SUKABUMIUPDATE.com - Berhadapan dengan seorang manipulatif kerap kali dapat menguras emosi dan membingungkan.
Perilaku manipulatif seringkali melibatkan taktik halus dan licik yang dapat membuat seseorang mempertanyakan persepsinya sendiri.
Orang-orang manipulatif ini mungkin tampak menawan dan tulus, hanya untuk kemudian mengungkapkan niat mereka yang sebenarnya.
Manipulasi bukan hanya karakteristik pribadi, namun lebih ke taktik psikologis yang digunakan sebagian orang untuk mendapatkan kendali atau keuntungan dari seseorang.
Lantas, seperti apa tanda-tanda seseorang sebenarnya manipulatif? Yuk, simak uraian berikut, merujuk pada laman ideapod:
Baca Juga: Asam Urat Tak Datang Lagi: 13 Tips Efektif Mencegahnya dengan Cara Alami
1. Terlalu Murah Hati
Mungkin terasa aneh untuk mengasosiasikan kemurahan hati dengan manipulasi, namun ini adalah taktik yang umum digunakan. Manipulator, dalam beberapa kasus, mungkin menghujani seseorang dengan hadiah, kebaikan, dan perhatian pada tahap awal suatu hubungan.
Kalau dilihat secara langsung mungkin tampak sebagai tindakan kebaikan atau kasih sayang begitu tulus, namun kemurahan hati yang berlebihan ini bisa mempunyai tujuan lebih gelap, yang sering digunakan untuk menciptakan rasa kewajiban atau hutang.
Meskipun menghargai sikap baik hati adalah hal yang baik, berhati-hatilah jika hal itu mulai terasa seperti ada ikatan. Sejatinya, kemurahan hati tidak boleh digunakan sebagai alat tawar-menawar.
2. Playing Victim
Berurusan dengan seseorang yang terus-menerus berperan sebagai korban atau playing victim bisa jadi cukup menantang. Sulit melihat orang yang Anda sayangi kesakitan, dan naluri alaminya akan muncul dengan menghibur dan mendukung mereka.
Individu yang manipulatif seringkali memanfaatkan hal ini untuk keuntungan mereka dengan terus-menerus menggambarkan diri sebagai korban, apapun situasinya. Penting untuk diingat bahwa setiap orang menghadapi tantangan dan tidak masalah untuk menawarkan dukungan.
Namun, jika Anda memperhatikan seseorang terus-menerus berada dalam krisis atau kisahnya sering kali tidak sesuai harapan, itu bisa jadi merupakan tanda manipulasi.
Baca Juga: Gula Darah Normal dan Hidup Sehat, 9 Makanan yang Baik untuk Penderita Diabetes
3. Tidak Mau Mengakui Kesalahan
Kita semua pernah menjumpai seseorang yang tidak bisa menerima bahwa mereka salah, yang mana ini adalah pengalaman membuat frustasi.
Orang yang manipulatif sering kali termasuk dalam kategori ini, di mana mau memutarbalikkan fakta, mengubah topik pembicaraan, atau langsung menyangkal bukti untuk menghindari pengakuan bahwa mereka melakukan kesalahan.
Perilaku ini tidak hanya menjengkelkan, tetapi juga membuat Anda mempertanyakan persepsi sendiri tentang kenyataan. Teknik ini dikenal dengan sebutan gaslighting, yaitu suatu bentuk manipulasi psikologis dimana seseorang membuat orang lain mempertanyakan kewarasan, ingatan, atau persepsinya.
Jika Anda terus-menerus merasa bingung atau ragu-ragu setelah berinteraksi dengan orang tertentu, itu mungkin pertanda dirimu sedang dimanipulasi.
4. Kerap Membuat Insecure
Ketidakamanan bisa menjadi alat yang ampuh di tangan seorang manipulator, dengan secara halus melemahkan rasa percaya diri, sehingga, mereka dapat membuat Anda lebih rentan terhadap pengaruhnya.
Orang yang manipulatif mungkin akan berkomentar begitu saja tentang betapa kompetitifnya bidang yang seseorang geluti atau berapa banyak orang yang gagal dalam posisi tertentu.
Komentar-komentar ini dapat menanamkan benih keraguan dalam pikiran, membuat mempertanyakan kemampuan dan keputusan seseorang.
Teknik manipulasi ini bukan tentang kritik yang membangun atau perhatian tulus, ini tentang menciptakan keraguan diri untuk mendapatkan kendali.
Baca Juga: Jangan Mudah Tertipu! 8 Ciri Orang yang Tidak Suka dengan Kita Meski Sikapnya Baik
5. Sikap Cepat Berubah dalam Waktu Dekat
Perilaku tak terduga ini bisa membuat seseorang merasa seperti berjalan di atas cangkang telur, terus-menerus tidak yakin di mana dia berdiri.
Ini bukanlah tanda hubungan yang sehat yakini manipulasi emosional, sebuah strategi yang sering digunakan untuk membuat seseorang terus menebak-nebak, kehilangan keseimbangan, dan terus-menerus kebingungan.
Sikap ketidakkonsistenan ini bukanlah hal yang normal dan tidak dapat diterima. Jangan memaafkan perilaku mereka atau menyalahkan diri sendiri atas fluktuasi mereka.