SUKABUMIUPDATE.com - Ternyata masih banyak kesalahpahaman di tengah masyarakat mengenai depresi. Hal ini sebagian besar disebabkan oleh ilmu pengetahuan yang sudah ketinggalan zaman, serta kesalahpahaman budaya dan sosial tentang kondisi tersebut.
Terutama di Sukabumi, masih banyak masyarakat yang tidak mendapatkan edukasi tentang penyakit mental, salah satunya depresi. Sehingga mempercayai informasi yang hanya terdengar sepintas tanpa ada bukti yang konkrit. Kesalahpahaman atau mitos dari depresi yang beredar di masyarakat yakni:
1. Depresi Bukan Suatu Kondisi yang Nyata
Beberapa orang mengklaim depresi dengan menyatakan bahwa hal ini bukanlah suatu kondisi medis yang nyata, dan percaya bahwa depresi adalah pilihan yang dibuat seseorang atau merupakan hasil dari sifat kepribadiannya.
Beberapa orang juga menganggap depresi sebagai jenis kesedihan atau rasa mengasihani diri sendiri, bukan sebagai kondisi kesehatan mental yang dapat didiagnosis dan diobati. Namun faktanya, depresi merupakan suatu kondisi mental yang secara garis besar melibatkan gejala emosional dan fisik, dan memiliki gejala yang bertahan setidaknya selama 2 minggu. Dan secara signifikan dapat mengubah cara seseorang berpikir, merasakan, dan bertindak.
2. Obat Adalah Pengobatan Terbaik
Antidepresan dapat meningkatkan cara otak menggunakan bahan kimia yang mengatur suasana hati dan stres yang sering diresepkan oleh dokter.Beberapa orang percaya bahwa mengkonsumsi antidepresan adalah cara terbaik atau paling efektif untuk mengatasi depresi.
Ada juga kepercayaan umum bahwa seseorang perlu mengonsumsi antidepresan seumur hidupnya untuk mencegah gejala depresi. Faktanya, antidepresan bukanlah obat yang dapat menyembuhkan depresi, dan tidak bekerja untuk semua orang atau dalam setiap situasi.
3. Trauma Penyebab Depresi
Sebagian masyarakat percaya bahwa depresi selalu diakibatkan oleh peristiwa traumatis. Namun faktanya, trauma hanya menjadi faktor risiko atau potensi pemicu depresi. Karena tidak ada penyebab tunggal dari depresi, dan sering kali hal ini terjadi karena kombinasi dari berbagai faktor. Selain itu, tidak semua orang yang mengalami peristiwa traumatis akan depresi. Kondisi ini juga bisa berkembang ketika segala sesuatu dalam hidup seseorang tampak baik-baik saja.
4. Depresi Bagian dari Pertumbuhan
Masa remaja dapat menjadi masa yang sulit secara emosional, sosial, dan fisiologis. Gejala depresi mungkin mirip dengan dampak pada masa remaja. Hal ini termasuk tidur berlebihan, mudah tersinggung, pesimisme, dan kecemasan. Hal ini mungkin membuat sebagian orang percaya bahwa depresi hanyalah bagian dari transisi seseorang menuju kedewasaan.
Faktanya, remaja memang mengalami tingkat depresi yang tinggi. Akan tetapi, tidak semua remaja pemurung pasti mengalami depresi, dan depresi bukanlah sebuah ritus peralihan atau peristiwa biologis yang harus dilalui seseorang untuk mencapai usia dewasa.
Baca Juga: 9 Ciri Orang Terkena Depresi, Salah Satunya Segalanya Terasa Tanpa Harapan
5. Depresi Hanya Menyerang Perempuan
Stereotip budaya dan masyarakat telah mempertahankan mitos bahwa laki-laki tidak boleh mengalami depresi. Akibatnya, banyak orang telah lama mengabaikan depresi pada pria. Namun fakta dilapangan menyatakan, siapapun bisa mengalami depresi. Namun, depresi mungkin memiliki gejala yang berbeda pada pria dan wanita, dan faktor yang berbeda dapat meningkatkan risiko episode depresi pada setiap jenis kelamin.
6. Depresi Terjadi Turun Temurun
Banyak orang percaya bahwa memiliki riwayat depresi dalam keluarga menjamin bahwa seseorang pada akhirnya juga akan mengalami kondisi tersebut. Faktanya, Genetika tentu saja berperan dalam perkembangan depresi.
Penelitian menunjukkan bahwa orang yang memiliki kerabat tingkat pertama yang menderita depresi memiliki kemungkinan 2-3 kali lebih besar untuk mengalami depresi. Namun, ada orang dengan riwayat keluarga seperti itu yang tidak mengalami depresi. Di sisi lain, orang yang tidak memiliki riwayat depresi dalam keluarga juga bisa mengalami kondisi ini.
7. Kesibukan Menyembuhkan Depresi
Beberapa orang percaya bahwa menyibukkan diri dengan pekerjaan, sekolah, atau hobi dan aktivitas lainnya dapat membantu mereka mencegah atau menghindari episode depresi.
Dan faktanya, berolahraga sesuai jumlah yang disarankan dan menghabiskan waktu bersama keluarga dan teman dapat membantu seseorang mengatasi depresi, meskipun hanya dengan bekerja atau melakukan aktivitas lain tidak serta merta membantu meringankan gejala seseorang.
Namun, seseorang dapat fokus pada hobi, proyek, atau aktivitas bermakna lainnya sebagai bagian dari pengobatan depresinya.
8. Depresi Berkembang Pada Usia Tertentu
Banyak masyarakat mengalami episode depresi pertama mereka di masa dewasa, dan sering kali pada masa dewasa antara usia 20an atau 30an. Oleh karena itu, sebagian orang percaya bahwa depresi hanya menyerang orang dewasa, bukan anak-anak, remaja, atau remaja. Beberapa orang juga berpikir bahwa depresi adalah bagian alami dari penuaan dan dianggap umum terjadi pada orang lanjut usia.Faktanya, depresi dapat berkembang pada usia berapa pun, termasuk pada anak kecil.
9. Membicarakan Depresi Memperburuk Keadaan
Masih ada informasi yang menyatakan bahwa membicarakan depresi dapat memperburuk keadaan, terutama karena stigma seputar kondisi kesehatan mental. Karena alasan ini, banyak orang menghindari membicarakan depresi atau mengakui gejala apa pun yang mungkin mereka alami. Namun fakta sebenarnya, tidak benar bahwa membicarakan depresi dapat memperburuk keadaan.
Akan tetapi lebih baik penderita depresi mencoba mendiskusikannya, karena banyak yang memerlukan bantuan dari luar untuk mulai merasa lebih baik. Penderita depresi dapat mencoba berbicara dengan seseorang yang mereka percayai, seperti teman atau anggota keluarga yang tidak menghakimi, atau ahli kesehatan.
10. Suplemen Herbal Dapat Membantu Mengobati Depresi
Beberapa produsen suplemen menyatakan bahwa produk mereka membantu mengobati depresi, sehingga banyak yang bertanya-tanya apakah produk herbal dapat menggantikan metode pengobatan lainnya.
Dan faktanya, hanya sedikit suplemen herbal yang memiliki dukungan ilmiah, dan beberapa di antaranya sebenarnya dapat menyebabkan kondisi kesehatan yang serius. Meskipun beberapa penelitian menyarankan bahwa suplemen dapat membantu mengatasi depresi, namun buktinya tidak meyakinkan.