SUKABUMIUPDATE.com - Ketika anak-anak atau remaja berdebat, berteriak, melontarkan pukulan, meludah, memukul, menjadi agresif, atau terlibat dalam perilaku tidak terkendali lainnya, orang sering menyebut perilaku tersebut sebagai akting. Dan tidak ada keraguan bahwa tindakan-tindakan ini menakutkan dan kadang-kadang bisa terjadi begitu saja.
Yang lebih rumit lagi, alasan di balik perilaku tersebut seringkali rumit. Namun, dengan mencari tahu penyebab perilaku ini merupakan langkah pertama yang penting bagi orang tua, terlepas dari apakah anak Anda yang sering mengamuk atau anak remaja yang mengalami sifat memberontak.
Inilah yang perlu Anda ketahui tentang mengapa anak-anak bertingkah dan apa yang dapat Anda lakukan untuk memperbaiki situasi tersebut.
Alasan Mengapa Seorang Anak Mungkin Bertingkah
Ada sejumlah kemungkinan alasan mengapa anak-anak bertingkah laku dan hanya sedikit yang sesederhana "mereka anak nakal". Ketika seorang anak bertingkah laku, pola perilaku yang tidak pantas seringkali digunakan untuk menutupi perasaan sakit, ketakutan, atau kesepian yang lebih dalam.
Baca Juga: Disingkat Berkah, Motto Camat Baru Waluran Sukabumi Dongkrak Potensi Alam
Menanggapi perilaku buruk tersebut dengan cara yang tidak tepat atau menganggap anak tersebut sekadar “buruk”, dapat membuat anak semakin merasa sendirian dengan emosi apa pun yang mereka hadapi. Cukup menyalahkan perilaku seorang anak sebagai anak nakal, memperdalam alasan mereka untuk bertindak alih-alih menguranginya.
Seringkali alasan untuk bertingkah tidak jelas seperti karena lapar atau lelah, namun malah terkubur dalam-dalam. Kadang-kadang, tindakan tantrum dimaksudkan untuk menyembunyikan sumber perilaku buruk tersebut dari orang tua.
1. Menghadapi Situasi yang Mengecewakan
Beberapa anak bertingkah laku karena mereka merespons dengan cara yang normal terhadap situasi yang membuat mereka kesal hingga tidak mampu mengendalikan emosinya.
Kadang-kadang, seorang anak yang bertingkah laku di sekolah terpancing untuk menangani siswa lain di kelas. Kemudian, mereka di disiplinkan atas tindakan ketika mereka hanya menanggapi penganiayaan.
2. Mengatasi Masalah Sensorik
Dalam beberapa kasus, anak-anak “bertindak” karena masalah sensorik yang tidak diketahui, misalnya gangguan pemrosesan sensorik, yang mungkin tidak disadari. Misalnya, banyak anak autis dan banyak juga yang tidak memiliki diagnosis spesifik mungkin mengalami gangguan sensorik yang membuat pemandangan dan suara biasa terasa menyakitkan secara fisik.
Bayangkan saja menghabiskan hari menghadapi ketidaknyamanan terus-menerus dalam bentuk lampu berkedip, kursi berderit, dan pakaian yang tidak nyaman. Dalam situasi seperti ini, hampir semua orang akan kesulitan untuk tetap tenang. Bicaralah dengan dokter anak jika Anda menduga anak Anda memiliki masalah sensorik.
Baca Juga: Rapat Dinas dan Halal Bihalal, Dinkes Sukabumi Perkuat Kerjasama Tingkatkan Layanan
3. Berjuang Dengan Ketidakmampuan Belajar
Penyebab lain dari bertingkah mungkin adalah frustasi karena ketidakmampuan belajar yang tidak terdiagnosis atau tidak diobati. Seorang anak yang mengidap, misalnya disleksia yang tidak terdiagnosis akan semakin tertinggal di sekolah.
Pada akhirnya, jika tantangan-tantangan ini tidak diatasi, mereka tidak akan mampu belajar di ruang kelas pada umumnya. Kecuali jika dilakukan perubahan, mereka tidak akan berbuat apa-apa kecuali mendapat masalah.
4. Menginginkan Perhatian
Tentu saja ada beberapa anak yang bertindak memiliki tujuan sebagai salah satu cara untuk mendapatkan perhatian positif atau negatif dari orang dewasa. Maka dari itu, ada baiknya menggunakan berbagai strategi pengasuhan untuk anak-anak yang sering mencari perhatian melalui perilaku negatif.
Misalnya, strategi perhatian positif dapat mengurangi perilaku buruk. Ada juga beberapa perilaku, seperti perebutan kekuasaan, yang terkadang sebaiknya diabaikan.
Sumber : verywellfamily.com