SUKABUMIUPDATE.com - Keragaman suku bangsa beserta budaya di Indonesia menjadi kekayaan yang tak terhingga nilainya, salah satunya permainan tradisional. Setiap daerah termasuk Jawa Barat dengan suku sundanya memiliki ciri khas tersendiri dalam permainan-permainan tradisional warganya. Permainan-permainan tersebut bahkan dinilai mengandung unsur kebaikan, edukatif, serta filosofis.
Unsur edukatif dalam permainan tradisional suku sunda (Jawa Barat) diantaranya mengajarkan anak-anak untuk memiliki jiwa sportivitas dan persaudaraan.
Seiring perkembangan zaman, permainan tradisional semakin jarang dilakukan oleh anak-anak masa kini. Generasi masa kini lebih tertarik dengan permainan baru berbasis komputer. Untuk itu, perlu kesadaran bersama agar terus melestarikan permainan tradisional supaya tidak hilang akibat tergeser oleh perkembangan teknologi.
Baca Juga: Api Kembali Berkobar di Gunung Jayanti Sukabumi, Ancam Permukiman
Berikut adalah sebelas permainan trradisional khas orang Sunda: Wargi Sukabumi pernah nyoba?
1. Sorodot gaplok
Permainan ini berasal dari dua kata yaitu Sorodot yang berarti ‘meluncur’ dan Gaplok yang berarti ‘tamparan’. Teknisnya, permainan ini hanya meluncurkan dari satu batu ke batu yang lainnya.
Sorodot gaplok dapat dimainkan oleh 4 orang atau lebih. Aturan bermainnya pun cukup sederhana. Pertama, masing-masing peserta memegang satu buah batu dan membuat tiga buah garis. Kemudian para pemain giliran pertama berada di garis mulai untuk melemparkan batu menuju sasaran, dimana batu kelompok lawan menjadi targetnya.
Jika lemparan batu tersebut mengenai batu lawan, maka pemain langsung beralih ke garis tengah.
Baca Juga: Kepada Pemerintah, Curhat Sopir Elf Lintas Selatan Sukabumi Lintasi Jalan Rusak
Di garis tersebut pemain harus meletakkan batu miliknya di atas punggung kaki, lalu kembali mengarahkan batu ke lawan yang sama, namun dengan syarat tidak boleh melangkahkan kaki lebih dari dua kali. Jika setiap pemain dari satu kelompok berhasil melalui semua garis, maka kelompok tersebut berhak menjadi pemenang.
Permaiann ini dinilai dapat melatih jiwa kepemimpinan serta kerja sama tim. Selain itu permainan sorodot gaplok juga bisa meningkatkan konsentrasi dari masing-masing pemainnya.
2. Adu muncang
Permainan adu muncang atau adu kemiri merupakan salah satu permainan tradisional yang sempat meredup terkisis zaman. Tapi menurut laporan Detik.com, permainan adu muncang mulai eksis kembali khususnya di wilayah Tasikmalaya.
Dalam praktiknya, permainan ini dilakukan dengan cara menyusun dua buah muncang secara vertikal. Di atasnya disimpan bambu yang kanan kirinya dipegang oleh dua pemain sehingga posisi muncang terjepit.
Baca Juga: Menikmati Terasering hingga Curug di Desa Wisata Purwabakti Bogor
Setelah muncang terjepit dan posisinya tidak berubah, bambu penjepitnya dipukul oleh benda keras. Biji muncang yang pecah dinyatakan kalah, dan yang bertahan dianggap sebagai pemenang.
Adu muncang sejatinya merupakan permainan tradisional yang sudah diwariskan secara turun temurun. Namun kini, permainan tersebut sering disalahgunakan oleh oknum yang menjadikannya sebagai arena judi.
3. Oray-orayan
Oray-orayan menjadi salah satu permainan favorit anak-anak di Jawa Barat. Permainan ini pun juga dikenal luas di beberapa daerah Indonesia, namun dengan penamaan yang berbeda-beda.
Oray-orayan biasanya dimainkan oleh lima orang atau lebih. Anak yang berada di depan diartikan sebagai kepala oray (ular). Kemudian, anak yang lainnya membuntuti di belakang dengan cara berpegangan.
