SUKABUMIUPDATE.com - Kemarahan adalah emosi yang normal dan sehat. Namun banyak anak kesulitan memahami perbedaan antara perasaan marah dan perilaku agresif. Frustasi dan kemarahan dapat dengan cepat berubah menjadi pembangkangan, rasa tidak hormat, agresi, dan amarah ketika anak-anak tidak tahu cara mengatasi emosinya.
Jika tidak dikendalikan, agresi pada masa kanak-kanak seperti berkelahi, berdebat, membentak, meludah, dan menggoda dapat menyebabkan masalah tambahan. Misalnya saja, kemarahan dan agresi telah dikaitkan dengan masalah akademis, penolakan dari teman sebaya, dan kesehatan mental yang buruk di masa dewasa.
Maka dari itu, untuk anak-anak yang kesulitan mengendalikan emosinya, gunakan lima strategi berikut untuk mengajarkan keterampilan manajemen amarah.
Bagaimana Mengajari Anak Mengendalikan Kemarahan
1. Bedakan Antara Perasaan dan Perilaku
Ajari anak untuk memberi label pada perasaannya, sehingga ia dapat mengungkapkan perasaan marah, frustasi, dan kecewa secara verbal. Misalnya katakan, "Merasa marah boleh saja, tapi memukul tidak boleh." Bantulah mereka melihat bahwa mereka bisa mengendalikan tindakannya saat merasa marah.
Terkadang, perilaku agresif muncul dari berbagai perasaan tidak nyaman, seperti sedih atau malu. Jadi, bantulah anak Anda mencari tahu mengapa mereka merasa marah. Mungkin mereka merasa sedih karena tanggal bermainnya dibatalkan, namun mereka menanggapinya dengan marah karena lebih mudah menutupi rasa sakit hati yang mereka rasakan.
2. Tunjukan Keterampilan Manajemen Kemarahan yang Sesuai
Cara terbaik untuk mengajari anak cara mengatasi amarah adalah dengan menunjukkan kepada mereka cara Anda menangani emosi saat merasa marah. Ketika anak-anak melihat Anda marah, kemungkinan besar mereka akan melakukan hal yang sama. Namun, jika mereka melihat Anda mengatasi perasaan dengan cara yang lebih baik dan lembut, mereka juga akan menyadarinya.
Meskipun penting untuk melindungi anak-anak Anda dari sebagian besar masalah orang dewasa, namun menunjukkan kepada mereka cara Anda menangani perasaan marah adalah hal yang sehat. Tunjukkan saat-saat ketika merasa frustasi sehingga anak Anda memahami bahwa orang dewasa terkadang juga marah.
Baca Juga: Jaga Hubungan Sehat dengan Anak, 12 Tips Menjadi Orang Tua yang Lebih Berwibawa
3. Tetapkan Aturan Kemarahan
Sebagian besar keluarga memiliki peraturan keluarga tidak resmi tentang perilaku apa yang dapat diterima dan apa yang tidak jika menyangkut kemarahan. Beberapa keluarga tidak keberatan pintu dibanting dan suara-suara disuarakan, sementara keluarga lain kurang menoleransi perilaku seperti itu.
Aturan kemarahan harus berpusat pada berperilaku hormat terhadap orang lain. Atasi hal-hal seperti agresi fisik, pemanggilan nama baik, dan perusakan properti sehingga anak Anda memahami bahwa mereka tidak boleh melempar barang, merusak barang, atau menyerang secara verbal atau fisik saat mereka marah.
4. Ajarkan Keterampilan Mengatasi yang Sehat
Anak-anak perlu mengetahui cara yang tepat untuk mengatasi amarahnya. Daripada diberi tahu, “Jangan pukul adikmu,” lebih baik jelaskan apa yang dapat mereka lakukan saat merasa frustasi. Katakan, "Lain kali, gunakan kata-katamu" atau "Menjauhlah darinya saat kamu merasa marah."
Gunakan waktu menyendiri sebagai alat untuk membantu anak Anda tenang. Ajari mereka bahwa ia dapat mengambil waktu istirahat sebelum mendapat masalah. Menjauhkan diri dari suatu situasi dan meluangkan waktu beberapa menit untuk menenangkan diri dapat sangat membantu anak-anak yang rentan terhadap kemarahan. Selain itu, ajarkan keterampilan pemecahan masalah sehingga anak belajar menyadari bahwa mereka dapat memecahkan masalah tanpa melakukan tindakan agresif. Bicarakan juga tentang cara menyelesaikan konflik secara damai.
5. Tawarkan Konsekuensi Bila Diperlukan
Berikan anak Anda konsekuensi positif ketika mereka mengikuti aturan marah dan konsekuensi negatif ketika mereka melanggar aturan. Konsekuensi positif, seperti sistem penghargaan atau sistem token economy yang dapat memotivasi anak untuk menggunakan keterampilan manajemen amarah ketika mereka sedang kesal.
Tindak lanjuti dengan konsekuensi langsung jika anak Anda menjadi agresif. Konsekuensi yang efektif mungkin termasuk time-out, kehilangan hak istimewa, atau membayar ganti rugi dengan melakukan pekerjaan tambahan atau meminjamkan mainan kepada sasaran agresi mereka.
Sumber: Very Well Family