SUKABUMIUPDATE.com - Tampilan kemarahan yang dramatis dan terkadang menakutkan pada anak kecil sering kali disebabkan oleh kurangnya bahasa. Dengan kata lain, balita dan anak prasekolah belum bisa memberitahu Anda apa yang salah atau apa yang mereka butuhkan. Sebaliknya, mereka mengungkapkan perasaan dan kebutuhan ini secara fisik.
Mereka akan menangis dan menjerit, memukul-mukul, atau menendang-nendang kaki mereka. Anak-anak kecil juga kurang mengendalikan impuls, sehingga ketika frustrasi atau marah, reaksi stimulus hingga respon terjadi hampir secara instan. Karena mereka tidak dapat mengkomunikasikan keinginan, kebutuhan, atau perasaannya secara efektif, mereka mungkin akan melakukan perilaku agresif seperti memukul atau menggigit.
Kemarahan adalah emosi yang sangat alami. Tidak hanya itu, seperti semua emosi, emosi mengikuti anak-anak melalui semua tahap perkembangan hingga dewasa.
Beberapa tips tentang cara menangani anak yang pemarah, agresif, dan membantu si kecil mengelola emosinya.
Baca Juga: 6 Cara agar Anak Tidak Kecanduan Main HP Setiap Waktu, Ini Solusinya
1. Terimalah Kemarahan Anak Anda
Anda tentu tidak ingin mereka berpikir bahwa mereka harus menyembunyikan perasaannya. Para peneliti mengatakan bajwa validasi sangat penting karena membantu mengurangi intensitas emosional, sehingga memungkinkan adanya regulasi emosional. Di sisi lain, pembatalan mengkomunikasikan bahwa perasaan atau deskripsi seseorang tentang pengalamannya "salah". Hal ini cenderung meningkatkan emosi.
2. Dorong Mereka untuk Menggunakan Kata-kata
Anak-anak secara alami tidak tahu kata-kata apa yang harus digunakan. Jadi, Anda harus mengajari mereka keterampilan sosial ini. Jika dia tidak tahu cara menjelaskan kemarahannya, Anda bisa membantunya dengan sebuah naskah "Saat kamu marah, katakan, 'Aku marah', dan aku akan membantumu." Seiring waktu, anak-anak menginternalisasikan suara dan aturan Anda.
3. Temukan Solusi Positif
Meskipun orang tua memang bisa terjerumus ke dalam pola negatif dalam memuaskan setiap keinginan anak untuk menghindari kehancuran, namun membiarkan anak menangis juga tidak akan mengajarkan mereka cara yang lebih positif untuk menangani diri mereka sendiri. Faktanya, anak-anak membutuhkan bantuan untuk keluar dari amarahnya, dan membimbing mereka melewatinya lebih baik daripada membiarkan mereka tenggelam ke dalamnya.
4. Hadapi dan Diskusi
Memperlambat dan mendiskusikannya juga membuat anak Anda memahami alasan penolakan dan menerimanya dengan lebih setuju. Anda ingin memberi anak perasaan bahwa Anda mendengarkannya, peduli dengan keinginannya, dan memberitahu mereka bahwa mereka dapat mempercayai Anda untuk membantu mereka melewati kekecewaan hidup.
5. Temukan Tempat yang Tenang
Jika Anda berada di tempat umum, cobalah menjauh dari penonton. Fokuslah pada anak dan diri Anda sendiri, bukan pada penilaian orang lain. Pergeseran fokus ini akan mengurangi tekanan apapun yang mungkin Anda rasakan dari orang-orang yang melihatnya dan memungkinkan Anda berhubungan dengan anak secara pribadi.
Semakin sedikit kebisingan dan keributan, semakin mudah bagi Anda untuk membantu anak Anda menemukan ketenangan.
6. Tetapkan Batas Tegas
Meskipun Anda ingin menyampaikan bahwa tidak apa-apa jika anak Anda merasa marah, Anda perlu menjelaskan bahwa perilaku agresif tersebut tidak diperbolehkan.
Sumber: Parents.com