Baca Juga: Lidah Apinya Ngeri! Warga Sukabumi Rekam Kebakaran Hutan di Perbukitan Gununguruh
Sambil berkeliling, mereka menyanyikan lagu berbahasa Sunda. Berikut liriknya:
Oray orayan
Luar leor mapay sawah
Tong ka sawah
Parena keur sedeng beukah
Oray-orayan
Laur leor mapay leuwi
Tang ka leuwi
Di leuwi loba nu mandi
Oray-orayan
Oray naon, orya bungka, bungka naon, bungka laut
Laut naon, laut dipa, dipa naon, dipandeuriii…
Begitu lagu berakhir, sang kepala berusaha menangkap pemain yang ada bagian paling belakang (ekor). Namun sang ekor harus memiliki strategi sehingga akan tampak seperti seekor ular yang sedang meliuk-liuk.
4. Gatrik
Gatrik merupakan permainan tradisional yang juga sering disebut Tak Kadal, Pathil Lele, atau Benthik. Permainan ini dimainkan secara beregu dengan dua batang bambu sebagai perlengkapan utamanya.
Baca Juga: Spoiler One Piece 1093, Pertarungan Seru Kizaru vs Luffy Masih Berlanjut!
Aturan bermain gatrik sangat mudah dan sederhana. Dua kelompok masing-masing memiliki tugas. Kelompok 1 bertugas melempar bambu, sedangkan kelompok yang lain bertugas menangkap bambu. Jika bambu berhasil ditangkap oleh lawan main, itu artinya pemain bisa bertukar posisi.
Permainan tradisional gatrik dapat melatih ketangkasan, kelincahan, dan kecepatan. Pemukul gatrik harus hati-hati agar bambu dapat meluncur semakin kencang. Sementara tim penjaga harus sigap supaya terhindar dari cedera terkena lemparan bambu.
5. Bedil sorolok
Permainan tradisional lainnya adalah bedil sorolok. Permainan ini sangat sederhana karena hanya menggunakan pelepah daun pisang.
Pelepah tersebut dibentuk hingga menyerupai senapan. Setelah itu bagian teratas diiris dengan ukuran tertentu, biasanya dibuat tiga hingga empat irisan sejajar.
Baca Juga: Diberi Nama Baja: Inilah Daftar Tim Badan Pekerja Pemenangan Anies-Cak Imin
Selanjutnya, bagian yang telah diiris itu diberdirikan untuk kemudian dipukul sehingga berbunyi seperti senapan mesin.
6. Perepet jengkol
Permainan tradisional yang juga cukup digemari anak-anak pada masanya adalah perepet jengkol. Permainan ini dilakukan sedikitnya oleh tiga orang. Namun akan lebih seru jika dimainkan oleh lebih banyak peserta.
Cara bermain perepet jengkol yaitu, para pemain berdiri saling membelakangi satu sama lain. Kemudian para pemainnya saling merangkul atau berpegangan tangan.
Mereka selanjutnya meloncat-loncat berputar ke arah kiri menyanyikan lagu perepet jengkol. Keseimbangan anak terlihat pada kemampuan bertahan mengangkat sebelah kaki. Yang dapat bertahan lama, tidak terjatuh, dan tercerai berai adalah pemenangnya.
Baca Juga: Link Live Streaming PSIS Semarang vs Barito Putera: Mahesa Jenar Usung 3 Poin!
7. Jajangkungan
Permainan jajangkungan sudah tidak asing lagi. Sebab selain di Jawa Barat, permainan ini juga eksis di daerah lainnya dan lebih dikenal dengan sebutan eggrang.
Butuh keterampilan khusus dalam memainkan jajangkungan. Sebab seseorang harus berdiri menjaga keseimbangan ketika menginjak tongkat bambu. Setelah diinjak, tongkat bambu harus dijalankan sambil tetap menjaga keseimbangan serta konsentrasi tinggi.
Permainan ini dapat dilakukan semua kalangan. Baik anak-anak maupun orang dewasa, pasti akan terhibur ketika mencoba berdiri di atas eggrang.
Nilai sosial yang terkandung dalam permainan ini adalah kerja keras, keuletan, dan semangat pantang menyerah. Bahkan permainan ini sering dilombakan sehingga juga mengasah jiwa sportivitas.
