SUKABUMIUPDATE.com - Abah Anom sedang ramai diperbincangkan warganet mengingat peringatan Haolnya di Istiqlal Jakarta, Minggu (7/1/2024) diikuti puluhan ribu jamaah.
Abah Anom adalah sebutan dalam bahasa Sunda yang berarti 'Kyai Muda'. Tanah Sunda tercatat memiliki salah satu Abah Anom yang disebut-sebut sebagai sosok ulama yang sakti mandraguna alias luar biasa.
Abah Anom itu ialah KH Ahmad Sohibul Wafa Tajul Arifin yang lahir pada 1 Januari 1915 di Kampung Suryalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat. Namun beliau telah wafat pada 5 September 2011 silam.
Mari mengenal lebih dekat sosok Abah Anom yang pernah nyantri di Sukabumi, simak profilnya!
Profil Abah Anom Suryalaya, Ulama Sunda yang Pernah Nyantri di Sukabumi
Abah Anom adalah putra kelima Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad, pendiri Pondok Pesantren Suryalaya, dari ibu Hj Juhriyah. Mengutip suryalaya.org, ketika berusia delapan tahun, Abah Anom masuk Sekolah Dasar (Verfolg School) di Ciamis antara tahun 1923-1928 dan melanjutkan ke Sekolah Menengah semacan Tsanawiyah di Tasikmalaya.
Baca Juga: Abah Aos, Mursyid Thoriqoh Qodiriyah Naqsabandiyah Suryalaya Setelah Abah Anom
Di tahun 1930, Abah Anom memulai perjalanan menuntut ilmu agama Islam secara lebih khusus.
Jejak pendidikan beliau untuk belajar ilmu fiqih yakni diperoleh dari seorang Kyai terkenal di Pesantren Cicariang Cianjur, ia belajar ilmu fiqih, nahwu, sorof dan balaghah kepada Kyai terkenal di Pesantren Jambudipa Cianjur. Setelah kurang lebih dua tahun di Pesantren Jambudipa, beliau melanjutkan ke Pesantren Gentur, Cianjur yang saat itu diasuh oleh Ajengan Syatibi.
Abah Anom tercatat pernah mengenyam pendidikan di salah satu tempat di Sukabumi. Kala itu dua tahun kemudian atau tepatnya tahun 1935-1937, Abah Anom melanjutkan belajarnya di Pesantren Cireungas, Cimelati Sukabumi.
Pesantren Cireungas, Cimelati Sukabumi sangat terkenal terutama pada masa kepemimpinan Ajengan Aceng Mumu yang merupakan seorang ahli hikmah dan Silat. Dari Pesantren itulah Abah Anom banyak memperoleh pengalaman, termasuk bagaimana mengelola dan memimpin sebuah Pesantren.
Baca Juga: Ribuan Jamaah Zikir di Haol Abah Anom Istiqlal, Ulama Sunda Suryalaya
Ketika Abah Sepuh Wafat, pada tahun 1956, Abah Anom harus mandiri sepenuhnya dalam memimpin pesantren. Pondok Pesantren Suryalaya, dengan kepemimpinan Abah Anom, tampil sebagai pelopor pembangunan perekonomian rakyat melalui pembangunan irigasi untuk meningkatkan pertanian, membuat kincir air untuk pembangkit tenaga listrik, dan lain-lain.
Ketika itu, DI/TII terus bergerak aktif melakukan perlawanan menentang pemerintahan Indonesia di bawah pemerintahan Presiden Soekarno. Setidaknya ada 38 kali teror dari DI/TII, terhitung sejak tahun 1950 sampai 1960.
Baca Juga: 10 Cara Mengenali Orang yang Tidak Menyukai Kita, Perhatikan Sikapnya!
Siasat menghadapi teror dan serangan DI/TII ini, Abah Anom selaku pemimpin Pesantren Suryalaya selalu menginstruksikan kepada para santri dan pengikutnya untuk memberikan perlawanan secara gigih. Atas kontribusinya itu, Abah Anom berhasil memperoleh penghargaan dari pemerintah RI pada masanya.
