SUKABUMIUPDATE.com - Gaya hidup sedentary mengacu pada cara hidup yang melibatkan sedikit atau tanpa aktivitas fisik seperti olahraga. Orang yang memiliki gaya hidup seperti ini biasanya menghabiskan banyak waktu untuk duduk atau berbaring.
Aktivitas mereka umumnya memerlukan sedikit tenaga fisik, seperti menonton TV, bekerja di meja, bermain video game, atau menggunakan komputer dalam waktu lama.
Melansir dari Halodoc, seperti yang diberitakan oleh Majalah Men’s Health pekerja kantoran memiliki risiko yang besar, meskipun mereka sudah melakukan berbagai kegiatan olahraga secara rutin.
Baca Juga: Nomophobia: Ketakutan saat Jauh dari Ponsel, Ketahui Gejalanya
Menurut Marc Hamilton, seorang fisiolog dan profesor di Pennington Biomedical Research Center di Baton Rougue, pada Men’s Health. Seorang pria yang duduk 60 jam di meja kerja tetapi masih bekerja selama 45 menit sehari lima kali seminggu masih memiliki gaya hidup yang tidak aktif.
Menurut Hamilton pula, “Orang cenderung melihat aktivitas fisik pada satu kesatuan. Jauh daripada itu, kamu memerlukan olahraga supaya tubuh lebih sehat dan jauh dari gaya hidup sedentary.”
Pengaruh gaya hidup sedentary pada tubuh
Melansir dari National Library of Medicine, gaya hidup yang tidak aktif berhubungan dengan disfungsi metabolisme, seperti peningkatan trigliserida plasma dan kolesterol high-density lipoprotein (HDL) serta penurunan sensitivitas insulin.
Lipoprotein lipase (LPL) merupakan protein yang berinteraksi pada tingkat sel, dan konsentrasi LPL yang rendah diketahui menurunkan kadar kolesterol HDL plasma, sekaligus mempengaruhi prevalensi hipertensi berat, dislipidemia akibat diabetes, gangguan metabolisme akibat penuaan, metabolisme, sindrom, dan penyakit arteri koroner.
Baca Juga: 8 Ciri Orang yang Menjalani Gaya Hidup Slow Living, Tidak Terburu-buru
Selain itu, aktivitas LPL berkurang karena kurangnya aktivitas fisik. Selain itu, ketidakaktifan fisik menghambat aktivitas LPL di otot rangka dan dengan cepat menandakan gangguan metabolisme lipid. Dalam percobaan berdasarkan model tikus, penurunan aktivitas LPL pada tikus yang melakukan jalan ringan hanya sekitar 10% dari aktivitas LPL pada tikus yang hanya ditempatkan di kandangnya.
Fakta bahwa aktivitas LPL otot sangat sensitif terhadap aktivitas fisik dan aktivitas kontraktil otot dengan intensitas rendah dapat menjadi bukti yang mendukung teori bahwa perilaku menetap merupakan faktor risiko berbagai gangguan metabolisme.
Kurangnya aktivitas fisik mengurangi kepadatan mineral tulang. Dalam sebuah penelitian pada pria dan wanita dewasa yang sehat, istirahat di tempat tidur selama 12 minggu menurunkan kepadatan mineral tulang belakang lumbal, leher femoralis, dan trokanter mayor sebesar 1% –4%. Keseimbangan antara resorpsi tulang dan deposisi tulang memediasi hubungan antara perilaku kurang gerak dan penurunan kepadatan mineral tulang.
Menurut beberapa penelitian, tirah baring meningkatkan penanda resorpsi tulang dan tidak mempengaruhi penanda pembentukan tulang.
Baca Juga: 11 Cara Menjalani Gaya Hidup Slow Living, Yuk Lakukan agar Lebih Bahagia
Dampak gaya hidup sedentary
Perilaku sedentary telah dikaitkan dengan berbagai masalah dan risiko kesehatan, termasuk:
1. Obesitas
Kurangnya aktivitas fisik dapat menyebabkan penambahan berat badan dan obesitas, karena mengurangi jumlah kalori yang dibakar.
2. Masalah kardiovaskular
Duduk dalam waktu lama dapat menyebabkan penyakit jantung dengan meningkatkan risiko tekanan darah tinggi, kadar kolesterol tinggi, dan pembekuan darah.
3. Masalah muskuloskeletal
Gaya hidup yang tidak banyak bergerak dapat menyebabkan kekakuan otot, nyeri sendi, dan postur tubuh yang buruk, yang dapat menyebabkan nyeri kronis dan ketidaknyamanan.
Baca Juga: 12 Ciri Seseorang Mengalami Gangguan Kesehatan Mental, Apa Kamu Salah Satunya?
4. Diabetes tipe 2
Kurangnya aktivitas fisik dapat mengganggu kemampuan tubuh untuk mengatur kadar gula darah, sehingga meningkatkan risiko terkena diabetes tipe 2.
5. Masalah kesehatan mental
Perilaku menetap telah dikaitkan dengan tingkat depresi, kecemasan, dan stres yang lebih tinggi.
6. Mengurangi umur
Penelitian telah menunjukkan bahwa orang yang menjalani hidup menetap cenderung memiliki umur lebih pendek dibandingkan dengan mereka yang melakukan aktivitas fisik secara teratur.
Baca Juga: 10 Sikap Elegan yang Membuatmu Tidak Dipandang Rendah Orang Lain
Cara mengatasi dampak gaya hidup sedentary
Untuk mengatasi dampak negatif gaya hidup yang tidak banyak bergerak, penting untuk memasukkan aktivitas fisik secara teratur ke dalam rutinitas harian Anda. Ini dapat mencakup aktivitas seperti berjalan kaki, jogging, bersepeda, berenang, atau berpartisipasi dalam olahraga.
Selain itu, istirahat dari duduk di depan meja atau di depan layar, bahkan untuk melakukan gerakan singkat, dapat membantu meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan secara keseluruhan. Penting untuk menemukan keseimbangan antara aktivitas menetap dan aktivitas fisik untuk mempertahankan gaya hidup sehat.