SUKABUMIUPDATE.com - Meskipun tantrum merupakan hal yang wajar, bukan berarti Ayah dan Bunda bisa membiarkannya ketika sudah melewati batas. Jangan sampai si kecil memanfaatkan tantrum sebagai senjata supaya bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan.
Batas usia normal anak mengalami tantrum adalah usia 4 tahun. Jika melebihi usia tersebut, maka bisa dikatakan terdapat kesalahan pada pola asuh dari orangtuanya.
Mengatasi anak yang tantrum memang bukan perkara yang mudah. Butuh kesabaran dan trik yang tepat supaya kita bisa menenangkan si kecil. Ada baiknya, Ayah dan Bunda mengenali terlebih dahulu jenis-jenis tantrum dan bagaimana cara mengatasinya
Baca Juga: 10 Penyebab Anak Tantrum, Bunda Perlu Tahu!
Menurut Ronald Mah, Konsultan dan terapi keluarga asal California, AS, dalam lamannya Ronald Mah seperti dikutip kumparan.com, ada 4 jenis tantrum yang perlu dipahami oleh orangtua atau orang dewasa yang mengasuh anak yaitu tantrum mengamuk, tantrum manipulatif, tantrum putus asa, dan tantrum (akibat) stres.
1. Tantrum mengamuk
Tantrum jenis ini paling sering ditemui orang tua. Jika ada hal yang mengganggunya, anak biasanya mengamuk, menangis, berteriak-teriak, bahkan melempar barang yang ada di dekat nya. Hal ini bisa terjadi ketika anak tidak bisa mendapatkan apa yang ia inginkan. Atau bisa juga karena ia merasa terganggu, ketakutan, merasa tidak aman, atau merasa sedang dalam keadaan berbahaya. Maka dari itu mengamuk adalah jalan keluar untuk memberi tahu Ayah dan Bunda
2. Tantrum manipulatif
Tantrum manipulatif muncul ketika keinginan anak tidak terpenuhi dengan baik. Anak akan tantrum dengan cara dibuat-buat supaya membuat orang lain khususnya orang tua merasa kasihan dan iba lalu memenuhi keinginannya. Tantrum jenis ini seringkali terjadi ketika anak mengalami penolakan atas apa yang dia inginkan.
Baca Juga: Kecamatan Cisaat Bakal Jadi Pusat Lalu Lintas, Tol dan Kereta Api Sukabumi
3. Tantrum putus asa
Tantrum putus asa ditandai dengan anak yang cenderung diam, seperti kehilangan gairah dalam melakukan sesuatu, merasa tidak berdaya, dan putus asa.
Hal ini terjadi karena lonjakan emosinya cukup tinggi, bisa juga karena ketakutan dan rasa ketidaknyamanan yang cukup besar. Namun ia tidak berani menyuarakan sumber ketakutan dan keinginannya.
4. Tantrum (akibat) stres
Akibat perasaan tertekan dengan lingkungannya anak bisa saja mengalami stress. Anak bisa bersikap berlebihan, entah itu tantrum mengamuk berlebihan atau justru diam berlebihan akibat tidak bisa mengontrol emosinya.
Baca Juga: Kabar Baik! Pendaftaran Seleksi CPNS dan PPPK 2023 Diperpanjang Hingga 11 Oktober
Hal yang perlu dilakukan saat anak bersikap seperti ini adalah, memberikan anak waktu untuk sendiri. Saat anak dirasa sudah mulai tenang, baru dekati dan cari tau apa masalahnya.
Penulis: Emi Amelia