SUKABUMIUPDATE.com - Bayi yang menangis, balita tantrum, semuanya merupakan hal normal dan biasa terjadi. Akan tetapi pada titik tertentu, orang tua mengharapkan anak-anak mereka untuk mulai mengelola perasaannya sendiri tanpa mengamuk besar.
Namun, belajar mengatur emosi adalah proses yang kompleks. Regulasi emosi memerlukan banyak keterampilan, termasuk perhatian, perencanaan, perkembangan kognitif, dan perkembangan bahasa, kata Pamela Cole, PhD, psikolog di Penn State University yang mempelajari regulasi emosi pada anak usia dini.
Anak-anak mengembangkan keterampilan tersebut pada waktu yang berbeda. Kemampuan mereka untuk mengelola perasaan negatif bergantung pada genetika, temperamen alami, lingkungan tempat tinggal, dan faktor luar seperti seberapa lelah atau laparnya.
Baca Juga: 6 Kebiasaan Ini yang Meningkatkan Lonjakan Gula Darah, Bukan Hanya Makanan Manis!
Sebenarnya, anak-anak yang mengelola emosinya dengan baik kemungkinan besar akan berprestasi di sekolah dan bergaul dengan orang lain.
Dilansir dari laman apa.org, berikut adalah strategi yang telah teruji secara ilmiah yang dapat digunakan orang tua dan pengasuh untuk mengajari anak-anak mengelola emosi :
1. Mulailah Sejak Dini
Bayi yang cepat bereaksi dan sulit ditenangkan cenderung mengalami kesulitan mengelola emosi seiring bertambahnya usia. Karena semua anak bisa mendapatkan berbagai manfaat dari pengajaran tentang mengelola perasaan.
Maka dari itu, pengasuh atau orang tua bisa mulai membicarakan perasaan ketika anaknya masih bayi. Dengan tunjukkan ketika karakter buku atau film merasa sedih, bahagia, marah, atau khawatir.
2. Bangun Hubungan Aman dan Saling Percaya
Anak-anak yang saat balita sudah memiliki hubungan aman dan saling percaya dengan orang tua atau pengasuhnya akan mempunyai regulasi emosi yang lebih baik, dibandingkan anak-anak yang kebutuhannya tidak dipenuhi oleh pengasuh maupun ayah dan ibunya.
3. Kenalkan Emosi Pada Anak
Ajari anak-anak untuk mengenali dan menyebutkan emosi mereka. Namun, jangan repot-repot mencoba melakukan percakapan saat dia sedang kesal. Lakukanlah ketika keadaan sudah tenang. Carilah kesempatan untuk membicarakan perasaan dan strategi dalam mengelolanya.
Baca Juga: Kadar Gula Darah Terkendali, 4 Makanan Manis yang Aman Dikonsumsi Penderita Diabetes
4. Contohkan Perilaku yang Baik
Anak-anak belajar dengan mencontohkan apa yang orang tua lakukan, bukan melalui perkataan. Maka dari itu, ayah atau ibu hati-hatilah dalam bersikap ketika berada didekat anak-anak.
5. Tetap Tenang
Mencontohkan perilaku yang baik lebih mudah diucapkan daripada dilakukan, terutama ketika si kecil sedang membuat ulah terbesar di dunia.
Jika merasa akan segera kehilangan ketenangan, yang perlu orang tua lakukan adalah luangkan waktu sejenak untuk bernapas dan menenangkan diri sebelum mengatasi situasi tersebut.
6. Diskusikan Apa yang Sudah Terjadi dan Cari Jalan Keluarnya
Saat anak sudah tenang, bicarakan tentang beberapa cara bagaimana mereka dapat menangani situasi sulit.
Bayangkan saat mendorong teman sekelasnya ketika mempunyai mainan yang ingin mereka mainkan. Ketika keadaan sudah tenang, bicarakan tentang berbagai pilihan yang dapat mereka ambil lain kali.
Mereka bisa memberitahu guru, meminta teman sekelas untuk bergiliran, atau mencari hal lain yang bisa dimainkan. Sehingga proses ini dapat membantu anak-anak mengembangkan keterampilan dalam memecahkan masalah.
Baca Juga: 5 Olahan Daging Lebaran yang Sebaiknya Tidak Dimakan Penderita Gula Darah Tinggi
7. Kurangi Hukuman, Perbanyak Pujian
Memang sangat menggoda untuk memberikan konsekuensi atas perilaku buruk anak. Namun hukuman yang tegas justru membuat perilaku si kecil menjadi lebih buruk, bukan lebih baik.
Ketika pola asuh orang tua bersifat keras, anak-anak yang kesulitan mengelola emosinya cenderung bereaksi dengan menjadi lebih agresif.
Jika anak-anak selalu berteriak ketika tiba waktunya meninggalkan taman bermain, jangan hukum dia karena kemarahannya. Sebaliknya, berikan banyak pujian dan mungkin hadiah kecil ketika dia pergi tanpa mengamuk.
Daripada menghukum seorang anak karena perilaku yang tidak diinginkan, lebih baik pujilah perilaku yang Anda ingin lihat sebagai gantinya.