SUKABUMIUPDATE.com - Peringatan Haul Abah Anom (Mursyid Thoriqoh Qodiriyah Naqsabandiyah Pondok Pesantren Suryalaya, Mursyid sebelum Abah Aos) di Masjid Istiqlal, Jakarta, pada Minggu (7/1/2024) diisi dengan Zikir dan Manaqib. Ada puluhan ribu jamaah yang meramaikan Haul Abah Anom.
Haul Abah Anom sudah ramai dengan gema zikir Laa Ilaaha Illalloh sejak pukul 02.00 WIB dini hari. Suara zikir itu dilantunkan ribuan jamaah Thoriqoh Qodiriyah Naqsabandiyah (TQN) Ma'had Suryalaya Sirnarasa.
MZ Al-Faqih, salah satu Updaters mengatakan, zikir peringatan Haol Abah Anom di Istiqlal Jakarta dipimpin langsung oleh Abah Aos.
"Kegiatan zikir dipimpin langsung oleh Abah Aos. Mursyid Tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah Ma'had Suryalaya Sirnarasa," ujarnya kepada sukabumiupdate.com, Minggu (7/1/2024).
Baca Juga: Berpeci Merah Putih, Puluhan Ribu Jamaah TQN Padati Istiqlal: Zikir Menggema
Menurut informasi di laman suryalaya.org, Abah Anom adalah sosok ulama sakti yang pernah belajar di Pesantren Cireungas, Cimelati Sukabumi. Lantas, siapa Abah Anom yang peringatan haolnya di Istiqlal dihadiri ribuan jamaah? Yuk, simak informasinya berikut ini!
Profil Abah Anom Suryalaya
Abah Anom adalah sebutan dalam bahasa Sunda yang berarti 'Kyai Muda'. Tanah Sunda tercatat memiliki salah satu Abah Anom yang disebut-sebut sebagai sosok ulama yang sakti mandraguna alias luar biasa.
Abah Anom itu ialah KH Ahmad Sohibul Wafa Tajul Arifin yang lahir pada 1 Januari 1915 di Kampung Suryalaya, Tasikmalaya, Jawa Barat. Namun beliau telah wafat pada 5 September 2011 silam.
Mengutip suryalaya.org, Abah Anom adalah putra kelima Syaikh Abdullah bin Nur Muhammad, pendiri Pondok Pesantren Suryalaya, dari ibu Hj Juhriyah. Ketika berusia delapan tahun, Abah Anom masuk Sekolah Dasar (Verfolg School) di Ciamis antara tahun 1923-1928 dan melanjutkan ke Sekolah Menengah semacan Tsanawiyah di Tasikmalaya.
Kemudian di tahun 1930, Abah Anom memulai perjalanan menuntut ilmu agama Islam secara lebih khusus.
Baca Juga: 10 Cara Mengenali Orang yang Tidak Menyukai Kita, Perhatikan Sikapnya!
Jejak pendidikan Abah Anom untuk belajar ilmu fiqih yakni diperoleh dari seorang Kyai terkenal di Pesantren Cicariang Cianjur, ia belajar ilmu fiqih, nahwu, sorof dan balaghah kepada Kyai terkenal di Pesantren Jambudipa Cianjur. Setelah kurang lebih dua tahun di Pesantren Jambudipa, beliau melanjutkan ke Pesantren Gentur, Cianjur yang saat itu diasuh oleh Ajengan Syatibi.
Abah Anom juga tercatat pernah mengenyam pendidikan di salah satu tempat di Sukabumi. Kala itu dua tahun kemudian atau tepatnya tahun 1935-1937, Abah Anom melanjutkan belajarnya di Pesantren Cireungas, Cimelati Sukabumi.
Pesantren Cireungas Cimelati Sukabumi terkenal sekali terutama pada masa kepemimpinan Ajengan Aceng Mumu yang merupakan seorang ahli hikmah dan Silat. Dari Pesantren itulah Abah Anom banyak memperoleh pengalaman, termasuk bagaimana mengelola dan memimpin sebuah Pesantren.
Baca Juga: 10 Ciri Orang Memendam Stres Sendirian, Kamu Melakukannya Juga?
Sebelumnya diberitakan, jamaah Haol Abah Anom di Istiqlal Jakarta berdatangan dari berbagai daerah. Ada jamaah dari Jabodetabek, Banten, Lampung, Aceh, Jawa Barat, Jawa Timur, Jawa Tengah dan berbagai daerah lainnya.
"Jamaah yang hadir memiliki keunikan, menggunakan busana merah putih dan menggunakan peci merah putih. Sebagai penanda murid Abah Aos," tuturnya.
Kata Al-Faqih, selain puluhan ribu jamaah yang memadati dua lantai dari masjid Istiqlal itu juga hadir tokoh-tokoh dari murid-murid Abah Aos, diantarannya; pakar tasawuf dari UIN Jakarta Budi Rahman Hakim, Guru Besar UGM Subandi, Guru Besar Unindra Supardi, Guru Besar UGM Heddy Shri Ahimsa, Advokat Konstitusi Andi Syafrani dan M.Z. Al-Faqih, dan berbagai Kyai pengelola pesantren di Banten, pulau Jawa dan sumatera.
Kegiatan Zikir dilanjutkan dengan sholat subuh berjamaah dan kegiatan manaqib Tuan Syekh Abdul Qodir Jaelani yang diisi dengan membaca, merenungkan dan meneladani sejarah hidup Tuan Syekh Abdul Qodir Jaelani.
"Kuliah subuh disampaikan oleh ustad Budi Rahman dengan mengajak kepada seluruh jamaah agar saling membantu sesama Ikhwan dan terus beribadah di manapun berada. Termasuk beribadah menggunakan handphone. Gunakan handphone untuk kebaikan," imbuhnya.
Sumber: suryalaya.org | nu.or.id