SUKABUMIUPDATE.com - Perfeksionisme pada dasarnya merupakan bentuk kebencian terhadap diri sendiri. Mereka percaya bahwa dirinya tidak dapat dicintai karena esensinya.
Mereka juga meyakini bahwa dirinya tidak bisa dicintai tanpa syarat apa adanya, tetapi hanya bisa dicintai dengan syarat, berdasarkan apa yang dia lakukan.
Perfeksionisme, dalam bentuk neurotiknya adalah cinta pada kesempurnaan dan kebencian pada orangnya.
Para ilmuwan berpendapat ada beberapa faktor yang mungkin berkontribusi atau menjadi penyebab terhadap perfeksionisme pada anak-anak yang telah dilansir dari laman verywell family berikut :
Baca Juga: Contoh Menu Sehat untuk Penderita Diabetes, Enak Gak Bikin Kadar Gula Darah Naik
1. Tekanan Akademis
Anak-anak mungkin takut IPK atau skor tes yang kurang dari sempurna akan menghambat usaha mereka untuk masuk ke perguruan tinggi yang bagus. Apalagi mereka berusaha menjadi sempurna agar bisa mendapatkan beasiswa.
Tekanan akademis tersebut dapat menyebabkan mereka merasa harus menjadi sempurna untuk mencapai apapun dalam hidup.
2. Faktor Biologis
Sebuah penelitian menunjukkan bahwa perfeksionisme berkaitan erat dengan penyakit mental tertentu, seperti gangguan obsesif-kompulsif dan gangguan makan. Hal ini membuat para ilmuwan percaya bahwa mungkin ada komponen biologis dalam perfeksionisme.
3. Keinginan untuk Menyenangkan Hati
Beberapa anak ingin mendapatkan kekaguman dan kasih sayang dengan menunjukkan bahwa mereka bisa menjadi sempurna dalam segala hal.
Hal ini mungkin berasal dari keinginan untuk mengurangi stres orang tua atau mungkin juga merupakan satu-satunya cara yang diketahui anak muda untuk mendapatkan perhatian.
Baca Juga: 10 Sikap yang Membuat Orang Lain Merasa Tidak Nyaman Saat di Dekatmu
4. Harga Diri Rendah
Anak-anak yang merasa buruk tentang dirinya sendiri mungkin berpikir bahwa ia hanya sebaik prestasi mereka.
Namun, orang yang perfeksionis cenderung berfokus pada kesalahan dan meremehkan prestasi, yang membuat mereka tidak pernah merasa cukup baik.
5. Pengaruh Orangtua
Memuji anak-anak karena menjadi siswa terpandai di sekolah atau karena berhasil mendarat dengan baik dalam senam dapat membuat mereka percaya bahwa kesalahan adalah hal yang buruk.
Sehingga, anak-anak mungkin berpikir bahwa mereka harus berhasil dengan cara apa pun.
6. Orang Tua yang Perfeksionis
Orang Tua yang perfeksionis cenderung membesarkan anak juga dengan cara perfeksionis. Hal ini mungkin berasal dari perilaku yang dipelajari jika seorang anak menyaksikan upaya orangtuanya untuk mencapai kesempurnaan atau mungkin juga mencerminkan kecenderungan genetik.
7. Sensasionalisme Keberhasilan dan Kegagalan
Dari atlet elit hingga bintang pop terkini, media sering menggambarkan orang tersebut sebagai sosok yang sempurna.
Pada saat yang sama, berita media lainnya membesar-besarkan bagaimana satu kesalahan menyebabkan seseorang menjadi pecundang total.
Maka tak ayal, berita media ini dapat meyakinkan kaum muda bahwa mereka harus sempurna dalam segala hal.
Baca Juga: Kadar Gula Darah Terkendali, 4 Makanan Manis yang Aman Dikonsumsi Penderita Diabetes
8. Trauma
Pengalaman traumatis dapat menyebabkan anak merasa tidak dicintai atau tidak akan diterima kecuali mereka sempurna.