SUKABUMIUPDATE.com - Stres datang dalam berbagai ukuran dan kejadian yang berbeda dan akan mempengaruhi seseorang dengan cara yang berbeda pula. Stres merupakan respon tubuh dan pikiran terhadap ancaman nyata atau yang dirasakan. Stres Pasca Trauma (PTS) dan Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD) merupakan dua kategori stres yang sering dianggap sama namun nyatanya berbeda.
Ketika sesuatu yang traumatis terjadi, seperti tiba-tiba kehilangan orang yang disayangi, mengalami kecelakaan mobil, atau menyaksikan serangan teroris, merupakan hal wajar jika merasa sangat kesal dan bahkan merasa sakit secara fisik. Ketika hal itu terjadi, tubuh akan merespons dengan cara "lawan atau lari", yang akan membanjiri tubuh dengan hormon stres dan membuat gelisah. Dan setelah kejadian itu, mungkin mengalami mimpi buruk tentang peristiwa tersebut atau menangis ketika melihat atau mendengar sesuatu yang mengingatkan akan peristiwa tersebut.
Apa Itu Stres Pasca Trauma (PTS)
PTS atau stres pasca trauma merupakan hal yang umum dan biasanya dapat hilang dengan sendirinya. Misalnya kamu mengalami kejadian hampir tidak bisa menghindari kecelakaan di jalan yang terkenal berbahaya. Setelah kejadian itu, kamu mungkin menghindari jalan itu dan mengubah rute, atau bahkan merasa gugup saat berkendara di jalan serupa. Kemudian kejadian tentang kecelakaan yang kamu hindari akan terbawa mimpi. Tapi setelah beberapa hari, pikiran-pikiran ini akan mereda lalu akhirnya memudar.
Seringkali, itulah yang terjadi. Peristiwa yang membuat stres terjadi dan membuat kondisi mental terguncang, namun dalam beberapa hari atau minggu, hal tersebut tidak lagi menjadi masalah besar. Dan tidak diperlukan pengobatan. Namun alangkah baiknya, apapun yang membantu tubuh dan mental menjadi lebih rileks, yoga, melukis, olahraga dapat membantu merasa lebih baik dan melanjutkan prosesnya.
Baca Juga: Kenali Perbedaan Depresi dan PTSD, Yuk Simak
Lalu Apa itu Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD )
PTSD atau gangguan stres pasca trauma tidak hilang begitu cepat, dan teknik menghilangkan stres yang biasa dilakukan tidak cukup untuk membantu merasa lebih baik. Sebaliknya, penderitanya tetap merasa sangat cemas, akan mengingat kembali kejadian tersebut berulang-ulang dalam pikiran, menghindari apa pun yang dapat memicu ingatan akan kejadian tersebut, dan tetap waspada terhadap bahaya.
Jika mengalami gejala-gejala ini setidaknya selama satu bulan dan gejala tersebut cukup parah sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari, mungkin ini merupakan gangguan stres pasca trauma alias PTSD. Gejalanya bisa muncul segera setelah trauma, atau mungkin muncul beberapa bulan atau tahun kemudian.
Menurut PTSD Alliance, sebuah organisasi advokasi nasional, salah satu kesalahpahaman umum, adalah bahwa PTSD hanya terjadi pada veteran perang. Meskipun benar bahwa kelainan ini umum terjadi di kalangan tentara hingga 30% orang di zona perang aktif kemudian mengidapnya, penyakit ini juga cukup umum terjadi pada populasi umum.
Diperkirakan 8% orang Amerika menderita PTSD, dan perempuan dua kali lebih mungkin terkena gangguan kecemasan ini dibandingkan laki-laki. Hal ini dapat terjadi pada siapa saja yang terpapar pada peristiwa yang menakutkan dan traumatis, tanpa memandang usia atau latar belakang, kata Dr Hafeez.
Sumber: Health