SUKABUMIUPDATE.com - Segala tingkah laku manusia tidak terlepas dari aturan baik yang tertulis maupun tidak yang dikenal sebagai sebuah norma.
Aturan-aturan tersebut tidak hanya mengatur perilaku manusia dengan manusia lainnya tapi juga dengan makhluk lain termasuk hewan dan tumbuhan.
Bahkan ketika manusia hendak bepergian tak lepas dari aturan atau etika termasuk saat pergi ke hutan.
Etika -etika tersebut salah satunya tercatat dalam naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian yang merupakan teks Sunda kuno berbentuk prosa didaktis.
Baca Juga: 24 Istilah Waktu dalam Bahasa Sunda, Wanci Sariak Layung
Naskah kuno tersebut membahas bagian aturan atau ajaran tentang hidup arif berdasarkan darma yang harus dilakukan manusia dalam menjalani kehidupan.
Melansir dari laman Sundapedia yang merujuk pada Buku Alih Bahasa Siksa Kandang Karesian, Perpusnas Press 2020, Isi ajaran yang tertulis di dalamnya sebagian besar ditujukan kepada kelompok yang bukan resi, terutama dalam hal pelaksanaan tugas rakyat (hulun) bagi kepentingan raja.
Ketika seorang hulun diperintahkan untuk pergi ke hutan, maka ia tidak boleh lupa membawa baju dan selimut. Bila ia pergi tidak bersama-sama raja, maka ia harus menuruti peraturan dalam siksa kandang karesian. Berikut peraturannya.
Baca Juga: 30 Contoh Kalimat Babasan, Cara Ngamumule Budaya Urang Sunda Asli (USA)
1. Ulah dék ngundeur ka huma béét sakalih ka kebon sakalih. Hamo ma beunang urang laku sadu.
Artinya: Jangan memetik sayur di ladang kecil milik orang lain, juga di kebun milik orang lain. Bila perbuatan itu dilakukan, maka akan sia-sia hasil amal baik hulun itu.
2. Salang kebon ning alas, kayu batri nangtu(ng), bwah beunang ngarara(ng)géan, tanggeuhkeun suluh, turuban supa, cangreudan tiwuan, odéng, nyeruan, éngang, ulam, parakan, sing sawatek babayan, ulah urang barang ala.
Artinya: Batas kebun di hutan, kayu yang ditandai tali, pohon buah yang ditandai ranting, kayu bakar yang disandarkan, cendawan yang ditutupi, sarang tawon, odeng, lebah, éngang, ulat kayu, parakan atau apapun yang telah diberi simpul babayan jangan diambil.
Parakan adalah bagian sungai tempat menangkap ikan dengan cara mengeringkannya sebahagian. Babayan yaitu tali bergantung sebagai ciri pemilikan.
Baca Juga: 7 Tokoh Pahlawan Asal Tatar Sunda Jawa Barat, Ada dari Sukabumi
3. Sanguni nurunkeun sadapan sakalih, ulah éta dipiguna kénana puhun ning dosa, tamikal ning papa kalésa.
Artinya: Jangan sekali-kali menurunkan sadapan orang lain, karena merupakan sumber dosa dan pangkal kenistaan dan noda.
Itulah etika berjalan di hutan menurut naskah Sanghyang Siksa Kandang Karesian.