SUKABUMIUPDATE.com - Orang tua memiliki tanggung jawab untuk membimbing dan mendidik anak-anak mereka agar menjadi individu yang bertanggung jawab, disiplin, dan memiliki moral yang baik.
Disiplin bukan berarti menghukum anak, tetapi membantu mereka belajar tentang perilaku yang benar dan yang salah. Namun, bagi kebanyakan orang tua masih ada kesalahan dalam mendisiplinkan anak-anaknya.
Bagi kebanyakan orang tua, mendisiplinkan anak bisa menjadi sangat menegangkan dan juga tidak efektif. Sering kali, mendisiplinkan anak bukan tentang apa yang kita katakan kepada mereka, melainkan tentang cara kita mendisiplin, dan disinilah sebagai peran orang tua.
Baca Juga: 9 Cara Terbaik Mendisiplinkan Anak Agar Menjadi Penurut dan Tidak Berontak
Berikut ini ada beberapa kesalahan yang orang tua lakukan saat mendisiplin anak-anak, yang dihimpun dari laman parenting.firstcry:
1. Menaikkan Suara dengan Keras
Sebagai orang tua, kita cenderung meninggikan suara saat mendisiplinkan anak. Faktanya, sering kali, di saat yang panas atau dalam keadaan stres, kita malah semakin meninggikan suara.
Meskipun kadang-kadang, kita menggunakan nada yang lebih tinggi untuk membuat anak-anak kita memahami niat kita dan memperbaiki perilaku mereka, meninggikan suara secara teratur hanya akan membuat anak-anak kita kehilangan maksudnya.
Nada yang lebih tinggi tidak membuat pendisiplinan menjadi efektif, bahkan justru membuat anak kita lebih mudah tersinggung dan keras kepala dan bahkan mungkin menyebabkan mereka meniru perilaku kita dan meninggikan suara ketika mencoba menyampaikan maksud mereka kepada kita atau bahkan sebagai sarana untuk mendapatkan perhatian. cara mereka.
2. Nada Kasar
Nada bicara yang kasar saat berbicara dengan anak tidak hanya membuat pendisiplinan anak menjadi tidak efektif, tetapi juga menjadi katalisator yang merusak hubungan orang tua dan anak.
Nada bicara yang sopan namun tegas tidak hanya memudahkan kita dalam mendisiplinkan dan menyampaikan maksud kita secara efektif, namun juga membuat anak kita mau menyampaikan pendapat atau kekhawatirannya kepada kita.
3. Argumen yang Berlebihan dari Orang Tua
Seringkali terjadi perdebatan di antara orang tua, baik mengenai cara mendisiplinkan anak yang benar, maupun waktu atau cara yang tepat untuk mendisiplinkan anak. Meskipun pertengkaran ini tidak bisa dihindari, berdebat di depan anak-anak atau membiarkan ego menguasai kita, sambil mendisiplinkan anak-anak, akan menimbulkan masalah.
Oleh karena itu, jika salah satu dari kita sebagai orang tua berbeda pendapat dengan orang tua lainnya mengenai cara mendisiplinkan atau alasan mendisiplin, setelah seluruh proses pendisiplinan selesai, argumen tersebut dapat diambil secara terpisah.
Selanjutnya, jika ada kebutuhan untuk mengoreksi orang tua lain pada saat itu juga, hal itu harus dilakukan dengan adil dan sopan dan tanpa ego yang memainkan peran yang lebih besar.
4. Intervensi yang Tidak Semestinya
Hal ini biasanya terlihat dalam keluarga besar, di mana, ketika orang tua berjuang untuk mendisiplinkan anak, kakek-nenek, bibi, atau kerabat lainnya, ikut campur atau menyerah pada amukan anak-anak, sehingga membuat orang tua mudah tersinggung dan frustrasi dan melakukan tawar-menawar, sehingga meniadakan pendisiplinan.
Hal yang sama mungkin juga berlaku sebaliknya. Seperti disebutkan di atas, kasus-kasus perbedaan pendapat mengenai teknik pendisiplinan idealnya harus dibahas di lain waktu dan jangan sekali-kali digunakan sebagai penenang ego.