Baca Juga: 7 Dampak Negatif Bermental Lemah, Mudah Stres hingga Tidak Bahagia
8. Hompimpa / Gambreng
Hompimpa atau gambreng dilakukan untuk mengawali berbagai permainan lainnya. Dalam budaya Jawa, hompimpa dilakukan sembari mengucapkan kalimat "Hompimpa alaium gambreng".
Sementara dalam budaya Betawi, hompimpa diucapkan dengan kalimat "Hompimpa alaium gambreng, Mpok Ipah pakai baju rombeng". Inilah mengapa hompimpa sering disebut juga dengan permainan gambreng.
Permainan ini dilakukan oleh lebih dari dua orang dan secara serentak. Hompimpa diucapkan ketika tangan berhimpitan sambil mengepakan tangan dengan membalikan telapak dan punggung tangan, warna tangan yang paling sedikit ialah pemenang.
9. Sondah/Engklek
Permainan yang membutuhkan ketahanan fisik dan tempat yang cukup luas sehingga biasanya dimainkan di jalanan sepi atau di lapangan.
Baca Juga: Prabowo Sebut Zulhas Sedekah Rp50 Ribu Pada Nelayan, Najwa Shihab: Politik Uang?
Jika ingin bermain terlebih dahulu harus menggambar bentuk kotak-kotak dengan kapur jika di permukaan yang bisa tergores kapur berbeda dengan di lapangan digoreskan garis menggunakan ranting.
Kotak-kotak tersebut akan dilewati dengan cara melompat dan pemenangnya adalah orang yang sudah menyelesaikan satu putaran dan berhak melempar pertama batu, genteng atau koin milikinya ke kotak selanjutnya.
Kotak yang terdapat batu di dalamnya akan dijadikan rumah dan tidak boleh dilompati oleh pemain lain. Dari permainan ini anak-anak bisa belajar untuk menghargai kerja keras orang lain dan kerja keras untuk mencapai sesuatu yang lebih tinggi.
10. Paciwit-ciwit Lutung
Permainan tradisional yang terakhir adalah paciwit-ciwit lutung. Jenis permainan tradisional tergolong cukup unik, karena mengharuskan pemainnya saling mencubit punggung tangan, hingga tangan para pemain tersusun ke atas.
Baca Juga: DP2KBP3A Kota Sukabumi dalam Gebyar Safari KB Hari Kontrasepsi Sedunia
Sambil menyusun tangan ke atas, permainan tradisional selalu diiringi nyanyian khas. Adapun nyanyian paciwit-ciwit lutung yaitu:
Paciwit-ciwit lutung
Si lutung pindah ka luhur
Paciwit-ciwit lutung
Si lutung pindah ka tung tung'
Itulah tujuh permainan tradisional sunda yang bisa kamu mainkan dengan keluarga atau dengan teman-teman seusia mu. Permainan tradisional sunda bisa dijadikan momentum bonding silaturahmi karena tidak menggunakan gawai sama sekali.
11. Cingciripit
Cingciripit termasuk salah satu permainan tradisional sunda yang dapat dimainkan tanpa memandang usia. Cingciripit biasanya dimainkan untuk memulai sebuah permainan lain karena berguna untuk menentukan pemain yang akan menjadi kucing (dalam Bahasa Sunda disebut emeng).
Baca Juga: Kawasan Hutan Kaki Gunung Jayanti Sukabumi Terbakar, Ini Dugaan Penyebabnya
Para pemain Cingciripit harus berkumpul membentuk lingkaran. Kemudian, salah seorang pemain harus membuka telapak tangan agar pemain lainnya dapat meletakkan satu telunjuk di atasnya.
Setelah formasi siap, seluruh pemain akan menyanyikan lagu Cingciripit. Saat lagu hampir berakhir, semua pemain harus bersiap mengangkat telunjuknya.
Pemain yang terlambat mengangkat telunjuk dan tertangkap oleh telapak tangan yang tertutup dinyatakan kalah dan harus menjadi kucing.Berikut lirik dari cingciripit:
Cingciripit tulang bajing kacapit
Kacapit ku bulu pare
Bulu pare seuseukeutna
Jol Pak Dalang
Mawa wayang
Jrek jrek nong
Jrek jrek nong'
Sumber : berbagai sumber