SUKABUMIUPDATE.com - Perlu ibu ketahui, bahwa frekuensi dan durasi tantrum setiap anak berbeda-beda. Ada anak yang sering tantrum dan ada juga anak yang jarang tantrum. Namun wajarnya anak mengalami tantrum 1 kali dalam sehari dengan durasi 2-15 menit.
Mengutip dari bebeclub.co.id, biasanya tantrum disertai dengan beberapa perilaku agresif sebagai pengekspresian dari rasa tidak nyaman, jengkel, sedih, marah, tidak di mengerti, hingga frustasi.
Selain butuh kesabaran ekstra, diperlukan waktu dan perhatian lebih agar orang tua dapat mencermati berbagai kemungkinan penyebabnya.
Baca Juga: Ciri-Ciri Anak Tantrum yang Melewati Batas: Bunda Jangan Emosi!
Masih menurut bebeclub.co.id, ada 10 penyebab yang dapat memicu tantrum pada anak:
1. Anak belum bisa mengutarakan
Ketika anak menginginkan sesuatu, tetapi tidak tersampaikan dan sudah merasa frustasi maka tidak heran ia mngekpresikan nya dengan tangisan yang menjadi-jadi. Kemampuan berbahasa anak dibawah usia 3 tahun baru mencapai 75%, maka sangat wajar jika ia belum mampu menyampaikan dengan baik apa yang dirasakan dan diinginkan nya.
2. Merasa tidak nyaman
Saat si kecil menangis ia seolah sedang memberitahu orang-orang sekitarnya dan memberi sinyal bahwa ia sedang merasa tidak nyaman.
Baca Juga: Bukan ke Persib, Wiljan Pluim Gabung Klub Ini Usai Tinggalkan PSM Makassar
Maka dari itu, Bunda bisa membantu si kecil mengecek dengan seksama hal-hal yang sekiranya membuat ia merasa tidak nyaman seperti lapar, demam, gigitan nyamuk, suhu ruangan yang terlalu panas, atau popok nya basah.
3. Tidak mendapatkan apa yang diinginkan
Tantrum dapat dipicu oleh keinginan anak yang tidak terpenuhi misalnya. Ia ingin membeli mainan yang menurutnya bagus sekali.
Tentu saja timbul keinginan kuat dalam diri si kecil untuk membawa mainan tersebut. Sayangnya sang Ibu belum bisa memenuhi permintaan si kecil karena memang belum waktunya membeli mainan baru.
Muncul kekecewaan dalam diri anak si anak ketika keinginannya tidak terpenuhi, tapi ia belum bisa mengelola emosinya. Maka timbullah tantrum sebagai cara mengekspresikan kekecewaan dan usaha memahami apa yang terjadi.
Baca Juga: 85 Kades di Sukabumi Diminta Kembalikan Uang, Buntut Skandal Bantuan Hukum Desa
4. Menghindari hal yang tidak disukai
Ketika melakukan hal tidak disukai, anak usia dini akan sangat mungkin mengalami tantrum. Contohnya saat ia asyik bermain perosotan tapi sang Ibu memberitahu bahwa waktu bermain sudah habis, maka si kecil kemungkinan akan berontak dan menangis.
5. Kurangnya waktu tidur
Balita kurang dari 1 tahun membutuhkan waktu tidur 14-17 jam tidur, termasuk tidur siang.
Sementara itu, balita usia 1-2 tahun membutuhkan waktu tidur 11-14 jam dan balita usia 3-4 tahun membutuhkan waktu tidur membutuhkan waktu 10-13 jam. Jadi, pastikan si kecil mendapatkan waktu tidur yang cukup dan berkualitas.
6. Durasi screen time yang tidak sesuai usianya
Anak usia 1-4 tahun sebaiknya tidak menggunakan gadget lebih dari 1 jam. Durasi screentime yang berlebihan dapat membuat si anak lebih berisiko tantrum menjelang waktu tidur.
Baca Juga: Prototipe Kereta Cepat Jakarta-Surabaya yang Dirancang di Dalam Negeri
7. Gangguan cemas
Gangguan cemas tidak hanya dialami orang dewasa, Balita pun juga mengalami kecemasan akibat stress dan trauma.
8. Attention deficit hyperactivity disorder ( ADHD)
ADHD adalah gangguan perilaku yang membuat anak sulit fokus dan konsentrasi. Beberapa gejala ADHD yang paling umum terlihat diantaranya adalah anak menjadi hiperaktif, impulsif, dan kurangnya perhatian.
Seorang anak dengan dengan ADHD akan sering merasa frustasi saat menghadapi situasi yang memicu gejala kondisinya. Hal inilah yang menyebabkan tantrum
9. Autisme
Autisme adalah kelainan perkembangan saraf yang yang mempengaruhi perilaku dan komunikasi anak.
Akibatnya, mereka mengalami overstimulation (stimulasi berlebih) atau tidak dapat mengkomunikasikan hal yang diinginkan, ia akan bereaksi dengan rasa kesal, marah, dan frustasi.
Baca Juga: Ini Asal Mula Nama Tai Kotok, Bikin Gak Penasaran Lagi
10. Gangguan mood
Beberapa anak balita ada yang lebih beresiko mengalami disruptive mood dysregulation disorder (DMDD) atau gangguan mood sehingga sangat rentan mengalami tantrum.
Penulis: Emi Amelia