SUKABUMIUPDATE.com - Pola asuh otoritatif ditandai dengan tuntutan yang wajar dan daya tanggap yang tinggi. Meskipun orang tua yang berwibawa mungkin memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap anak-anaknya, mereka juga memberikan sumber daya dan dukungan yang mereka perlukan agar berhasil.
Orang tua yang menunjukkan gaya ini mendengarkan anak-anak mereka dan memberikan cinta dan kehangatan di samping batasan dan disiplin yang adil. Pendekatan dalam mengasuh anak ini menghindari hukuman dan ancaman, melainkan mengandalkan strategi seperti penguatan positif .
Ciri-ciri Pola Asuh Otoritatif
Dilansir dari situs resmi Very Well Mind. Menurut Baumrind, orang tua yang otoritatif memiliki beberapa karakteristik yang sama. Ciri-ciri yang mereka tunjukkan meliputi:
- Menerapkan disiplin yang adil serta konsisten saat anak melanggar aturan
- Membiarkan anak-anaknya mengutarakan pendapat
- Mendorong anak-anak mereka untuk mendiskusikan pilihan
- Mengekspresikan kehangatan dan pengasuhan
- Menumbuhkan kemandirian dan penalaran
- Mendengarkan anak-anak mereka
- Menempatkan batasan, konsekuensi, dan harapan pada perilaku anak-anak mereka
Baca Juga: Pola Asuh Penuh Perhatian, Berikut Strategi dan Tips Menjadi Orang Tua Mindfulness
Meskipun ekspektasi orang tua yang berwibawa tinggi, akan tetapi orang tua dengan tipe ini juga cenderung fleksibel. Jika ada keadaan yang meringankan, orang tua yang berwibawa akan menyesuaikan tanggapannya.
Orang tua dengan gaya ini mampu menyesuaikan dan menyesuaikan pendekatannya tergantung pada situasi, kebutuhan anak, dan faktor lain yang mungkin ada. Disiplin kemudian memperhitungkan semua variabel, termasuk perilaku anak, situasi, dan sebagainya.
Ketika anak laki-laki dengan orang tua yang berwibawa akhirnya tiba di rumah, dia menerima hukuman yang adil sesuai dengan sifat pelanggarannya. Contoh bagaimana pola asuh otoritatif terlihat dalam situasi ini:
Dia dihukum selama dua minggu dan harus mengembalikan permen tersebut dan meminta maaf kepada pemilik toko. Orang tuanya berbicara kepadanya tentang mengapa mencuri itu salah.
Orang tuanya mendukung dan mendorongnya untuk tidak melakukan perilaku seperti itu lagi
Anak laki-laki lainnya mempunyai orang tua yang otoriter, jadi konsekuensinya terlihat sangat berbeda. Contoh bagaimana pola asuh otoriter terlihat dalam situasi ini:
Sesampainya di rumah, dia dimarahi oleh kedua orang tuanya. Ayahnya memukulnya.
Ayahnya memerintahkan dia untuk menghabiskan sisa malam di kamarnya tanpa makan malam.
Anak dengan orang tua yang berwibawa akan menjadi anak yang disiplin namun mendapat dukungan dan bimbingan untuk mendorong perilaku yang diinginkan di masa depan. Sebaliknya, anak yang orangtuanya otoriter tidak diberi dukungan atau kasih sayang dan tidak mendapat masukan atau bimbingan tentang mengapa pencurian itu salah.
Baca Juga: Memahami Pentingnya Pola Asuh Perhatian pada Anak, Ini Faktor Kunci hingga Dampaknya
Di masa lalu, para ahli perkembangan anak yang dipengaruhi oleh karya Baumrind umumnya mengidentifikasi gaya pengasuhan otoritatif sebagai pendekatan pengasuhan terbaik.
Penelitian telah berulang kali menunjukkan bahwa anak-anak yang dibesarkan oleh orang tua yang berwibawa cenderung lebih mampu, bahagia, dan sukses. Menurut Baumrind, anak dari orang tua yang berwibawa akan mengalami:
- Percaya diri tentang kemampuan mereka untuk mempelajari hal-hal baru
- Kembangkan keterampilan sosial yang baik
- Memiliki kontrol dan regulasi emosi yang baik
- Cenderung memiliki watak yang lebih bahagia
Penelitian lain juga menunjukkan bahwa pola asuh otoritatif dikaitkan dengan:
1. Kreativitas
2. Kepuasan hidup di kalangan remaja dan dewasa muda
3. Kemampuan memecahkan masalah
4. Harga diri
5. Regulasi emosional
6. Kemandirian
7. Hubungan
8. Percaya diri
Meskipun pola asuh otoritatif sering dipandang sebagai pendekatan yang paling efektif, akan tetapi penting untuk menyadari bahwa berbagai faktor berperan dalam hasil perkembangan.