5. Membuat Perbandingan
Salah satu cara untuk membunuh harga diri anak adalah dengan membandingkannya. Ketika kita membandingkan anak-anak kita dengan anak-anak lain sambil mendisiplin mereka, perbandingan tersebut mempunyai dampak negatif yang lebih kuat dan bertahan lama dibandingkan dampak positif, yang dimaksudkan dengan teknik disiplin.
Fokus kita, ketika mendisiplin, harus pada apa yang dilakukan anak-anak kita, bukan pada apa yang dilakukan anak-anak lain. Menggambar perbandingan antara anak-anak juga merupakan cara yang sangat halus untuk memberi tahu seorang anak bahwa dia tidak baik.
6. Pelabelan Negatif
Hal terburuk yang dapat kita lakukan terhadap anak-anak kita adalah memberi label negatif pada mereka. Saat kita memberi label pada anak-anak kita, pada dasarnya kita memerintahkan otak mereka untuk menyesuaikan diri dengan label yang kita berikan pada anak-anak kita.
Misalnya ketika kita menyebut anak kita bodoh maka mereka akan bertindak dan merasa bodoh, begitu pula ketika kita menyebut anak kita pintar maka mereka akan merasa dan bertindak pintar.
Pada dasarnya itulah yang kami perintahkan kepada otak anak untuk dilakukan dan dengan demikian otak anak mengirimkan sinyal ke tubuh. Sebisa mungkin, kita harus membiasakan menggunakan label positif pada anak-anak kita, setidaknya sekali dalam sehari. Pelabelan negatif bukan berarti mendisiplinkan anak, malah membunuh kepribadian anak.
7. Mengungkit Masa Lalu
Saat mendisiplinkan anak-anak kita, kita harus benar-benar menghindari mengungkit kesalahan dan kejadian di masa lalu. Mengungkit kesalahan di masa lalu cenderung mendorong anak ke dalam rasa bersalah, sehingga menghilangkan efek disiplin.
Sebagai orang tua, bahkan dalam urusan sehari-hari dengan anak-anak kita, kita harus menahan diri untuk tidak menggali masa lalu. Karena bagaimanapun juga, setiap orang berhak memulai dari awal tanpa teringat masa lalunya.
8. Menanamkan Rasa Takut
Menggunakan rasa takut sebagai sarana untuk mendisiplin anak adalah teknik pendisiplinan yang paling buruk. Seringkali sebagai orang tua, kita mengatakan hal-hal seperti “tunggu sampai ayah pulang, dia akan mengurus ini.”
Meskipun kita mungkin berpikir bahwa anak-anak akan memperbaiki kesalahan mereka karena takut 'ayah mereka menghadapi situasi ini', apa yang kita lakukan di sini pada dasarnya adalah menanamkan rasa takut akan ayah pada anak-anak dan menghancurkan hubungan antara anak-anak dan ayah mereka.
Di sini, orang tua telah menjadikan 'ayah' tampak seperti monster atau seseorang yang harus ditakuti, dibandingkan seseorang yang harus dihormati dengan cinta dan hormat. Kedua, mengancam untuk menghukum anak dengan hal-hal yang mereka takuti, seperti ruangan gelap atau karakter horor, lebih merugikan mental dan emosional anak, dibandingkan mendisiplinkan mereka.
9. Tidak Memberikan Kesempatan pada Anak untuk Membenarkan Dirinya
Seringkali, sebagai orang tua, kita mulai membentak atau mengganggu anak-anak kita, tanpa memberi mereka kesempatan untuk membenarkan atau memperjelas cerita mereka. Ketika kita menanyakan pendapat anak atau memberi mereka kesempatan untuk mengklarifikasi, secara tidak langsung kita memberitahu anak bahwa kita menghargai pendapat mereka.
10. Membuatnya Malu di Depan Umum
Saat mendisiplinkan anak di depan umum, kita harus memastikan untuk tidak merendahkan anak kita. Jika memungkinkan, pendisiplinan di depan umum sebaiknya dihindari karena akan membuat anak merasa malu dan semakin takut membuka diri di depan umum.
Hal ini juga dapat menyebabkan masalah seperti rasa percaya diri yang buruk atau gagap. Mendisiplinkan anak atau mengemukakan kesalahan dan kekeliruan di depan guru pada saat adanya pertemuan keluarga, dapat menimbulkan dampak negatif jangka panjang pada anak.