SUKABUMIUPDATE.com - Sejak pertama kali munculnya film, orang tua sudah merasa khawatir tentang bagaimana anak-anak akan bereaksi terhadap gambar serta video kekerasan yang ditampilkan.
Kini, ketika ponsel muncul dengan menawarkan akses tak terbatas kepada anak-anak terhadap gambar dan video kekerasan tersebut. Maka ada lebih banyak hal yang perlu orang tua khawatirkan.
Sebagai orang tua ataupun pengasuh, Anda mungkin merasa kewalahan memikirkan bagaimana, dan mengapa kekerasan virtual dapat memengaruhi anak. Namun ada langkah-langkah praktis yang dapat diambil untuk melindungi anak-anak dari segala usia, membantu mereka menempatkan apa yang harus dilihat dan didengar dalam konteks yang lebih sehat.
Baca Juga: 7 Kebiasaan Sepele yang Membuat Penderita Asam Urat Sulit Tidur di Malam Hari
Memahami apa arti kekerasan virtual di dalam dunia anak?
Kekerasan virtual adalah segala tindakan agresi yang mungkin dilakukan anak melalui TV, film, video game, media sosial, dan saluran digital lainnya. Ini mencakup simulasi kekerasan dalam film blockbuster atau video amatir dalam animasi di kartun hingga permainan interaktif.
Laporan berita yang tayang di TV serta media sosial tentang tragedi kehidupan nyata juga menghadirkan kekerasan virtual yang tak ada habisnya sampai dilihat dan didengar kaum muda dalam waktu 24 jam.
Ingatlah bahwa kekerasan virtual tidak hanya sebatas pada kekerasan di fisik saja. Namun ada dalam bentuk verbal seperti pernyataan yang agresif, mengancam, rasis, atau ucapan penuh kebencian juga bisa berdampak buruk bagi anak-anak ketika menyaksikannya.
Baca Juga: 10 Tips Tidur Siang Bagi Penderita Asam Urat, Jangan Lama-lama Ya!
Apa yang anak-anak lihat atau mainkan dapat mempengaruhi bagaimana berperilaku mereka?
Penelitian selama puluhan tahun menghubungkan kekerasan virtual dengan pikiran, perasaan, dan tindakan agresif pada anak-anak. Meskipun kita masih mempelajari dampak konten kekerasan dalam video game sampai media sosial, tetapi para ahli sepakat bahwa anak-anak sangat terpengaruh oleh kebrutalan dimanapun mereka mengalaminya.
Menyaksikan tindakan kekerasan baik nyata maupun simulasi dapat membuat anak-anak merasa bahwa agresi adalah hal yang normal dan dapat diterima. Hal ini mungkin mengarahkan mereka untuk melakukan apa yang dilihat dan didengar, terutama jika menyaksikan kekerasan di rumah atau di komunitas. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa paparan terhadap kekerasan virtual dapat memicu gangguan kesehatan mental, termasuk depresi dan kecemasan
Cukup mengkhawatirkan juga jika memikirkan dampak jangka pendeknya terhadap anak-anak kita. Namun penelitian jangka panjang juga menunjukkan bahwa paparan terhadap kekerasan virtual di masa kanak-kanak bisa menyebabkan perilaku agresif di masa dewasa. Bahkan ketika orang-orang berhenti mengkonsumsi media kekerasan di tahun berikutnya.
sumber: healthychildren.org