Sebelumnya di tahun 1939 sampai 1945, mengutip dari nu.or.id, tahun itu adalah masa-masa menjelang kemerdekaan, Abah Anom lebih aktif sebagai pejuang yang turut menjaga keamanan dan ketertiban NKRI. Ketika terjadi gerakan Darul Islam (DI/TII) di Jawa Barat, ia memutuskan segera bergabung dengan TNI untuk melawan gerakan tersebut.
Karomah Abah Anom
Mengutip nu.or.id, salah satu kisah kesaktian Abah Anom yakni tentang seorang Kapten sakti namun congkak sehingga berniat ingin menjajal ilmu kesaktian Abah Anom.
Kisah Kapten congkak yang menguji kesaktian Abah Anom
Alkisah, pada suatu hari, seorang Kapten yang sakti dan beberapa anak buahnya datang berkunjung ke Pesantren Suryalaya.
1. Batu Kali diubah Menjadi Tepung
Kapten itu membawa sebuah batu kali sebesar kepalan tangan di kantongnya. Batu itu lantas dikeluarkan dan diletakkan di tangannya, kemudian dengan sekali pukul, sang Kapten congkak itu berhasil membelah batu tersebut menjadi dua.
Usai unjuk kebolehan, Kapten itu bersikap congkak (baca: sombong) dan menyerahkan batu kalinya pada Abah Anom agar si tuan rumah turut mempertontonkan kemampuannya. Abah Anom hanya tersenyum seraya menerima batu kali dari tangan si Kapten.
Batu kali itu segera diremasnya. Secara ajaib, batu kali berubah bentuk menjadi tepung yang halus. Si Kapten terbelalak, seolah tidak percaya dengan kesaktian yang dipertontonkan oleh Abah Anom.
Apabila si Kapten hanya mampu membelah batu kali menjadi dua, Abah Anom justru membuatnya menjadi seperti tepung.
2. Abah Anom memindahkan Ikan di Gelas
Selanjutnya setelah beberapa saat, Abah Anom meminta segelas air yang di dalamnya terdapat seekor ikan kepada salah seorang santrinya. Gelas air berisi ikan itu kemudian diberikan kepada si kapten.
Masih bersikap sombong, si kapten segera bergaya seperti orang yang memancing. Dengan gayanya itu, ia berhasil membuat ikan di dalam gelas seakan benar-benar terpancing.
Si kapten lagi-lagi menyombongkan kemampuannya di hadapan Abah Anom. Ketika giliran Abah Anom yang unjuk kebolehan, Abah Anom memberikan isyarat jari telunjuk, tiba-tiba ikan dalam gelas itu berpindah ke hadapannya.
Wushhh! Ikan itu seolah terkait dengan pancingan telunjuknya.
3. Seekor burung tiba-tiba Jatuh
Tidak sampai di situ, Abah Anom kembali memperlihatkan kesaktiannya dengan memberikan isyarat tangan seolah-olah memegang ketapel. Ia lalu mengarahkan tangannya ke langit untuk membidik sesuatu.
Dengan sekali bidik, seekor burung tiba-tiba jatuh di hadapannya.
Sontak melihat kesaktian Abah Anom itu, si kapten hanya bisa takjub dan tidak percaya dengan peristiwa yang baru saja terjadi.
Si kapten yang sakti nan sombong itu kemudian bersujud di hadapan Abah Anom, seraya meletakkan lututnya pada lutut Abah Anom. Sang Kapten mengaku kalah dan segera meminta maaf akan kesombongannya.
Selain bersujud, ia juga minta ditalqinkan untuk menganut dan mengamalkan tarekat yang dipimpin oleh Abah Anom. Sejak itulah, ia menjadi pengikut ajaran Abah Anom.
Sumber: suryalaya.org | nu.or.id