SUKABUMIUPDATE.com - Mengasuh anak itu sulit, terutama ketika si kecil masih belajar bagaimana menavigasi dunia, dan salah satu cara yang mereka lakukan adalah dengan perilaku agresif.
Kebanyakan balita akan mengatasi agresi ketika mereka mempelajari keterampilan yang tepat untuk membantu mereka menenangkan diri dan mengatur diri. Namun, beberapa anak mungkin memerlukan dukungan ekstra.
Sebagai orang tua, Anda pasti senang jika balita Anda selalu bersikap manis dan sopan, namun sayangnya, hal ini biasanya tidak terjadi. Anda mungkin memperhatikan perilaku agresif seperti memukul, mendorong, dan bahkan menggigit saat balita Anda bermain dengan teman-temannya.
Baca Juga: 6 Cara Mendidik Anak Agar Jadi Orang Disiplin Seumur Hidupnya
Perilaku agresif adalah ekspresi primitif dari rasa frustasi, kemarahan, dan keinginan untuk mengontrol, dan para ahli mengatakan biasanya Anda tidak perlu mengkhawatirkan hal ini pada balita.
Saat balita Anda mulai menguasai cara lain untuk mengekspresikan emosinya yang kuat melalui bahasa dan gerak tubuh, tindakan ini kemungkinan besar akan mereda.
Namun, jika anak Anda terus menjadi agresif terutama saat usia prasekolah, Anda mungkin perlu berkonsultasi dengan ahli kesehatan mental untuk meminta nasihat.
Menurut American Academy of Pediatrics (AAP), ledakan emosi ini adalah hal yang normal. Itu karena si kecil baru mulai belajar pengendalian diri dan pengaturan emosi. Tindakan agresif sering kali merupakan cara untuk menunjukkan kemandirian, mengekspresikan rasa frustasi, dan menguji keterampilan sosial.
Penyebab Agresi Balita
1. Agresi balita sering kali berasal dari keterampilan yang muncul pada si kecil : Karena mereka baru belajar tentang isyarat sosial, bahasa, pengendalian impuls, pengaturan emosi, dan batasan. Terkadang, mereka mungkin merasa frustrasi atau kewalahan, dan hal ini dapat menyebabkan perilaku buruk karena mereka tidak yakin bagaimana menangani situasi atau perasaan mereka.
2. Agresi juga bisa berasal dari kemarahan atau masalah teritorial : Anak Anda mungkin kesal terhadap sesuatu, entah itu mainan yang dicuri atau rambut yang dicabut, namun mereka tidak memiliki kapasitas untuk mengungkapkan perasaan dengan cara yang tidak terlalu menyinggung. Pada gilirannya, mereka mungkin menyerang teman bermainnya dengan respons yang primitif.
3. Perilaku balita yang agresif mungkin bersifat eksperimental : Anak Anda mungkin berpikir, Apa jadinya kalau saya dorong Kevin? atau "Bolehkah menggigit lengan Molly?" Mereka mungkin juga pernah melihat kakaknya bertindak agresif dan meniru perilaku tersebut. Bagaimanapun juga, anak-anak belajar dengan meniru.
Yakinlah, bahwa seringkali agresi balita adalah tahap normal yang akan dialami anak Anda saat mereka mempelajari keterampilan sosial dan cara mengatur emosinya sendiri. Meskipun demikian, mengajari anak Anda keterampilan seperti itu bisa menjadi pengalaman yang membuat frustasi, maka disitulah strategi untuk menghadapi agresi balita akan berguna.