SUKABUMIUPDATE.com - Raden Ajeng Kartini (RA Kartini) resmi diberi gelar pahlawan nasional oleh pemerintah Indonesia, sesuai Keputusan Presiden Nomor 108 Tahun 1964 pada 2 Mei 1964 silam.
Pahlawan nasional yang memiliki nama lengkap Raden Adjeng Kartini Djojo Adhiningrat ini merupakan keturunan Sri Sultan Hamengkubuwono VI dari garis keturunan ayahnya. Kartini juga keturunan dari Kerajaan Majapahit jika ditelusuri asal usul keluarganya lebih jauh, dikutip dari bpmriau.kemdikbud.go.id.
Kartini Milenial di era sekarang menjadi hal yang penting bagi para generasi perempuan Indonesia. Bagaimana tidak, kini, nama Kartini diabadikan dalam sejumlah lembaga pendidikan, jalan-jalan, dan monumen di Indonesia sebagai penghormatan terhadap kontribusinya.
Baca Juga: 7 Ciri Luka Inner Child Pada Anak Broken Home, Kamu Memilikinya?
Berikut Peran Penting Kartini Milenial yang perlu dijaga perempuan Indonesia sebagai bentuk penghormatan kepada R.A Kartini, dikutip dari laman dp3kb.brebsskab.go.id via persma.radenintan.ac.id, diantaranya:
Peran Penting Kartini Milenial
1. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia sehingga perempuan mampu turut serta dalam pembangunan
2. Meningkatkan kualitas diri dan wawasan sebagai bekal pendidikan anak-anak. Menjadi Kartini Milenial yang melek teknologi dan tidak gagap informasi
3. Perempuan bebas berekspresi, mengutarakan mimpi, mewujudkan ide-ide kreatif, menyalurkan bakat, membuat gerakan, dan menyuarakan hasil pemikiran yang bermanfaat bagi sekitarnya.
Baca Juga: 7 Cara Mengatasi Depresi Pada Anak Tanpa Obat Agar Mental Sehat
Seperti diketahui, Kartini juga dikenal sebagai pelopor gerakan emansipasi wanita di Indonesia dan telah memperjuangkan hak-hak perempuan untuk mendapatkan pendidikan dan kebebasan dalam memilih pasangan hidup.
Raden Ajeng Kartini menulis surat yang terkenal kepada temannya yang berbahasa Belanda, dimana Kartini menyuarakan impian dan harapannya akan hak-hak perempuan. Hak perempuan itu adalah mendapatkan pendidikan dan terbebas dari pernikahan yang diatur secara paksa.
Setiap tahun, Indonesia merayakan Hari Kartini pada tanggal 21 April. Peringatan Hari Kartini ini bertujuan untuk memperingati perjuangan dan dedikasi Kartini dalam memperjuangkan kesetaraan gender dan pendidikan bagi perempuan.
Profil Raden Ajeng Kartini
Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah dan wafat di usia muda (usia 25 tahun), tepatnya tanggal 17 September 1904.
Baca Juga: 10 Cara Mengatasi Pikiran Stres Agar Hidup Bahagia
Raden Ajeng Kartini merupakan putri dari Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. Merujuk bctemas.beacukai.go.id, anak ke 5 dari 11 bersaudara ini merupakan sosok wanita yang sangat antusias dengan pendidikan dan ilmu pengetahuan.
Kartini meninggal dunia selang beberapa hari setelah melahirkan anak pertama bernama R.M Soesalit pada 13 September 1904. Tepatnya 4 hari setelah kelahiran R.M Soesalit, ketika usia Kartini masih relatif muda, yakni 25 tahun.
Setelah kematian Kartini, seorang Menteri Kebudayaan, Agama, dan Kerajinan Hindia Belanda Mr.J.H Abendanon mulai membukukan surat menyurat kartini dengan teman-temannya di eropa. Buku Kartini itu diberi judul “DOOR DUISTERNIS TOT LICHT” yang artinya “Habis Gelap Terbitlah Terang”.
Raden Ajeng Kartini dibesarkan dalam keluarga bangsawan Jawa yang pada masa itu menganut tradisi yang ketat, di mana perempuan diharapkan untuk hidup terbatas dan memiliki akses yang sangat terbatas terhadap pendidikan formal.
Meski demikian, Kartini mendapat akses terhadap buku-buku dan pendidikan informal yang diberikan oleh ayahnya.
Sumber: Berbagai Sumber.