SUKABUMIUPDATE.com - Anak-anak dan remaja merasa stres ketika ada sesuatu yang perlu mereka persiapkan, adaptasi, atau hindari.
Anak merasa stres ketika sesuatu yang penting bagi mereka sedang dipertaruhkan. Perubahan lingkungan hingga sikap sering kali memicu stres pada anak, meskipun itu adalah perubahan ke arah yang lebih baik, seperti dalih memarahi anak untuk kebaikannya.
Anak yang sering dimarahi oleh orang tua dapat mengalami stres yang berdampak pada kesejahteraan mereka. Itulah mengapa orang tua sebisa mungkin menahan emosi dan tidak marah pada anak.
Ya, semuanya, baik anak-anak dan remaja terkadang merasa stres karena dimarahi orang tua. Stres adalah respons normal terhadap perubahan dan tantangan, sebab hidup penuh dengan hal-hal tersebut (stres), bahkan selama masa kanak-kanak.
Baca Juga: Gula Darah Aman Terkendali, Ini Cara Memasak Nasi Putih untuk Penderita Diabetes
Meskipun, mengalami gangguan kesehatan mental akibat tekanan batin yang tidak mampu dikelola dengan baik menjadi kekhawatiran karena anak sering dimarahi orang tua. Maka dari itu orang tua wajib peka terhadap kondisi kesehatan mental anak!
Kenali apa saja ciri anak mengalami stres karena sering dimarahi orang tua. Aware sekarang juga!
Ciri Anak Stres Karena Sering Dimarahi Orang Tua
1. Emosi Berubah Menjadi Lebih Sensitif
Anak yang stres bisa menjadi lebih sensitif terhadap kritik atau teguran.
Anak yang sering dimarahi oleh orang tua mungkin menunjukkan perubahan emosi yang signifikan, seperti menjadi lebih mudah marah, gelisah, atau cemas.
2. Suka Sendirian
Beberapa anak yang stres mungkin menarik diri dari interaksi sosial. Mereka mungkin menghabiskan lebih banyak waktu sendirian di kamar mereka atau menghindari pertemuan dengan teman-teman.
3. Pola Tidur Bermasalah
Stres dapat memengaruhi pola tidur anak. Anak yang stres ini mungkin mengalami kesulitan tidur, insomnia, atau mimpi buruk yang terkait dengan pengalaman stres.
Baca Juga: Bolehkah Penderita Diabetes Makan Nasi Putih? Simak Penjelasan Ahli Diet Ini!
4. Prestasi Akademik Menurun
Anak yang mengalami stres akibat sering dimarahi bisa mengalami penurunan prestasi akademik. Mereka mungkin kesulitan berkonsentrasi atau merasa tidak termotivasi untuk belajar.
5. Kesehatan Fisik Terganggu
Stres dapat memengaruhi kesehatan fisik anak. Anak yang sering dimarahi orang tua dan stres ini mungkin mengalami sakit perut, sakit kepala, atau masalah pencernaan lainnya.
6. Lelah
Anak yang sering dimarahi oleh orang tua mungkin kehilangan minat dalam aktivitas yang biasanya mereka nikmati. Anak yang stres bisa merasa terlalu lelah atau tertekan untuk berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
Baca Juga: Nasi Putih vs Nasi Merah, Mana yang Lebih Baik untuk Gula Darah Penderita Diabetes?
7. Pola Makan Terganggu
Beberapa anak yang stres mungkin mengalami perubahan dalam pola makan mereka. Mereka bisa makan lebih banyak atau kurang dari biasanya sebagai respons terhadap stres.
8. Berpikir Selalu Salah
Sering dimarahi dapat merusak rasa percaya diri anak. Anak yang sering dimarahi orang tua mungkin merasa tidak cukup baik atau berpikir bahwa mereka selalu salah.
9. Menghindari Orang Tua
Anak yang sering dimarahi oleh orang tua mungkin merasa tidak aman dalam hubungan keluarga dan menghindari konfrontasi dengan orang tua.
10. Memendan Perasaan
Beberapa anak yang stres mungkin menahan perasaan mereka sendiri karena takut mendapatkan lebih banyak kritik atau marah. Perubahan perilaku karena stres ini bisa menyebabkan penumpukan emosi yang tidak sehat pada anak.
Baca Juga: 8 Cara Menurunkan Tekanan Darah dengan Cepat Tanpa Obat, Bisa Dilakukan di Rumah!
Penting untuk diingat bahwa setiap anak adalah individu yang unik, dan dampak stres bisa bervariasi dari satu anak ke anak lainnya.
Orang tua dan pengasuh harus peka terhadap perubahan dalam perilaku atau kesejahteraan anak mereka dan mencari cara untuk memberikan dukungan, kenyamanan, dan pengertian kepada mereka.
Komunikasi terbuka dan penuh empati dengan anak adalah langkah pertama untuk membantu mengatasi stres yang mungkin dialami anak.
Jika perasaan stres anak terus berlanjut atau semakin buruk, pertimbangkan untuk mencari bantuan dari seorang profesional seperti seorang psikolog anak atau konselor keluarga.
Sumber: kidshealth.org | SukabumiUpdate