SUKABUMIUPDATE.com - Raden Ajeng Kartini (RA Kartini) adalah salah satu pahlawan nasional Indonesia yang vokal menyuarakan hak-hak perempuan.
RA Kartini diberi gelar oleh Pemerintah Indonesia sebagaimana tercantum dalam Keputusan Presiden Nomor 108 Tahun 1964 pada 2 Mei 1964 silam.
Selain mengetahui Peran Penting Kartini Milenial, Updaters juga bisa membagikan beberapa Quotes Kartini yang sangat identik dengan suara hak-hak perempuan. Merangkum dari berbagai sumber, berikut Kata-Kata Bijak RA Kartini untuk status di media sosial:
Quotes Kartini Tentang Perempuan
1. Habis Gelap Terbitlah Terang
Baca Juga: 7 Rekomendasi Film Inspiratif tentang Kesetaraan Gender, Ada Mulan Pejuang Wanita!
2. Alangkah besar bedanya bagi masyarakat Indonesia bila kaum perempuan dididik baik-baik, dan untuk keperluan perempuan itu sendiri, berharaplah kami dengan harapan yang sangat supaya disediakan pelajaran dan pendidikan, karena inilah yang akan membawa behagia baginya
3. Bagaimana mungkin seorang pria dan wanita dapat mencintai satu dengan yang lain, ketika mereka baru berjumpa pertama kali dalam kehidupan ini setelah mereka terikat dalam pernikahan?
4. Bahwa kebahagiaan perempuan yang paling tinggi, sejak berabad-abad yang lalu bahkan juga sampai saat ini adalah hidup selaras bersama laki-laki.
5. Bukanlah laki-laki yang hendak kami lawan melainkan pendapat kolot dan adat uang.
Baca Juga: 10 Cara Mengatasi Pikiran Stres Agar Hidup Bahagia
6. Dalam tangan anak-lah terletak masa depan dan dalam tangan ibulah tergenggam anak yang merupakan masa depan itu.
7. Dan biarpun saya tiada beruntung sampai ke ujung jalan itu. Meskipun patah di tengah jalan, saya akan mati dengan merasa berbahagia, karena jalannya sudah terbuka dan saya ada turut membantu mengadakan jalan yang menuju ke tempat perempuan Bumiputra merdeka dan berdiri sendiri
8. Dan gadis-gadis terutama sangat susah hidupnya, karena mereka telah berada di tempat di mana alam setiap hari diperkosa. Bukankah itu memperkosa kodrat alam namanya, apabila perempuan harus tinggal dengan damai serumah dengan madunya?
9. Gadis yang pikirannya sudah dicerdaskan, pemandangannya sudah diperluas, tidak akan sanggup lagi hidup di dalam dunia nenek moyangnya.
10. Adalah suatu pertolongan dan bantuan besar sekali bagi orang laki-laki jika perempuan berbudi tinggi dan terpelajar.
11. Ibu adalah pusat kehidupan rumah tangga. Kepada mereka dibebankan tugas besar mendidik anak-anaknya, pendidikan akan membentuk budi pekertinya.
12. Jangan biarkan kegelapan kembali datang, jangan biarkan kaum wanita kembali diperlakukan semena-mena.
Baca Juga: 7 Cara Mengatasi Depresi Pada Anak Tanpa Obat Agar Mental Sehat
13. Perempuan adalah pembawa peradaban.
14. Kami dapat menjadi manusia sepenuhnya, tanpa berhenti menjadi wanita seutuhnya.
15. Ketidaksetaraan perempuan ini akibat dari dibatasinya akses perempuan untuk memperoleh pengetahuan sehingga perempuan menjadi bodoh. Sehingga cara satu-satunya adalah perempuan harus sekolah.
16. Kita harus membuat sejarah. Kita mesti menentukan masa depan yang sesuai dengan keperluan sebagai kaum perempuan dan harus mendapat pendidikan yang cukup seperti kaum laki-laki.
17. Marilah wahai perempuan, gadis. Bangkitlah, marilah kita berjabatan tangan dan bersama-sama bekerja mengubah keadaan yang tak terderita ini.
Profil Raden Ajeng Kartini
Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah dan wafat di usia muda (usia 25 tahun), tepatnya tanggal 17 September 1904.
Raden Ajeng Kartini merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. Merujuk bctemas.beacukai.go.id, anak ke 5 dari 11 bersaudara ini merupakan sosok wanita yang sangat antusias dengan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Kartini meninggal dunia selang beberapa hari setelah melahirkan anak pertama bernama R.M Soesalit pada 13 September 1904. Tepatnya 4 hari setelah kelahiran R.M Soesalit, ketika usia Kartini masih relatif muda, yakni 25 tahun.
Baca Juga: 7 Ciri Luka Inner Child Pada Anak Broken Home, Kamu Memilikinya?
Setelah kematian Kartini, seorang Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda Mr.J.H Abendanon mulai membukukan surat menyurat kartini dengan teman-temannya di eropa. Buku Kartini itu diberi judul “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Raden Ajeng Kartini dibesarkan dalam keluarga bangsawan Jawa yang pada masa itu menganut tradisi yang ketat, di mana perempuan diharapkan untuk hidup terbatas dan memiliki akses yang sangat terbatas terhadap pendidikan formal.
Meski demikian, Kartini mendapat akses terhadap buku-buku dan pendidikan informal yang diberikan oleh ayahnya.
Sumber: Berbagai Sumber.