SUKABUMIUPDATE.com - Mendengar tentang dampak negatif dari pola asuh tunggal pada anak-anak, mulai dari kesulitan ekonomi hingga masalah kepercayaan terkait pengabaian, bisa membuat kita kewalahan. Namun muncul pertanyaan soal bagaimana dengan dampak positif dari dibesarkan oleh orang tua tunggal.
Saat membesarkan anak sendirian, Anda mungkin tidak menganggap situasi Anda sebagai bonus, namun ada beberapa dampak positif dari pola asuh tunggal yang patut mendapat perhatian.
Ada beberapa kecenderungan sifat anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua tunggal. Simak ulasannya seperti dilansir dari verywellfamily.com.
Dampak Positif Single Parenting pada Anak
1. Mengembangkan Ikatan yang Lebih Kuat
Menghabiskan waktu berduaan yang berkualitas dengan anak-anak memungkinkan Anda mengembangkan ikatan unik yang sebenarnya mungkin lebih kuat daripada jika Anda bukan orang tua tunggal.
Tentu saja, hal ini berlaku bagi banyak orang tua yang memiliki hak asuh, namun juga berlaku bagi sejumlah orang tua tanpa hak asuh yang memiliki kesempatan untuk memainkan peran unik dalam kehidupan anak-anak mereka.
Baca Juga: 10 Ciri Anak Bahagia Karena Orang Tua Baik Hati, Cikal Bakal Sukses!
Jangan pernah meremehkan pentingnya peran Anda. Sadarilah jika ikatan tidak sesuai dengan yang Anda inginkan saat ini, maka Anda dapat berupaya memperkuatnya.
Hubungan Anda dengan anak-anak Anda tidak akan berakhir ketika mereka berusia 18 tahun, namun ikatan itu akan terus berkembang hingga masa dewasa anak-anak.
2. Rasakan Komunitas Otentik
Kita semua akrab dengan ungkapan “Dibutuhkan sebuah desa untuk membesarkan seorang anak.” Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga dengan orang tua tunggal sering kali dikelilingi oleh sekelompok pendukung.
Dalam banyak kasus, anggota keluarga besar akan mengambil peran dan memainkan peran penting dalam kehidupan anak-anak.
Kemudian, orang tua tunggal yang tidak tinggal dekat dengan keluarga dapat memilih untuk berpartisipasi dalam kelompok komunitas termasuk kelompok dukungan orang tua tunggal yang memperjuangkan seluruh keluarga.
3. Berbagi Tanggung Jawab
Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga dengan orang tua tunggal tidak hanya memiliki tugas-tugas yang harus dilakukan untuk mendapatkan uang saku.
Baca Juga: 7 Makanan Rendah Purin yang Bisa Dikonsumsi Penderita Asam Urat
Sebaliknya, kontribusi mereka terhadap keseluruhan sistem keluarga sangatlah diperlukan.
Kebutuhan yang tulus akan bantuan mereka membantu anak-anak Anda menyadari nilai kontribusi mereka dan merasa bangga dengan pekerjaan mereka sendiri.
Pujilah anak-anak karena telah membantu pekerjaan rumah. Biarkan mereka tahu bahwa Anda menghargai upaya mereka. Harapkan mereka untuk berkontribusi dan spesifik ketika meminta mereka membantu.
4. Mempelajari Cara Menangani Kesulitan
Anak-anak dalam keluarga dengan orang tua tunggal menyaksikan keterampilan mediasi konflik dalam tindakan. Mereka dapat melihat orang tua mereka bekerja keras meskipun ada perbedaan untuk berkolaborasi dan bekerja sama secara efektif.
Selain itu, anak-anak dipaksa untuk mengatasi kekecewaannya sendiri sejak dini. Tanggapi kekecewaan anak Anda dengan dukungan, dorongan, dan empati.
5. Mempelajari Cara Menyulap Prioritas yang Bersaing
Anak-anak yang dibesarkan dalam keluarga orang tua tunggal yang sukses mengetahui bahwa mereka adalah prioritas utama dalam kehidupan orang tuanya, namun mereka tidak diperlakukan seolah-olah mereka adalah pusat dari dunia setiap orang.
Baca Juga: 8 Makanan Kaya Purin yang Bisa Menyebabkan Serangan Asam Urat
Pendekatan yang sehat membantu mempersiapkan anak-anak menghadapi "dunia nyata".
Bantulah anak-anak menyeimbangkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan kebutuhan seluruh unit keluarga.
Sadarilah bahwa Anda sebagai orang tua boleh saja memenuhi kebutuhan Anda sendiri, seperti kebutuhan untuk menyendiri atau mengobrol dengan orang dewasa. Namun ajari anak Anda untuk mengungkapkan kebutuhannya sambil mempertimbangkan kebutuhan orang lain.
Sumber : verywellfamily.com