SUKABUMIUPDATE.com - Malam Lailatul Qadr merupakan salah satu malam paling istimewa di bulan Ramadhan. Malam ini lebih baik dari seribu bulan, dan merupakan malam diturunkannya Al-Qur'an.
Malam Lailatul Qadar tidak diketahui secara pasti waktunya. Namun, banyak ulama yang berpendapat bahwa malam Lailatul Qadar jatuh pada 10 malam terakhir bulan Ramadhan, khususnya pada malam ganjil.
Mengutip NU Online, Nabi Muhammad SAW menyambut malam lailatul qadar dengan mengajarkan kepada umatnya untuk melakukan i’tikaf. Meski demikian i’tikaf dapat dilakukan kapan saja dan selama apapun.
Pakar Tafsir Prof Dr Muhammad Quraish Shihab dalam karyanya Membumikan Al-Qur’an (1999) menjelaskan, Nabi Muhammad SAW melakukan i’tikaf di sepuluh hari malam terakhir bulan puasa Ramadan. Beliau bertadarus dan merenung sambil memperbanyak doa. Salah satu doa yang paling sering beliau amalkan dan hayati maknanya adalah doa Sapu Jagat:
ِرَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّار
Rabbana atina fiddunya hasanah, wa fil akhirati hasanah wa qina ‘adzabannar.
Artinya: wahai Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebajikan di dunia dan kebajikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka.
Doa Sapu Jagat sering dipanjatkan oleh Nabi Muhammad SAW tersebut bukan hanya permohonan untuk memperoleh kebajikan di dunia dan akhirat saja, melainkan untuk memantapkan langkah dalam berupaya meraih kebajikan tersebut.
Artinya daya atau kemampuan seseorang untuk mendapatkan kebajikan tersebut. Pasalnya, makna doa itu sendiri mengandung arti dan makna permohonan yang disertai ikhtiar.
Terlihat efek dari doa tersebut tidak hanya untuk mendapatkan kebajikan di dunia, tetapi juga kebajikan yang dimaksud berlanjut hingga di hari kemudian. Hal ini sesuai dengan hakikat malam lailatul qadar itu sendiri yang berarti kebaikan dan kemuliaannya bersifat tanazzalul (berkesinambungan).
Sumber: NU Online