SUKABUMIUPDATE.com - Siapa pun yang mendapati dirinya terlalu merenungkan masa lalu atau mengkhawatirkan masa depan tahu bahwa hal itu biasanya tidak membantu.
Mereka yang rentan mengalami kecemasan tinggi atau overthinking sering kali bergumul dengan pertanyaan “bagaimana jika” dan itu terlintas dalam pikiran secara berulang-ulang.
Mengutip laman psychologytoday, orang-orang yang terlalu overthinking juga lebih rentan terkena depresi karena biasanya berfokus pada penyesalan, kehilangan, atau kebencian di masa lalu.
Baca Juga: Kadar Gula Darah Terkendali, 4 Makanan Manis yang Aman Dikonsumsi Penderita Diabetes
Meskipun merupakan respons umum terhadap peningkatan stres, namun terlalu banyak berpikir atau overthinking dapat menjadi gejala kecemasan, depresi, gangguan stres pasca trauma ( PTSD ), dan gangguan panik.
Risiko Berpikir Berlebihan atau Overthinking
Proses terjadinya depresi diawali dengan overthinking. Jika kesedihan didorong oleh pemikiran masa lalu, hasil positif mungkin berupa rencana untuk memperbaiki kesalahan, meminta maaf, atau memaafkan diri sendiri.
Selain itu, pikiran yang berulang-ulang mengenai kritik terhadap diri sendiri, rasa bersalah atau rasa malu akan membawa pada ketidakbahagiaan yang lebih besar.
Bukan hal yang aneh jika suasana hati buruk dikaitkan dengan pikiran, perasaan mengasihani diri sendiri atau kebencian.
Pasalnya, ketika pemikiran seperti ini menjadi berulang-ulang dan terus-menerus, alih-alih mengarah pada perubahan yang konstruktif, pemikiran tersebut menjadi semakin berbahaya bagi individu.
Baca Juga: 8 Makanan Lebaran yang Sebaiknya Tidak Dimakan Penderita Gula Darah Tinggi
Lantas, bagaimana cara mengatasi overthinking?
Meditasi
Bagian penting dari meditasi adalah waktu singkat ketika tidak ada pikiran. Karena ingin menjadi tenang dan biasanya terfokus pada sensasi atau perasaan tetapi tidak pada pemikiran tertentu.
Hubungan antara tidak berpikir dan merasa damai saat sadar dan waspada menunjukkan sejauh mana banyak pemikiran yang menyebabkan lebih banyak kerugian daripada kebaikan.
Segala bentuk meditasi, termasuk pemindaian tubuh terpandu, meditasi yang berfokus pada alam, atau meditasi dengan tema cinta atau kebaikan, dapat digunakan untuk melepaskan pikiran-pikiran yang terus-menerus dan tidak membantu.
Tarik Nafas Dalam-dalam
Menarik napas dalam-dalam minimal dua menit akan menghasilkan respons relaksasi yang tidak sesuai dengan kekhawatiran atau perenungan.
Pernapasan dalam mengaktifkan saraf vagus dan menurunkan kadar kortisol dan adrenalin dalam aliran darah, sehingga menghasilkan keadaan rileks.
Baca Juga: Cara Membuat Air Cuka Apel untuk Mengatasi Gejala Asam Urat, Simpel Lho!
Menggerakkan Tubuh
Bukti menunjukkan bahwa gerakan minimal 10 menit dapat meningkatkan suasana hati dan mengurangi kecemasan, seperti seperti menari, jalan cepat, jumping jack, atau angkat beban.
Menikmati Alam
Hadir di lingkungan alami seperti taman, danau, atau kawasan hutan dikaitkan dengan berkurangnya tingkat stres. Penelitian telah menunjukkan bahwa berjalan-jalan di luar ruangan, terutama di kawasan hutan, menghasilkan peningkatan kesejahteraan emosional yang signifikan dan konsisten.
Berlatih Yoga
Penelitian menunjukkan bahwa yoga efektif dalam mengurangi stres, kecemasan, dan depresi. Dalam sebuah penelitian, peserta berlatih hatha yoga tiga kali seminggu selama empat minggu dan melaporkan tingkat stres yang lebih rendah karena latihan yoga rutin mereka.
Fokus ke Kehidupan Saat Ini
Penelitian menunjukkan bahwa ketika seseorang lebih sadar akan masa kini dan mengambil sikap penerimaan yang tidak menghakimi, mereka cenderung tidak terlalu banyak berpikir.
Baca Juga: Masih Boleh Makan Purin Kok! Ini 14 Tips Bebas Asam Urat dengan Cara Alami
Pikirkan kemungkinan hasil yang baik atau setidaknya netral
Mengubah pikiran dari kekhawatiran yang menakutkan ke hasil yang lebih netral atau positif akan mengurangi kecemasan.
Pasalnya, ketika individu dibimbing untuk mengubah pikiran mereka dari kekhawatiran dan ketakutan menuju hasil yang netral atau positif, kecemasan mereka berkurang.
Kesimpulannya, mengkhawatirkan masa depan atau merenungkan masa lalu, berpikir berlebihan biasanya meningkatkan kecemasan dan ketidakpuasan.
Menghentikan untuk berpikir secara berlebihan dipercaya mampu meningkatkan suasana hati, mengurangi kecemasan, dan kesejahteraan umum yang lebih baik.