang sangat sensitif terhadap komentar tentang bentuk tubuh, berat badan, dan penampilan. Namun jika terlalu sering dan mempengaruhi mental hal ini tentu tidak direkomendasikan, inilah dampak negatif body shaming yang harus diwaspadai orang tua!
Perundungan terkait berat badan selama masa remaja berkontribusi pada persepsi tubuh yang negatif dan keasyikan dengan bagian tubuh tertentu. Remaja yang kelebihan berat badan sangat rentan, dan ini sering kali dapat menyebabkan depresi.
Orang tua mungkin berpikir bahwa hanya gadis remaja yang menjadi korban body shaming, tetapi anak laki-laki juga dapat terpengaruh.
Pasalnya, anak laki-laki juga mungkin sangat khawatir karena tidak cukup berotot dibandingkan dengan konsep maskulinitas yang populer sehingga ada kemungkinan menjadi korban body shaming.
Baca Juga: Bioskop Cibadak Dibuka Agustus 2024! Intip Cerita Film Layar Tancap di Sukabumi
Media sosial memainkan peran besar dalam kehidupan remaja saat ini, dan meskipun memiliki banyak manfaat, seperti menjaga hubungan dan berbagi pengalaman, juga dapat menjadi sumber tekanan dan body shaming.
Berikut beberapa aspek penting tentang hubungan antara media sosial dan body shaming pada remaja:
Dampak Negatif Media Sosial
1. Standar Kecantikan yang Tidak Realistis
Media sosial sering mempromosikan standar kecantikan yang tidak realistis melalui gambar-gambar yang diedit dan filter, membuat remaja merasa tidak puas dengan penampilan mereka.
2. Perbandingan Sosial
Remaja cenderung membandingkan diri mereka dengan selebriti, influencer, atau teman-teman yang mereka lihat di media sosial, yang dapat mengarah pada perasaan rendah diri dan tidak puas dengan tubuh mereka.
3. Komentar Negatif dan Bullying
Platform media sosial bisa menjadi tempat terjadinya komentar negatif dan body shaming secara langsung, yang dapat sangat merusak kesehatan mental remaja.
Dampak Body Shaming di Media Sosial pada Kesehatan Mental
1. Penurunan Rasa Percaya Diri
Remaja yang sering terpapar body shaming mungkin mengalami penurunan rasa percaya diri dan penghargaan terhadap diri sendiri.
2. Gangguan Makan
Tekanan untuk memenuhi standar kecantikan tertentu dapat menyebabkan gangguan makan seperti anoreksia, bulimia, atau binge eating disorder.
3. Depresi dan Kecemasan
Paparan body shaming dan kritik terus-menerus dapat meningkatkan risiko depresi, kecemasan, dan gangguan kesehatan mental lainnya.
Baca Juga: Lirik Aku Juga Manusia Aurel ft Atta Halilintar, Lagu untuk Korban Body Shaming
Cara Mengatasi Body Shaming Remaja di Media Sosial
Edukasi dan Kesadaran
Edukasi remaja tentang realitas di balik gambar-gambar di media sosial dan pentingnya memahami bahwa banyak dari gambar tersebut telah diedit untuk keperluan body shaming.
Literasi Media Digital
Mengajarkan remaja tentang literasi media agar mereka bisa lebih kritis dalam menilai konten yang mereka lihat dan tidak mudah terpengaruh oleh standar kecantikan yang tidak realistis.
Dukungan Keluarga dan Teman
Orang tua dan teman-teman dapat memberikan dukungan dengan membangun lingkungan yang positif dan menerima. Mengajak diskusi tentang pengalaman mereka di media sosial bisa sangat membantu.
Batasi Waktu Media Sosial
Membantu remaja untuk mengatur waktu mereka di media sosial dan mendorong aktivitas offline yang sehat guna mencegah remaja menjadi korban body shaming.
Laporkan dan Blokir Akun Media Sosial yang Melakukan Body Shaming
Ajari remaja untuk melaporkan dan memblokir akun-akun yang melakukan body shaming atau bullying.
Terapi dan Konseling
Jika body shaming sudah berdampak serius pada kesehatan mental, konsultasikan dengan profesional seperti psikolog atau konselor untuk mendapatkan bantuan yang tepat.
Kampanye Positif Anti Body Shaming
Dorong remaja untuk mengikuti akun-akun yang mempromosikan body positivity dan kesehatan mental.
Mengajak mereka untuk terlibat dalam kampanye-kampanye positif di media sosial bisa membantu mencegah remaja menjadi korban body shaming.