SUKABUMIUPDATE.com - Gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas (ADHD) adalah kondisi gangguan mental yang membuat penderitanya sulit berkonsentrasi, hiperaktif, hingga impulsif. Sebagian masyarakat mengatakan bahwa asupan gula atau makanan dan minuman yang mengandung gula dapat berdampak pada ADHD.
Penggunaan gula di kalangan masyarakat hingga kini semakin tinggi. Meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa asupan gula dapat berdampak buruk pada ADHD, tetapi hal ini belum ada bukti yang meyakinkan.
Ilmu Mengenai Gula dan ADHD
Ada penelitian ekstensif yang dilakukan mengenai korelasi antara konsumsi gula dan risiko serta gejala ADHD. Meskipun beberapa penelitian menunjukkan bahwa gula dapat berdampak negatif pada ADHD, namun beberapa penelitian menunjukkan hasil yang bertentangan, berikut penjelasannya:
Pola Makan
Dalam sebuah review studi tahun 2019, peneliti mempelajari literatur tentang hubungan antara pola makan dan ADHD. Hasil analisis menunjukkan bahwa pola makan “tidak sehat”, seperti asupan yang tinggi gula rafinasi atau lemak jenuh, dapat meningkatkan risiko ADHD. Di sisi lain, pola makan “sehat”, seperti banyak mengonsumsi buah-buahan dan sayur-sayuran, tampaknya memiliki efek perlindungan.
Baca Juga: 7 Sisi Positif Luar Biasa Anak ADHD, Yuk Simak
Minuman Ringan
Seseorang yang banyak mengkonsumsi gula dan minuman manis dapat menyebabkan peningkatan gejala ADHD. Namun, peneliti mencatat bahwa diperlukan lebih banyak penelitian untuk memperhitungkan faktor-faktor potensial lainnya.
Sukrosa
Sebuah hasil penelitian mengemukakan bahwa anak usia 6 hingga 11 tahun yang banyak mengkonsumsi sukrosa, hal ini tidak berdampak pada ADHD. Meskipun sukrosa merupakan salah satu jenis gula, namun tidak dikaitkan dengan ADHD.
Aditif Buatan
Ada sebagian pendapat mengatakan bahwa bahan tambahan buatan, yang sering ditemukan dalam makanan tinggi gula, dapat berdampak negatif pada gejala ADHD. Namun, banyak penelitian mengungkapkan mengenai topik ini tampaknya belum jelas mengenai buktinya.
Misalnya, sebuah penelitian tahun 2014 mengamati 24 penelitian tentang pewarna makanan buatan (AFC) dan 10 penelitian tambahan tentang pembatasan diet untuk ADHD. Meskipun pembatasan makanan tampaknya bermanfaat bagi beberapa anak dengan ADHD, penelitian mengenai hubungan antara AFC dan ADHD masih lemah.
ADHD dan Kecanduan Gula
Penelitian tentang hubungan antara ADHD dan kecanduan gula masih jarang, dan sangat sedikit penelitian yang menyentuh topik ini.
Seorang penulis dari situs headline menjelaskan, bahwa perilaku tertentu yang terkait dengan ADHD terutama impulsif atau kurang perhatian, dapat menyebabkan makan berlebihan. Pada suatu waktu, makan berlebihan bisa menjadi gejala kecanduan makan yang lebih besar.
Namun, penting untuk dicatat bahwa penelitian tentang hubungan antara kondisi-kondisi ini masih terbatas.
Baca Juga: 6 Tips Menjalin Hubungan dengan Penderita ADHD, Yuk Simak!
ADHD dan Kafein
Penelitian tentang ADHD dan kafein sangatlah luas, mulai dari dampak kafein selama kehamilan terhadap risiko ADHD, hingga dampak kafein terhadap gejala ADHD.
Akan tetapi, ada pula yang menyarankan bahwa konsumsi kafein dapat membantu mengurangi gejala ADHD. Hal ini kemungkinan besar disebabkan oleh efek kafein pada sistem dopaminergik, serta potensi interaksi lainnya dengan neurotransmiter. Namun sebagian lagi menilai bahwa kafein dapat memicu gejala ADHD seperti sulit tidur. Namun hal ini belum ada bukti konkrit yang menyertainya.
Itulah penjelasan mengenai gula dan ADHD. Tetap jaga pola makan sehat, asupan makanan bergizi serta bernutrisi. Namun jika dirasa gejala ADHD semakin tidak terkendali, segera periksakan ke dokter professional
Sumber: Healthline