SUKABUMIUPDATE.com - Malam Nisfu Sya’ban adalah malam pertengahan bulan Syaban dalam kalender Hijriyah. Malam ini dianggap istimewa oleh umat Islam karena diyakini sebagai malam pengampunan dosa.
Nisfu Sya'ban pada tahun ini akan jatuh pada tanggal 15 Syaban 1445 Hijriah, atau dalam kalender Masehi, pada Sabtu, 24 Februari 2024. Berikut beberapa hal yang perlu Anda ketahui mengenai malam Nisfu Syaban:
Keutamaan:
- Diampuni dosa-dosa kecuali dosa syirik dan orang munafik.
- Amal perbuatan diangkat kepada Allah SWT.
- Pintu-pintu rahmat Allah terbuka lebar.
- Waktu yang baik untuk berdoa dan memohon ampunan.
Keterangan tersebut salah satunya disampaikan Ibnu Hibban:
يَطْلُعُ اللَّهُ إِلَى خَلْقِهِ فِي لَيْلَةِ النِّصْفِ مِنْ شَعْبَانَ فَيَغْفِرُ لِجَمِيعِ خَلْقِهِ إِلَّا لِمُشْرِكٍ أَوْ مُشَاحِنٍ
Artinya: “Allah swt memperhatikan makhluk-Nya pada malam Nisfu Sya’ban dan mengampuni seluruh makhluk-Nya kecuali orang kafir dan orang yang bermusuhan.” (HR Ibnu Hibban).
Pada malam Nisfu Sya'ban, umat Islam juga diimbau memperbanyak amalan ibadah, seperti shalat malam, mengaji, berdzikir, dan berdoa. Melalui amalan tersebut, diharapkan umat Islam mendapat keberkahan dan mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Mengutip NU Online, dari banyaknya doa, terdapat amalan yang dapat dibaca dan diwiridkan saat malam Nisfu Sya’ban. Ini adalah doa Nabi Yunus yang termaktub dalam Al-Quran surat Al-Anbiya ayat 87:
وَذَا النُّوْنِ اِذْ ذَّهَبَ مُغَاضِبًا فَظَنَّ اَنْ لَّنْ نَّقْدِرَ عَلَيْهِ فَنَادٰى فِى الظُّلُمٰتِ اَنْ لَّآ اِلٰهَ اِلَّآ اَنْتَ سُبْحٰنَكَ اِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظّٰلِمِيْنَۚ ٨٧
Artinya: “(Ingatlah pula) Zun Nun (Yunus) ketika dia pergi dalam keadaan marah, lalu dia menyangka bahwa Kami tidak akan menyulitkannya. Maka, dia berdoa dalam kegelapan yang berlapis-lapis, “Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim.” (QS Al-Anbiya: 87).
Doa Nabi Yunus yang dimaksud di atas dalam ayat tersebut adalah “lâ ilâha illâ anta sub-ḫânaka innî kuntu minadh-dhâlimîn.”
Mengutip keterangan dari Syekh ‘Abdul Hamid Al-Makki dalam kitab Kanzun Najah was Surur, beliau menyebutkan:
ذكر بعض الصالحين : أن من قرأ : (لَا إِلَهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ ) ليلة النصف من شعبان بعدد حروفها بحساب الْجُمَّل ؛ وهو عدد ( ٢٣٧٥ ) خمسة وسبعون وثلاث مئة وألفان ؛ فإنَّ تلاوة هذه الآية في هذه الليلة بالعدد المذكور تكون أماناً في ذلك العام من البلايا والأوهام.
Artinya: “Sebagian orang shaleh menyebutkan, ‘Siapapun yang membaca “lâ ilâha illâ anta sub-ḫânaka innî kuntu minadh-dhâlimîn (Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim)” pada malam Nisfu Sya’ban, maka akan dihitung (pahalanya] berdasarkan jumlah huruf dalam kalimat tersebut, yaitu 2.375; Membaca ayat ini pada malam Nisfu Sya’ban dalam jumlah yang disebutkan di atas akan memberikan perlindungan di tahun itu dari malapetaka dan delusi. (Abdul Hamid Al-Makki, Kanzunnajah was Surur, [Beirut: Darul Hawi: 2009], halaman 172-173).
Lalu Syekh ‘Abdul Hamid menambahkan lebih lanjut perihal doa diatas di atas beserta alasannya, mengapa dikategorikan sebagai wirid yang dibaca untuk meminta perlindungan Allah SWT, beliau berkata:
قلت : كيف لا تكون أماناً ؟! وقد روى ابن عباس رضي الله تعالى عنهما ، عنه عليه الصلاة والسلام قال : لقد كان دعاء أخي يونس عجيباً : أوله تهليل، وأوسطه تسبيح، وآخره إقرار بالذَّنْبِ : لَا إِلَهَ إِلَّا أَنتَ سُبْحَانَكَ إِنِّي كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ ﴾ ما دعا به مهموم ولا مغموم ولا مكروب ولا مديون في يوم ثلاث مرات إلا استجيب له إلى غير ذلك من الأحاديث المجموعة في (خزينة الأسرار) وغيرها
Artinya: “Aku berkata: "Bagaimana mungkin wirid tersebut tidak memberi keamanan? Ibnu Abbas pernah meriwayatkan dari Nabi saw, ‘Doa saudaraku Yunus sungguh menakjubkan. Diawali dengan lafal tahlil, bagian tengahnya adalah lafal hamdalah, dan akhirnya adalah pengakuan dosa, yaitu: ‘lâ ilâha illâ anta sub-ḫânaka innî kuntu minadh-dhâlimîn (Tidak ada tuhan selain Engkau. Mahasuci Engkau. Sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim)’."
Kesimpulannya, siapapun orang yang membaca doa di atas sebanyak tiga kali, baik dalam keadaan sedih, cemas maupun sedang kesusahan, maka Allah SWT akan mengabulkan doanya.
Hal tersebut sesuai dengan berbagai hadits yang terkumpul dalam kitab 'Khazinatul Asrar' dan sumber-sumber lainnya.” (Al-Makki, Kanzunnaja, halaman 172-173).
Sumber: NU Online