SUKABUMIUPDATE.com - Ada banyak alasan mengapa tangisan seorang anak tidak mudah dipahami ketika anak bertambah besar, alasan mereka menangis menjadi lebih kompleks dibandingkan saat mereka masih bayi. Biasanya anak-anak yang lebih besar menangis karena stres, kelelahan, dan banyak lagi.
Masuk akal atau tidak, tangisan seorang anak selalu mengirimkan pesan, kata Diana Divecha, PhD, asisten profesor klinis di Yale Child Study Center dan Yale Center for Emotional Intelligence. Dengan kata lain, anak bukan sekedar cengeng.
Berikut alasan mengapa anak menangis:
1. Anak Merasa Kelelahan
Ketika seorang anak kelelahan, tubuh mereka melepaskan adrenalin dan kortisol ekstra untuk membuatnya tetap waspada. Ini merupakan hormon sama yang dilepaskan sebagai respons terhadap stres.
Hormon-hormon ini dapat membuat kita lebih rentan terhadap rasa mudah tersinggung dan menangis, jelas Dawn Huebner, PhD, psikolog klinis dan penulis What to Do When You Worry Too Much.
Terlebih lagi, pusat penalaran di otak anak masih berkembang, sehingga sangat sulit bagi mereka untuk mengontrol impuls dan emosi ketika kehabisan tenaga, yang dimana hal ini dapat menyebabkan anak menangis.
2. Anak Merasakan Kewalahan
Penelitian menunjukkan bahwa 20% orang memiliki sensitivitas pemrosesan sensorik (SPS). Itu berarti mereka lebih sensitif terhadap suara, cahaya, dan keributan dibandingkan yang lain.
Akibatnya, anak-anak dengan SPS bisa kewalahan dan menangis dalam situasi yang bising atau kacau, seperti pesta ulang tahun.
3. Merasa Sakit
Tangisan kesakitan pada bayi cenderung lebih keras dan intens dengan jumlah napas yang lebih sedikit, sedangkan tangisan rewel bernada rendah dan tidak teratur, kata Ariana Anderson, PhD , seorang profesor dan ahli statistik di UCLA yang mempelajari pola akustik pada tangisan bayi.
Pada usia 3 atau 4 tahun, anak-anak juga bisa menangis untuk mengantisipasi rasa sakit. Sekarang mereka dapat melihat ke masa depan dan membayangkan bahwa sesuatu, seperti mengeluarkan serpihan atau tertembak, akan menimbulkan rasa sakit.
4. Lapar
Alasan terbesar anak menangis salah satunya adalah rasa lapar. Seperti halnya orang dewasa, beberapa anak mengalami kelaparan karena sudah lama tidak makan dan gula darahnya turun.
Ingatlah bahwa anak-anak umumnya perlu makan setiap tiga hingga empat jam sepanjang hari yaitu tiga kali makan dan dua kali camilan. Tanpa bahan bakar yang tepat, proses berpikir, belajar, dan pengaturan emosi otak mereka akan melambat.
5. Anak Merasa Menyesal
Mulai usia 3 tahun, anak-anak mulai merasakan empati terhadap orang lain dan mungkin menangis ketika mereka menyakiti seseorang atau melakukan kesalahan. Reaksi ini merupakan tanda penyesalan yang sesungguhnya dan upaya yang tidak disadari untuk menghindari masalah.
6. Anak Merasa Takut
Rasa takut adalah emosi yang sehat dan normal yang membantu manusia bertahan hidup. Bayi dan balita sering kali menangis ketika ada sesuatu yang mengganggu indranya.
Pada usia 3 tahun, imajinasi anak semakin berkembang, dan mereka mungkin mulai takut pada hal-hal yang tidak pernah mengganggu sebelumnya, seperti binatang atau kegelapan, yang dapat menyebabkan anak menangis.
7. Merasa Frustasi
Ketika balita atau anak prasekolah menghentakkan kaki, berteriak, atau membanting pintu, ingatlah bahwa anak-anak seusia ini memiliki sedikit kendali emosi.
Air mata kemarahannya mungkin mengalir karena ada sesuatu yang terasa tidak adil, ada yang menghalangi rencananya, atau tidak mendapatkan apa yang diinginkannya.