SUKABUMIUPDATE.com - Anak suka mengamuk merupakan salah satu bentuk proses di masa pertumbuhan. Hal ini sering muncul setiap kali orang tua mengganggu keinginannya untuk memiliki sesuatu, melakukan suatu kegiatan, atau pergi ke tempat yang dia inginkan, biasanya si kecil akan marah.
Tangisan, jeritan, teriakan, dan gigitan yang muncul begitu saja, umumnya adalah bentuk dari kata “tidak” darinya. Inti dari konflik dasar hubungan orang tua serta anak adalah ketika si kecil menginginkan sesuatu, tetapi ibu atau ayahnya menentang.
Amukan atau tantrum biasanya pertama kali dikaitkan dengan masa perkembangan balita sekitar memasuki usia 0-3 tahun. Pada tahap ini, anak masih kecil sehingga kekurangan kata-kata untuk mengekspresikan dirinya, sehingga ia berkomunikasi menggunakan tubuhnya.
Baca Juga: 12 Cara Alami Menyembuhkan Kolesterol dengan Cepat Tanpa Obat
Sebagai contoh, ketika orang tua menolak untuk menggendong sang anak. Mungkin dia akan langsung menjatuhkan diri ke tanah, dan dari situ mengamuk sampai menjerit akan dimulai agar orang tuanya tahu perasaannya.
Selama beberapa generasi, amukan dipandang negatif sebagai manipulasi anak untuk mendapatkan apa yang diinginkannya. Oleh karena itu para ahli menyarankan orang tua untuk mengabaikan perilaku tersebut.
Salah satu tugas perkembangan anak usia dini yang paling penting adalah membangun kepercayaan pada orang tuanya. Karena bisa membangun landasan perasaan aman mereka di dunia Membiarkan buah hati terbaring di tanah sambil menangis membuatnya merasa ditinggalkan dan akhirnya tidak percaya kepada ibu atau ayah.
Baca Juga: 5 Kunci Sukses Mencegah Asam Urat Agar Tidak Kembali Kambuh di Masa Depan
Meski mengamuk tidak mudah untuk diatasi, tetapi ada beberapa cara efektif mengatasi hal tersebut berdasarkan rangkum dari laman psychologytoday.com, sebagai berikut:
1. Tetap Tenang
Ambil napas dalam-dalam untuk menenangkan diri. Jika orang tua bereaksi dengan cara yang rendah hati terhadap situasi tersebut, masalah ini akan teratasi dengan lebih cepat dan mudah.
2. Tetapkan Batas
Penting untuk mengajari anak kecil bahwa kekerasan fisik bukanlah cara yang dapat diterima untuk mengekspresikan diri. Namun dia tidak akan bisa langsung mengikuti aturan ini.
Hanya dengan seiring waktu ketika orang tua mengulangi batas ini secara rutin, pasti akan membuat si kecil dapat menghentikan amukan dirinya sendiri. Pada akhirnya anak akan mendengarkan karena dia menginginkan persetujuan dan cinta dari orang tuanya.
3. Akui Keinginan Anak
Cara terbaik untuk menghadapi amukan adalah dengan segera menentukan apa maksud protes tersebut, dan mengungkapkannya dalam kata-kata. Begitu Anda mengakui keinginan sang anak secara verbal, ada kemungkinan kebutuhan dia untuk memprotes akan berkurang.
Baca Juga: Terserang Asam Urat? Konsumsi 6 Makanan Ini Agar Sembuh Secara Alami
4. Berikan Anak Alasan Mengapa Penolakan Terjadi
Orang tua bisa mengatakan padanya, “Sudah hampir waktunya makan malam. Tugas Ibu adalah memastikan kamu makan malam dan menjagamu tetap sehat.” dengan mengucapkan alasan seperti ini anak akan paham dan tidak mengamuk.
5. Menjauhlah Dari Lokasi Pertempuran
Jika ayah atau ibu sedang berada di ruangan yang sama dan berdebat tanpa henti. Ini akan membuat anak mendapat energi negatif dari interaksi tersebut. Sudah pasti akan terus berlanjut.
Agar anak tidak mengamuk karena melihat perdebatan itu, Anda dapat mengalihkan perhatiannya dengan mengatakan, "Ayo kita cari mobil barumu di kamar tidur dan kamu bisa membawanya ke meja.” Dengan cara ini, orang tua bisa menyelesaikan masalah dan si kecil tidak tahu apa-apa
6. Dorong Dia Untuk Menggunakan Kata-kata
Meskipun si kecil belum menguasai bahasa, namun sebagai orang tua perlu mendukung gagasan bahwa dia bisa menggunakan kata-kata daripada mengamuk untuk mengekspresikan apa yang sedang dirasakan.
Baca Juga: 6 Makanan Malam yang Bisa Menyebabkan Serangan Asam Urat
7. Cobalah Untuk Mencegah Amukan
Sebisa mungkin hindari menangani anak dengan menggunakan kata tidak. Namun bisa memakai frasa lain, seperti ketika dia berteriak minta kue di sini orang tua mungkin dapat berkata, “Tidak sehat jika mengkonsumsi terlalu banyak gula”. Begitupun saat si kecil mendekati kompor katakan padanya “Jangan mendekat. Kompornya panas.”