SUKABUMIUPDATE.com - Meskipun orang tua mungkin bertanya-tanya seperti apa rupa anak-anak berbakat agar bisa melihat apakah anaknya memiliki hal tersebut. Karena Mengkategorikan seorang anak sebagai anak berbakat sulit dilakukan karena tidak semua orang sepakat dengan definisi "berbakat".
Namun, para psikolog dan pendidik telah cukup meneliti anak-anak berbakat dengan memberikan gambaran tentang sifat-sifat yang cenderung dimiliki anak-anak tersebut. Sekolah melihat ciri-ciri ini bersama dengan tes IQ dan skor prestasi lainnya untuk membantu mengidentifikasi siswa berbakat.
Namun, tidak semua memerintah mengamanatkan program berbakat di sekolah, dan hanya 29 negara bagian yang memiliki perintah atau dana agar bisa dialokasikan untuk program berbakat.
Baca Juga: 9 Kategori Ikan Laut Rendah Purin yang Aman Dikonsumsi Penderita Asam Urat
Kepala sekolah atau administrator distrik sekolah anak-anak dapat memberikan rincian tentang pendidikan berbakat yang tersedia di sekolah anak Anda.
Mengutip dari laman verywellfamily, berikut beberapa hal yang dapat pihak sekolah lakukan untuk mengidentifikasi anak berbakat :
1. Skor IQ
Tes Intelligence Quotient (IQ) dapat digunakan untuk menentukan keberbakatan pada beberapa anak. Bergantung pada tes mana yang digunakan, rentang IQ berbakat adalah sebagai berikut:
- Berbakat ringan: 115 hingga 129
- Berbakat sedang: 130 hingga 144
- Sangat berbakat: 145 hingga 159
- Sangat berbakat: 160 hingga 179
- Sangat berbakat: 180 atau lebih tinggi
Rentang ini didasarkan pada kurva standar. Kebanyakan orang berada dalam kisaran antara 85 dan 115, dengan 100 adalah norma absolut. Kisaran ini dianggap normal.
Semakin jauh dari norma absolut 100 seorang anak, semakin besar pula kebutuhan akan akomodasi pendidikan khusus, terlepas dari apakah jaraknya di atas atau di bawah 100.
Baca Juga: 11 Kebiasaan Orang Sukses di Pagi Hari yang Membuat Hidupnya Terlihat Sempurna
2. Bakat Luar Biasa
Bakat luar biasa adalah kemampuan untuk melakukan suatu keterampilan pada tingkat yang biasanya baru dicapai ketika usia lanjut, kadang-kadang sampai bisa usia dewasa.
Anak usia 3 tahun mungkin membaca seperti anak kelas tiga, atau anak usia 9 tahun mungkin bermain piano seperti anak berusia 18 tahun yang telah belajar selama bertahun-tahun.
3. Prestasi Tinggi
Anak-anak berbakat biasanya tidak selalu berprestasi tinggi. Bahkan ketika tidak mendapat nilai bagus di kelas, mereka cenderung mendapat nilai tinggi dalam tes prestasi, paling sering pada kisaran persentil 95–99.
Anak-anak ini senang belajar. Minat mereka dalam belajar dikombinasikan dengan kemampuan untuk mengambil konsep-konsep baru dengan cepat dan mengingatnya dengan mudah akan memungkinkan anak-anak berbakat untuk berhasil.
Namun, anak-anak berbakat sering kali tidak termotivasi untuk berhasil di sekolah karena penghargaan eksternal seperti nilai. Sebaliknya, orang yang berprestasi tinggi termotivasi oleh hal-hal seperti pujian, nilai tinggi, dan penghargaan dari rekan-rekan mereka.
Baca Juga: Bebas Diabetes, 5 Rutinitas Sehat yang Bisa Menurunkan Kadar Gula Darah Tinggi
4. Tantangan Identifikasi
Ada ciri-ciri tertentu yang terlihat pada anak-anak berbakat yang tidak atau tidak dapat diuji oleh sekolah.
Sensitivitas yang meningkat sangat umum terjadi pada anak-anak berbakat sehingga merupakan salah satu ciri yang membedakan mereka dari anak-anak lainnya.
Anak-anak berbakat mungkin sensitif secara emosional, menangisi apa yang dianggap sepele oleh orang lain, atau mungkin sensitif secara fisik, seperti terganggu oleh label kaos atau jahitan kaos kaki.
Motivasi intrinsik berarti siswa berbakat mendapatkan motivasinya dari dalam, bukan dari imbalan eksternal seperti stiker atau bahkan nilai. Mereka termotivasi oleh minat dan tantangan. Bahkan jika anak berbakat tidak berprestasi di sekolah, mereka mungkin masih belajar dan berprestasi sendiri di rumah.
Baca Juga: 6 Bahasa Tubuh Orang yang Sedang Berbohong Kepada Kita, Ini Tandanya!
Selain itu, ketidaksesuaian membuat anak-anak berbakat merasa tidak perlu menyesuaikan diri, mengikuti aturan, atau menyelesaikan pekerjaan rumah yang mereka anggap tidak berarti. Karakteristik ini dapat menimbulkan akibat yang ironis yaitu rendahnya prestasi akademis, yang mungkin membuat frustasi baik bagi anak maupun orang tua.